TL 5

43 9 0
                                    

Minggu-minggu berikutnya, tak ada kabar sama sekali dari Lilac. Jimin jadi khawatir sekali. Kalau benar Lilac ada apa-apa, kenapa wanita itu malah susah di hubungi?

"Apa dia sengaja menghindariku karena aku memiliki keluarga?" monolognya.

Matanya melihat gedung apartemen yang Lilac tempati. Ya dia kemari hanya ingin memastikan jika Lilac baik-baik saja.

Segera dia turun dan bergegas untuk mencari tahu. Kemungkinan besar apa Soona kemari. "Aku ingin bertanya apa ada tamu ke kediaman nona Lyn?" tanyanya pada resepsionis apartemen. Jimin tidak ingin langsung ke kamar Lilac dia hanya ingin memastikan.

"Kemarin katanya saudarinya, untuk hari ini Nona Lyn pergi. Saya tidak tahu kemana tapi sampai sekarang belum pulang mengambil kuncinya."

"Baiklah terimakasih, " ucap Jimin.

"Dimana kamu?" monolognya, namun Jimin memiliki satu kesimpulan kuat. Jika Lilac pergi bersama kakaknya tentu saja ada satu tempat yang di tuju. Dengan cepat dia menghubungi temannya untuk mencari tahu tentang keberadaan Lyn Valery.

"Lyn Valery, temukan alamatnya.."

.

Lilac mendapatkan satu pesan dari nomor tak di kenal pagi ini. Entah kenapa dia seperti di sudutkan dengan berbagai pertanyaan menyakitkan. Dengan mengancamnya? Tapi siapa? Istri Jimin? Kan mereka tidak tahu jika Lilac mengandung. Tiba-tiba ponselnya bergetar, panggilan telepon dari nomor itu lagi.

"Lily ada apa? Siapa?" tanya Valery. Dengan cepat Lilac mematikan panggilan itu. Dia tidak mau saudaranya ini tahu masalahnya.

"Tidak ada apa-apa--" namun bukan Valery jika tidak langsung merebut ponselnya. Lilac hanya bisa terdiam, menunduk. Dia malu.

Mata Valery seketika melebar kendati terpampang jelas foto hasil pemeriksaan Lilac. "What? You preagent? Lily, kenapa kau tidak berkata apapun padaku. Siapa pria itu? Maksudku ayahnya? Dan ini siapa yang mengirim?" Valery memberikan sejuta pertanyaannya. Sungguh jika dia tidak membaca pesan dari nomor itu pasti Valery tidak akan pernah tahu apapun. "Katakan Lily... Apa itu atasanmu? Kau ada hubungan dengannya?"

"Kak..."

"Katakan saja, tidak apa-apa. Katakan pelan-pelan, please."

Mendengar Valery berkata lembut membuat Lilac mau tidak mau mengatakan yang sesungguhnya. Dengan anggukan kecil yang Lilac berikan membuatnya berharap jika Valery tahu.

"Ryu Jimin benar? Direktur tempatmu kerja itu dia bukan?" tanya Valery sekali lagi.

"Emm.. Jimin. Iya."

Benar seperti yang Valery duga. Jimin yang cerdik, melampaui dirinya. Valery terlambat datang dan semuanya terjadi.

.

Soona hanya bisa menghela nafas saat melihat sebuah pesan yang baru saja masuk dalam ponselnya. Sebuah percakapan yang di screenshoot lalu disebarkan padanya.

[Ayah apa yang kau lakukan? Kau mengirimnya pada siapa? Kenapa pertanyaannya menyakitkan? Kenapa menyangkut Jimin dan Lilac?]

[Nak kau jangan lemah, itu akan membuat Jimin dengan mudah pergi.]

[Ayah.. Jimin tidak akan pergi. Dia masih disini.]

[Jelas wanita itu mengandung, apa kau tidak tahu? Tolong jadilah wanita yang penasaran kalau bisa kau temui saja dia agar kau tahu semuanya.]

Soona mematikan ponselnya. Mengusap mukanya beberapa kali, padahal saat ini Soona mencoba yakin jika ini memang perasaannya saja. Tapi setelah kebenaran ini terungkap rasanya hatinya benar-benar seperti di saat sembilu.

𝐒𝐇𝐎𝐑𝐓𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 | Edition 04 On GoingWhere stories live. Discover now