Juri 2

35 4 0
                                    

Halo! Sebelumnya terima kasih banyak atas kerja keras kalian semua meramu cerita-cerita apik dari keganasan teman cerpen bulan ini. Sungguh, sebetulnya aku merasa sangsi untuk bisa berdiri tegak di antara dua juring sepuh lainnya. Terlebih mesti mengikuti arus tema kali ini. Karena urusan riset-meriset pada dasarnya bukan keahlianku.

Namun, karena ini memang tugasku, izinkan aku—yang masih begitu kurang ini—untuk memberi sedikit pendapatku. Pandanganku terhadap tiap-tiap cerita mungkin berbeda dengan yang lain. Aku minta maaf apabila ada hal-hal yang membuat kalian tidak berkenan.

1. Untuk Para Juri, Apakah Benda Punya Hati (78)

Kesan yang melekat padaku selepas membaca cerita ini adalah pilihan katanya yang unik. Mungkin sedikit kurang nyaman bagi sebagian orang dengan kata 'bersetubuh' untuk menyebut kuas yang menyapu cat pada palet. Untuk alurnya masi terasa datar-datar saja dan aku masih sibuk mencari-cari apa yang sebetulnya hendak disampaikan si kuas sepanjang cerita. Barangkali konsep cerpen yang satu ini adalah slice of life? Meletakkan cerita ini di urutan awal mungkin ada benarnya, cukup cocok sebagai pembuka.

2. Kapak Naga Geni (85)

Yang satu ini kisahnya cukup asyik diikuti. Terlebih dengan cara bercerita si kapak yang sangat ekspresif. Barangkali memang karena cerita lokal semacam ini bukan tempat berkecimpungku, aku merasa jenis adegan pertarungannya stereotip. Walaupun begitu, narasinya yang apik berhasil mempertahankan pengelanaanku hingga akhir.

3. Les Misérables (83)

"Butuh sedikit rasa sakit untuk mendapatkan kecantikan yang sempurna." Kutipan favoritku di cerpen ini. Diksinya cantik, tapi masih kutemukan beberapa kata-kata yang mubazir. Walaupun begitu, rasa sakit si berlian cukup tersampaikan dengan baik. Cerita ini juga punya paragraf penutup yang 'wah'.

4. Patah Dua (78)

Garis waktu yang berbeda di membuat cerita ini menjadi salah satu yang unik. Namun, di sini aku menemukan paragraf-paragraf panjang yang cukup membuat terengah-engah membacanya. Penulis hanya butuh membubuhkan satu dua tanda titik agar paragrafnya tidak terkesan membentang panjang seperti jalan bebas hambatan. Menurutku penulis juga berlebihan untuk mendeskripsikan karakter-karakter yang hanya muncul sekali. Itu hanya akan menghabiskan banyak ruang sebelum ceritanya termuat sepenuhnya.

5. Binatang yang Terbuang (95)

Aku sangat menyukai gaya bahasa cerita ini. Rasanya seperti, I found my cup of tea! Tiap detail dengan teknik show-nya menyenangkan untuk diulik. Rasa-rasanya penulis punya banyak sekali bahan untuk dipatri di dalam cerita. Satu hal yang masih meninggalkan pertanyaan di kepalaku adalah bagaimana cara si Kuas dapat membaca buku catatan si Tuan?

6. Pround, Lucky, and Sinking (93)

Cerita ini punya konsep yang sederhana, tetapi eksekusinya ciamik. Aku senang dibawa menelusuri kenangan si Pintu mewah ini sebelum berakhir terapung sebagai puing Titanic. Walaupun sekilas terkesan lewat begitu saja, narasi tentang interaksi si Pintu dengan benda-benda di sekitarnya adalah favoritku.

7. The Possesiv Door (80)

Kesan cerita ini bagiku adalah retell film Titanic dengan bumbu cinta bertepuk sebelah tangan si Pintu kepada Rose. Hanya saja beberapa hal di dalam cerita ini terkesan kurang masuk akal. Seperti penyamaran pembunuhan Jack dengan menabrakkan kapal pada gunung es atau bagaimana si Pintu dapat menemukan Rose di antara kesilangsengkarutan kapal karam. Di samping itu semua, kisah Pintu pencemburu ini menarik untuk diikuti.

8. Kidung Gulana Naga Puspa (96)

Cerita lokal memang bukan keahlianku, tapi sejak paragraf pertama aku tahu ini salah satu yang terbaik. Diksinya selaras dengan konsep yang dibawakan. Gaya bahasanya sudah membuatku tertekan sebagai seorang penulis haha. Levelnya di luar jangkauanku!

9. Ma Reine, Mon Amant (85)

Aku senang membaca tentang Marie Antoinette yang berlainan dari cerita-cerita buruk tentang dirinya. Terlebih, cerita yang satu ini dibawakan dengan pas. Baik dari diksi sampai transisi alurnya. Endingnya juga cukup memberi sebuah kejutan.

10. Indestructible (83)

Berbeda dengan cerita-cerita sebelumnya yang menggambarkan si Berlian tak bersalah, yang satu ini betul-betul dapat mengutuk! Penokohan si Berlian juga cukup kuat. Hanya saja aku merasa cerita ini agak kabur. Terutama menyangkut latar waktu dan tempatnya yang masih meninggalkan tanda tanya.

11. The Last Memory (85)

Menurutku ini cerita sepotong kehidupan yang menarik untuk diikuti. Sederhana, tapi berkesan dengan pengemasan yang apik.

12. Belahan Jiwa (78)

Satu kata untuk cerita ini, EKSTRIM! Aku masih sibuk ngah-ngoh di awal cerita mencari-cari petunjuk akan siapa yang diceritakan penulis sebelum nama Naga Puspa keluar sebagai penerang. Untuk sebuah cerita berlatar lokal, aku nyaris tidak mendapatkan vibe lokalnya. Malahan, aku nyaris berpikir cerita ini berlatar barat. Cerita ini unik, sungguh. Sampai-sampai aku bingung mesti berkomentar bagaimana.

13. Lahir dari Sebuah Kematian (92)

Akhirnya ada juga yang mencoba menceritakan asal-usul hope diamond menjadi berlian terkutuk! Konsep ceritanya sendiri sudah apik, lengkap sudah dengan eksekusinya yang ciamik.

14. Kuas Milik Gadis Itu (80)

Di cerita ini sepertinya konsep 'kuas Lonardo da Vinci' hanya menjadi tempelan saja. Tapi cukup menarik mengambil sisi dari mana si Kuas berasal. Ada bagian di mana dialog tampil sepenuhnya sebagai rentetan tanpa narasi, tapi tampaknya hal itulah yang menjadikan dialognya mengalir.

15. Mereka yang Memilih Mati (82)

Seperti cerita pintu posesif di atas, cerita ini juga meninggalkan kesan retell film Titanic bagiku. Pembawaan ceritanya oke, tapi karena sudah tahu ke mana kisahnya mengarah, rasanya sudah tidak jadi kejutan lagi.

Sekian kiranya dariku. Sekali lagi maaf apabila ada kata-kataku yang membuat kalian tidak berkenan. Terima kasih untuk partisipasinya dalam event bulan ini.

Salam

Inanimated Object MemoriesDonde viven las historias. Descúbrelo ahora