9. Happy family (end)

4.3K 287 16
                                    

Delapan tahun.

Delapan tahun bukanlah waktu yang singkat kecuali tahun itu diiringi kebahagiaan. Mark Lee dan Na Jaemin. Lee Haechan dan Huang Renjun. Setelah keterlepasan Jeno mereka menjadi harmonis.

Terlepas dari hubungan dan juga kehidupan. Jeno memilih untuk menjalani kehidupannya sendiri tanpa mencampurtangankan orang lain. Terutama Na Jaemin dan Huang Renjun. Kedua malaikat yang disakitinya.

Delapan tahun juga usia Chenle, dan tujuh tahun usia Jisung.

Jangan tanyakan betapa usilnya Jisung dan emosiannya Chenle. Teriakan mereka selalu mendominasi ruangan jika mereka disatukan.

Bagaikan air dan minyak, mereka tidak bisa bersatu dan bertolak belakang. Memang mereka adalah musuh bebuyutan walaupun mempunyai hubungan darah.

Bertengkar di manapun dan kapanpun. Seperti saat ini, Chenle tengah membangun istana pasir kini harus marah ketika pedang mainan Jisung memotong sebagian istananya.

Kedua anak itu selalu berdebat dalam urusan apapun. Kedua ibu mereka hanya diam. Lelah melerai mereka yang begitu sulit diberi nasehat. Chenle dan Jisung hanya mau berbaikan jika ada ayahnya.

Tapi kemana Mark dan Haechan? Mereka justru pergi berdua entah kemana membuat kedua ibu-ibu yang sedang duduk di ayunan panjang mengomel.

"Hei sudah sudah." Haechan tiba-tiba menjauhkan Chenle yang hendak menarik rambut Jisung. Haechan menggendong Chenle dan Mark menggandeng tangan Jisung.

"Dasar pendek!" Ejek Jisung yang membuat Chenle melotot dan lompat dari gendongan ayahnya.

"Kau tiang berjalan!" Ujar Chenle yang menatap nyalang adiknya.

"Wajah datar!"

"Tukang ngompol."

"Tidak bisa menggambar."

"Cengeng."

"Bayi tua!"

"Mana ada tuyul?!"

"Kau tuyul!"

"Ish! Pergilah!"

Selanjutnya mereka saling menatap. Seakan ada laser yang keluar dari mata mereka untuk saling membunuh.

"Dad/Yah!" Jisung dan Chenle saling menatap lagi.

"Aku dulu!"

"Aku!"

"Aku Lee Jisung!"

"Aku duluan Lee Chenle!"

Haechan dan Mark yang jengah akhirnya memilih menghampiri istri mereka yang tengah berbincang ria dan memakan cupcake yang para suami belikan tadi.

Haechan dan Mark duduk di samping istri. Sedangkan Renjun masih asyik mengobrol dengan Jaemin dan sesekali tertawa. Mungkin efek karna tidak bertemu setelah sekian lama.

"Lihatlah anakmu benar-benar merepotkan, setiap hari kerjanya bertengkar terus!" Keluh Mark yang membuat orang dewasa menoleh.

"Biarkan saja, pasti akan berakhir Jisung meminta maaf dan berbaikan lagi." Ujar Jaemin santai sambil memakan cupcake nya.

"Begitu saja terus siklusnya. Makan, bertengkar, berbaikan, Jisung jahil, bertengkar lagi, minta maaf, mandi bersama, berdebat, bermaafan, bertengkar lagi. Ah, aku sampai hafal." Mark dan yang lainnya terkekeh mendengar penuturan suami Renjun.

"Lucu sekali mereka jika dilihat-lihat. Lagipula jika sudah dewasa nanti, mungkin mereka akan tidak terpisahkan." Renjun setuju dengan ucapan sepupunya.

"Ya, begitulah." Ucap Mark yang kemudian menatap kedua bocah yang tengah saling mengejar. Tidak, sebenarnya Chenle yang mengejar karna Jisung mengoleskan pasir ke pipi Chenle dan membuatnya kotor.

"Oh ya Mark hyung, bagaimana keadaan adikmu?" Tanya Renjun yang membuat semua orang dewasa menoleh pada Renjun sekilas.

"Terulang lagi, dia menghamili wanita. Namun kali ini dia bertanggungjawab." Kata Mark setelah menghela napasnya.

"Benarkah? Kapan mereka menikah?" Tanya Haechan yang hanya mendapatkan tatapan biasa oleh Mark.

"Mereka diam-diam menikah tiga tahun silam, tapi anak mereka berumur empat tahun. Jadi ya mereka menikah setelah anaknya lahir." Jawaban Mark membuat Renjun tersenyum.

"Itu sebuah kemajuan, hyung. Setidaknya dia mau bertanggungjawab dengan anaknya saat ini." Mark mengangguk.

"Kau benar, aku juga berpikir begitu." Yang lainnya ikut tersenyum dan merangkul istrinya.

"Uncle Jeno!" Teriak kedua bocah itu dengan nada girang saat Jeno datang membawa papper bag berisi mainan.

"Hai! Lihat apa yang uncle bawa untuk kalian?" Jeno memberikan papper bag itu pada Chenle dan Jisung.

"Terimakasih uncle!" Ucap kedua bocah laki-laki itu serempak sambil menatap binar mainan yang berada dalam papper bag itu.

"Lihat siapa yang datang?"

Chenle dan Jisung mengalihkan atensinya. Terlihat seorang anak perempuan tengah berdiri di belakang Jeno sambil tersenyum.

Chenle dan Jisung lantas membulatkan matanya tak percaya.

"YUJIN!!!!"





Disisi lain Mark dan yang lainnya hanya menatap interaksi mereka. Mulai dari keberanian Jeno bertanggungjawab hingga kebahagiaan yang meliputi anak lelaki mereka saat bertemu anak Jeno.

"Sayang, apa kau tidak ingin membuat anak dengan darah daging kami?" Tanya Haechan yang membuat Jaemin dan Renjun melotot.

"TIDAK!" Ucap Renjun dan Jaemin serempak yang membuat kedua suami disana hanya meringis.

Biarkanlah Jisung dan Chenle tidak mengetahui ayah kandung mereka. Mereka semua tau apa akibatnya jika mereka berdua mengetahui ayahnya. Itu juga akan berdampak buruk bagi para orang tua.

Waktu akan terus berputar. Chenle dan Jisung hanya akan menunggu kapan ia mengetahui ayah kandung mereka. Mengetahui atau diketahui di kemudian hari. Belum saatnya dia menerima fakta menyakitkan ini.

Mereka masih terlalu dini dan membutuhkan waktu yang lama untuk menerimanya.

Biarkanlah keluarga itu merasakan kebahagiaan setelah sekian lama kesakitan. Kebahagiaan mereka adalah akhir dari perjuangan mereka.

Perjuangan menghadapi takdir, hingga perjuangan melahirkan sang anak kini telah berbuah manis.

Biarkan saja mereka menikmati hingga Tuhan kembali memutar roda kehidupan.












E N D









Jadi book ini aku rencanain panjang tapi malah segini doang :(, padahal satu chapter cuma sekitar 1000 kata dan itu pendek banget. Awalnya aku suka nulis gitu di buku terus aku terbitin di wattpad. Tapi pas di wattpad ternyata pendek banget heran :(

Tapi gapapa, thank you udah ngikutin cerita ini sampai akhir dan bakal aku buat penjelasan tentang cerita ini.

Secret (Hyuckren)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang