• Nichobin | Between Our Fault 💟

2.2K 112 71
                                        

Nichobin tuh dua bias aku yang paling heartwarming banget friendship-nya. So meski mereka 100% nggak bakal ada moment lagi, aku akan selalu nyempilin mereka every where😭





.





"Kakak tukang cepu ah!" 

Bukan satu dua kali Nicholas mengeluhkan hal ini pada kakaknya. Pasalnya, kakaknya yang sok suci itu emang tukang cepu alias ngaduan banget! Atau emang seluruh anak sulung di muka bumi ini punya tabiat secara default yang suka ngaduin dosa adeknya ke orang tua? 

Yang lebih tua mencebik. Kalau emang si adek yang bandel plus kepala batu, si kakak bisa apalagi selain ngadu? Nanti lepas tangan. salah lagi. Dicap nggak peduli trus berujung dianggap sebagai kakak yang nggak bisa jagain adeknya. Serba salah.

"Ya salahmu! Ngapain adu bogem lagi? Hobi tuh masak kek, gambar kek, berkebun kek. Bukannya nambah musuh di setiap teritorial nusantara. Hiihh!" Hanbin menarik dagu sang adik untuk mulai mengompres memar di sekitar rahang, sudut bibir, hingga pipi dan pelipis. 

Dia tau persis kalau Nicholas nggak mungkin berantem penuh kasih alias siapapun lawannya bakal dia pandang setara dengan saingannya di MMA. Makanya, gas aja tonjok tanpa peduli lawannya patah tulang atau sekarat sekalian. 

Sementara itu Nicholas berkilah, "Bukan cari musuh tapi bela diri. Lagian lo kalo nggak tau apa-apa mending diem dah.""Gimana aku mau tau kalo kamu nggak cerita?" nada bicara Hanbin melunak. Nicholas susah dijinakin kecuali kamu mau suka rela ngalah dan jadi manusia paling sabar sedunia. Dan cuma Hanbin yang bisa. 

"Kasih tau Kakak. Tadi kenapa tiba-tiba ngamuk di kampus?"

Nicholas masih enggan menjawab. Giginya bergemertak, bukan karena perih obat antiseptik yang ditepuk ke lukanya tapi karena efek geram penyebab amarahnya tadi. 

"Kakak tebak deh. Ejek-ejekan nama bapak?" tanyanya jenaka. 

Masih diam. 

"Ohh, tau keknya. Rebutan gebetan?"

Tebakan kedua mendapat lirikan setajam pembunuh. "Lo pikir gue jamet dari mana yang mau repot-repot ngeluarin tenaga gue yang berharga cuma gara-gara begituan?!"

"Astaga. Galak banget." Hanbin terkejut tanpa dibuat-buat. Adiknya ini luar biasa serem kalo marah, dunia mengakui itu. Bahkan orang tuanya aja memilih buat diem dan baru ngomel sampai marah Nicholas reda. Bayangin aja sore-sore mejeng di ambang pintu dengan rambut agak gondrong acak-acakan dan muka hancur, mana darahnya netes kena baju! Apa orang rumah nggak takut?? "Kalo bukan karena itu terus kenapa?"

"Lo."

"Hmm?"

"Karena lo, Kak." Ia mendesis. "Kei ngelecehin lo makanya tanpa pikir panjang gue lempar gelas kaca ke mukanya. Eh si bangsat nggak terima dan nonjok gue. Yaudah gue tonjok balik trus gue injek dadanya pas dia terkapar di lantai kantin. Masih sok kuat dia. Gue bales lagi, gue tendang mukanya. Trus--"

"Cukup." Hanbin nggak sanggup ngedenger kronologi retaknya lengan dan kaki Kei, teman Nicholas yang disebut tadi. "Eumm makasih udah begitu demi Kakak, Nicho. Tapi Kak Kei nggak ganggu aku loh. Menurutku kamu nggak perlu segitunya...."

Nicholas mendelik tajam. Nggak ganggu apanya? Mulut cowok Jepang itu licin banget kayak perjaka tua kurang belaian yang nafsunya nggak ketampung. Umur Kei lima tahun di atasnya, tapi gaya bicaranya kampungan betul. Bahkan Nicholas nggak akan ngira kalo cowok itu adalah seniornya yang selesai kuliah dua tahun lalu dan sialnya sekarang kerja bareng Hanbin sebagai HRD.

oneshoot; ilandOù les histoires vivent. Découvrez maintenant