32. akad nikah

3.5K 469 186
                                    

"melepaskan seseorang bukan karena kemauan is another level of pain"

-AMANDA-

Jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam dan Manda tak kunjung tidur sama sekali sedangkan di sebelahnya ada Vale yang asik mendengarkan musik namun gadis itu tak kunjung tidur juga. Perlahan Manda membalikkan badannya dan memukul lengan Vale dengan sangat keras membuat sang empu menatapnya dengan tatapan tajam. 

Vale mendudukkan tubuhnya di atas kasur begitupun dengan Manda. Entah apa yang membuat Vale susah untuk tidur. Tiba-tiba ponsel Manda berdering dan nampak nama Becca tertera di layar ponselnya. Dengan cepat ia menekan tombol hijau tak lupa juga ia menekan tombol speaker. 

Terdengar di seberang sana suara Becca yang nampak sedang menangis membuat Manda penasaran. Apa yang terjadi dengan sahabatnya itu sampai-sampai suara bergetar. Tangisan Becca pecah dan gadis itu menangis sejadi-jadinya yang menambah rasa khawatir Manda dan Vale. 

"Lo kenapa?" Tanya Manda 

"Sasa meninggal," 

"Hah? Tepung Sasa meninggal?" 

"Iya, Katanya korban tabrak lari," 

"Terus lo kenapa nangis anakonda?" 

"Dia belum bayar utangnya gocap ke gue," 

"Gocap aja lo tangisin gue kira lo ngigau bangsat!" 

"Au ah gue mau halu dulu sama suami gue mas terang," 

Panggilan terputus sepihak dan Manda menatap wajah Vale yang terlihat sangat terkejut sama dengan dirinya. Sekarang jam sebelas dan jarak rumah Sasa dengan rumah Manda terbilang sangat dekat namun ia tidak mungkin datang melayat di saat kedua orangtuanya asik berduaan di bawah.

"Jadi?" Tanya Vale 

"Besok ajalah," 

"Siapa ya yang nabrak Sasajiku?" Tanya Vale sambil mengetuk dagunya

"Gue yakin yang nabrak Sasa adalah Tasya," 

"Tasya? Yakin lo?"

"Yakinlah! Si Tasya kan sama Sasa musuhan sampai-sampai dulu katanya Tasya mau bunuh Sasa," 

Vale mengedikkan bahunya. "Ngeri juga anjir!" 

"Nah makanya mending kita tidur terus besok kita shopping banyak-banyak mumpung gue lagi baik," 

Manda merebahkan tubuhnya begitupun dengan Vale. Tak lama kemudian kedua gadis itu terlelap dalam mimpi masing-masing. Sedangkan di depan pintu kamar mereka ada Al yang mengintip sambil tersenyum kecut. Ia tak menyangka bahwa nasib Manda akan seperti ini. Bisa-bisanya dia merelakan rumah tangganya hancur demi Arga. Entah terbuat dari apa hati kembarannya itu. 

***

Tak terasa hari mulai pagi. Vanessa, Al, dan El menunggu kedua gadis itu yang tak kunjung turun untuk sarapan padahal ini sudah jam setengah delapan. Saat Vanessa meminta Al untuk membangunkan Vale dan Manda tiba-tiba terdengar suara kegaduhan dari atas tangga yang nampak kedua gadis itu berlomba-lomba untuk duduk di sebelah Vanessa. 

Rafda||PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang