Kecelakaan

37 3 0
                                    

    "Reika, Kakak kecelakaan." Kalimat itu membuat Reika terbelalak. Terkejut, tentu saja. Belum ada lima menit punggung sang hawa merasakan sandaran, telepon dari sang kakak sudah mampir ke ponselnya. Menyebut kata "kecelakaan" pula. Sebagai adik yang-ehem-baik, Reika benar-benar merasa khawatir, pastinya.

    "Kenapa?" Lelaki di depannya, sang pemilik kamar indekos, terheran melihat wajah yang tiba-tiba berubah cemas.

    "Kok bisa? Kakak sekarang di mana dah? Kakak enggak apa-apa, 'kan? Mobilnya gimana?" Reika bertanya. Tak mengindahkan kalimat yang keluar dari mulut entitas di dekatnya. Pikirannya kini hanya tertuju pada satu orang, sang kakak.

    "Satu-satu, anjir!" potong pemuda di seberang telepon. Sedang pemuda yang berada satu ruang dengan Reika sudah bersiap mengambil helm dan memeriksa motor. Ya, Naoya sudah beranjak terlebih dahulu ke koridor. Padahal, Reika sang tamu masih terdiam menunggu jawaban kakaknya di dalam kamar indekos.

    Tak berselang lama, si pemilik kamar kembali. Menawari Reika tumpangan ke tempat yang dalam sambungan telepon disebutkan oleh sahabatnya, Rei. Yang kemungkinan adalah nama sebuah rumah sakit.

.

.

.

    Reika mengarahkan netra sewarna kopi ke tempat keluar-masuknya pembeli pusat perbelanjaan. Sejenak mencari eksistensi sang kakak yang pamit ke luar membeli minuman beberapa waktu lalu, namun belum juga kembali sampai sekarang. Bukan apa-apa, tetapi gadis itu kini telah mencapai batas ketahanan kantuknya dan dia tidak mau sang kakak melihatnya tertidur pulas. Malu, alasannya.

    "Balik, yuk!" ujar lelaki yang tiba-tiba saja telah berada di sampingnya. Nada suara yang tinggi dan helai rambut yang seluruhnya diwarnai menjadi pirang menandakan bahwa sosok tersebut tak lain tak bukan adalah Sawamura Rei, sang kakak.

 Nada suara yang tinggi dan helai rambut yang seluruhnya diwarnai menjadi pirang menandakan bahwa sosok tersebut tak lain tak bukan adalah Sawamura Rei, sang kakak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    "Lah, ayo! Sudah Reika tungguin dari tadi juga!" Reika membalas dengan nada cuek. Walaupun tidak betulan-cuman ceritanya saja dia sedang ngambek.

    Pada pedal gas Rei tancapkan kaki. Mobilnya kini dia pacu kembali. Berbaur di jalan raya bersama lalu lalang alat transportasi lain. Sampai akhirnya, mata kakak-beradik melihat setitik kejanggalan yang membuat diri keduanya merasa tak enak hati.

    Kendaraan yang melaju persis di depan mereka mulai oleng.

    Duar!

    Dan laka lintas pun tidak bisa mereka hindari.

    Benturan benda entah apa membuat Reika merasa lemas. Ia sudah tak bisa berpikir apa yang menjadi penyebab dari rasa pening yang tiba-tiba saja menyerang. Apa karena dia sedang kehilangan banyak darah? Bau amis pun samar-samar ditangkap oleh indra penciuman miliknya. Memperkuat asumsi yang iseng melintas di pikiran.

HOPE | ONE N' ONLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang