Ally menyandarkan tubuhnya pada recliner. Suara tawanya menyisakan seringai lebar di wajah. Ia tak bisa mengatupkan bibirnya sebab selalu ada hal ajaib yang mesti diceritakan ketiga sahabatnya ini setiap kali mereka melakukan panggilan video.
Tiga di antaranya adalah Bianca, Carol dan Dyna. Nama mereka berempat membentuk akronim ABCD, namun lebih dikenal sebagai grup Dugong oleh teman-teman kampus mereka dulu. Entah, apa yang membuat mereka dipanggil begitu. Bicara soal bentuk fisik, keempatnya nyaris punya lekuk tubuh yang sempurna. Sejak masa kuliah hingga usia kerja, mereka rajin merawat tubuh dengan berolahraga dan menjaga pola makan.
Memang sih, Dyna yang sudah menikah sekarang bobot tubuhnya bertambah. Namun tidak bisa dikatakan gemuk juga, karena lingkar pinggangnya pasca melahirkan ternyata masih berada dalam batas normal.
Kali ini, Bianca jadi sentral percakapan mereka. Apalagi yang mau dibicarakan kalau bukan soal cowok? Bianca dan Ally adalah dua di antara empat Dugong yang masih berstatus lajang. Jika Ally sangat menikmati karirnya, maka Bianca punya alasan lain. Ia masih ingin bersenang-senang. Pindah dari satu lelaki ke lelaki lain. Kadang ketiga temannya berpikir, apa tidak lelah main perasaan atau pindah dari satu hubungan ke hubungan yang lain? Tapi bagi Bianca, cinta tak lebih dari sekadar permainan. Masuk ke dalamnya dan nikmati setiap babaknya. Kalah atau menang, semua tetaplah bagian dari permaianan.
"Jadi, kita fix kan meet up weekend ini?" tanya Carol yang udah ngebet pengin ketemu karena iseng di rumah sendirian. Ah, Carol ini belum punya momongan dan suaminya penerbang. Memang sih, selama pandemi Covid-19 melanda, jumlah hari tugasnya berkurang banyak. Tapi beberapa bulan belakangan, kondisi mulai membaik dan suaminya sudah punya jadwal terbang lagi.
"Jadi dong, gue udah kangen banget sama kalian," balas Bianca segera. "Lo gimana, Al?" Bianca melempar pertanyaan kepada Ally.
"Bisa, bisa. Gue udah kosongin jadwal kok," jawab Ally, meyakinkan.
"Jangan ada lembur mendadak lo ya!" ancam Bianca begitu mendengar jawaban Ally. Dan dengan cepat, Ally mengacungkan jempol untuk menambah peyakinan kepada teman-temannya.
"Di mana, gengs?" Dyna yang sejak tadi cenderung pasif, segera mengonfirmasi tempat pertemuan mereka akhir pekan ini.
"GI aja yuk. Jadi Ally gampang dari Senayan langsung ke situ. Kalian berdua juga nggak kejauhan, kan?" Bianca memberi usulan yang dipikirnya paling tepat. Dyna tinggal di Thamrin sekarang, posisinya sangat strategis untuk mencapai Grand Indonesia. Ally yang dari Senayan pun tinggal meluncur. Kalau Carol, di mana pun tempatnya, dia pasti nyampai kok. Carol kan paling pengertian di antara mereka berempat.
"Oke, fix." Ally menyetujui. "Yang lain gimana?" Semua pun mengangguk setuju. Jadilah, pertemuan mereka terjadwal setelah bulan-bulan yang panjang yang hanya diisi dengan berita-berita Covid di mana-mana.
Sebelum panggilan video ditutup, Bianca yang seringnya jadi pengambil keputusan dalam kelompok, sudah mengingatkan teman-temannya lagi agar datang tepat di hari yang sudah disepakati.
* * *
Lift berjalan turun menuju basement. Ada dua orang di dalamnya bersama Ally, dan mereka semua bungkam dibalik masker yang menyelubungi mulut dan hidung. Sejak pemberlakukan protokol kesehatan di gedung ini, Ally jadi salah satu yang paling taat. Saran untuk jaga jarak dipatuhi, termasuk tak berbicara di ruang publik tertutup, lift misalnya.
Sembari menunggu lampu yang menunjukkan tempat mobilnya terparkir menyala, Ally asyik berselancar dengan gawainya. Ia sudah cukup lelah dengan berita pandemi dan segala permasalah yang menyertai. Namun, media sosial tampaknya tak menyisakan banyak ruang untuk kabar lainnya. Entah karena media sosial digunakan sebagai kampanye oleh pemerintah dan organisasi kesehatan dunia, atau karena Ally pernah rajin mengikuti perkembangan kasus Covid, dan media sosial membacanya sebagai algoritma? Ally tak tahu dan tak mau tahu.
Alih-alih tenggelam dalam kabar-kabar tersebut, ia memilih membaca ulang percakapan geng Dugong di WhatsApp, salah satu aktivitas yang cukup sering dilakukannya meski tanpa alasan khusus. Ya, baginya selalu menyenangkan untuk melihat obrolan teman-temannya itu. Membuatnya merasa tetap dekat sekalipun mereka sudah sangat jarang untuk bertemu secara fisik.
Pintu lift terbuka dan Ally melangkah keluar. Ia masih memandangi layar ponselnya ketika pesan dari Dyna masuk dan mengabarkan sesuatu yang mengejutkan.
Dyna minta maaf karena tak bisa hadir weekend ini. Sekaligus mengabari, suaminya baru saja mendapatkan hasil tes usap Covid-19 karena beberapa hari yang lalu mengeluh tak enak badan. Dan hasilnya adalah... positif.
Grup WhatsApp banjir pesan dan pertanyaan. Bagaimana keadaan Dyna dan anaknya sekarang? Apakah mereka baik-baik saja? Apakah Dyna mengalami keluhan atau gejala yang mengarah pada penyakit yang sama? Di mana suaminya akan isolasi? Apakah Dyna akan melakukan tes juga segera? Dan lain sebagainya.
Ally pernah menghadapi masalah serupa ketika ada rekan dalam timnya yang juga terpapar Covid-19. Namun ketika ini dialami oleh orang terdekat, hatinya terasa remuk. Ia membayangkan bagaimana Dyna dan sang suami harus melewati ini. Bagaimana jika Dyna dan si kecil juga iku terinfeksi? Bagaimana cara mereka mengatur proses isolasi dan penyembuhan nantinya?
Di depan mobilnya, Ally sibuk dengan kedua tangan yang terus memantau percakapan di grup. Ia tak kunjung masuk ke mobil dan pergi meninggalkan gedung kantornya ini. Isi kepalanya tumpang tindih. Barulah, setelah beberapa saat percakapan mereda dan Dyna mengatakan kalau ia akan melakukan tes malam ini juga serta minta doa dari teman-temannya, Ally merasa kalau ia sudah bisa meninggalkan percakapan itu sejenak sambil menunggu kabar selanjutnya.
Ally masuk ke mobilnya dan menghidupkan mesin sambil menunggu hawa pengap lenyap dari kabin mobilnya. Ia memegangi kemudi sembari melayangkan pikiran pada orang-orang tercinta yang ada di rumahnya. Ally tak pernah memikirkan ini sebelumnya. Namun, penyebaran Covid yang terasa semakin mendekat kepada orang-orang yang dikenalnya, membuat ia berpikir tentang skenario keadaan ini juga.
Bagaimana jika ini menimpa keluargaku? Apa yang harus kusiapkan? Pikir Ally dalam hati.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Ally's Project
ChickLitCovid-19 menghancurkan hidup Ally. Kehilangan ayah tercinta, hingga mengalami post covid syndrome yang menyebabkan serangkaian masalah kesehatan berkepanjangan. Ia juga harus merelakan karirnya yang cemerlang serta mengalami gangguan kecemasan yang...
