prolog

20 2 1
                                    

Pagi pun datang dengan cahaya mentarinya yang mulai menyinari bumi, bahkan cahayanya pun mulai menerobos dedaunan yang sangat rimbun di salah satu pohon yang berada di halaman sekolah favorit.

di saat matahari mulai meninggi cahaya itupun terus menerobos dedaunan yang rimbun, hingga sampai cahayanya menyinari sebuah manik mata milik seorang gadis cantik yang tengah terduduk di bawah pohon itu.

Matanya mengerjap-ngerjap pelan ketika cahaya mentari yang tak sengaja menyorot manik matanya.

Manik matanya bergerak ke kanan dan ke kiri pada salah satu buku yang kini sedang ia pegang dan tangannya bergerak sangat lincah di atas buku itu.

Ya! Dia sedang berjuang mengerjakan sebuah tugas teorema phytagoras.

"Kok nggak sama sih jawabannya!"

Ia pun menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Cih, baru segini masa udah nyerah."
Ia pun mengulanginya kembali, namun sama saja jawabannya selalu tidak sama dengan jawaban yang ada di dalam jawaban tugas.

"Haihhhh, rumusnya itu udah bener tapi, masih aja salah."kesalnya.

Di tengah-tengah pusing mengerjakan tugas, tiba-tiba ada seseorang yang begitu saja duduk di sampingnya.

Ia tak begitu mempedulikannya karna masih berusaha fokus pada tugas.

"Fiks, gue nyerah!". Ia pun menutup bukunya, namun sebelum benar-benar tertutup seseorang yang duduk di sampingnya pun menahan bukunya.

"Rumus Teorema phytagoras buat nemuin garis miring itu pakainya positif bukan negatif." Ucapnya.

Sang pemilik buku hanya sibuk terdiam membongkar memory tentang suara yang sangatlah tidak asing terdengar di telinganya.

Sosok itu pun berdiri lalu menghadap gadis itu dengan seksama.

"Jangan lupa diminum, biar fokus"ucapnya. Lalu sosok itu meletakkan sebuah air mineral di samping gadis itu.

Gadis itu sibuk memperhatikan sosok itu menggerakkan tanganya ke arah puncak kepalannya dan mengelusnya pelan.

"Oke, gue pergi lo fokus ya" ucapnya.

Sosok itu pun beranjak pergi menjauh. Gadis itu pun terpaku dengan kejadian barusan.

Jantungnya seolah tak mau berhenti untuk memompa dua kali lebih cepat dari biasanya. Dan hatinya seolah menyuruhnya untuk menyerukan namannya.

Dan tanpa aba-aba lagi ia pun meneriakkan namannya. "GALAN!" panggilnya.

Sang pemilik nama yang belum terlalu jauh dari situ pun menoleh menatap gadis itu dengan menaikkan salah satu alisnya.

"Makasih" ucapnya dengan tersenyun kecil.

***

Huhuuy gess ini masih awal prolog yaa.
Gimana² respond kalian??
Masih mau lanjut lagi?? Wkwkwk
Wah sabar yaa mwehehe
.
.
.
.
.
.
(Galan Davendra Argara as Alexander jongchevevat)

(Nara Aksara Jauza as Dasha Taran)

(Nara Aksara Jauza as Dasha Taran)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana teman² visualnya cocok kan...???

Kuy baca kuy buat temen gabut kalian wkwkwk.
Bye-bye sayonara👋🏻

***

GALRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang