2. After 40 Days

152 16 36
                                    

Warning!
MPREG (yang gak suka bisa di skip). Kinda 18+

read at your own risk.

.

.

.

.

Mark makan dengan tergesa-gesa. Kalau orang lain akan menikmati makanan yang masuk ke mulut, maka Mark tak punya waktu untuk itu. Ia bisa makan dengan tenang saja sudah sangat bersyukur.

Sejak seorang putri cantik hadir di tengah-tengah kehidupannya dan Perth, seluruh perhatian Mark hanya untuk anak pertamanya itu. Tak ada waktu untuk yang lain, bahkan untuk mengurus diri sendiri, mandi, makan atau tidur. Semua Mark lakukan saat anaknya tidur. Tentu dengan cepat karena ia harus bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya sebelum putri tercintanya bangun.

Perth yang baru saja pulang tersenyum lebar mendapati Mark sedang lahap makan di meja makan. Ia usap kepala Mark sayang membuat pemilik kepala mendongak.

"Kamu udah pulang."

Perth mengangguk lalu mengecup dahi Mark.

"Mau mandi dulu apa makan dulu?" Tanya Mark sudah bersiap untuk bangkit melayani kebutuhan suaminya. Tapi Perth tahan pundak Mark dan memintanya kembali duduk.

"Lanjutin dulu aja makannya. Aku bisa sendiri. Mau mandi dulu. Lengket banget badan."

"Mau aku siapin air anget?"

"Gak usah. Aku bisa, sayang. Tinggal pencet doang kok." Tolak Perth lembut.

"Aku siapin baju gantinya kalo gitu."

"Sayang.." Panggil Perth selembut mungkin. Mark yang sudah setengah berdiri kembali duduk.

Perth tatap mata istrinya yang terlihat jelas sangat lelah. Tentu ia tau kalau Mark kurang tidur. Ia pun sama. Tapi Mark pasti lebih kurang tidur daripada dirinya. Ia beberapa kali terbangun saat mendengar anaknya menangis, sisanya ia tidur dengan pulas. Sedangkan Mark, ia tau pasti kalau Mark selalu bangun, bahkan tak tidur sama sekali di minggu-minggu awal. Perth tak ingin menambah beban untuk Mark. Ia ingin bisa membantu semampunya.

"Kamu selesain makan aja. Abis itu gantian kamu yang mandi. Udah berapa hari gak mandi?" Goda Perth kemudian mendapat pukulan manja di lengannya.

Mark mengangguk. Bersyukur sekali punya suami yang sangat pengertian seperti Perth. Berkali-kali Perth menyarankan untuk menggunakan jasa asisten rumah tangga tapi Mark menolak. Ia masih sanggup melakukannya sendiri. Lagi pula rumah mereka tak terlalu berantakan karena Perth juga di rumah hanya malam hari kecuali hari libur.

"Mumpung anak kita yang cantik masih bobo." Lanjut Perth.

.

.

Perth telah selesai mandi. Sebuah handuk menggantung di lehernya dan tubuhnya hanya berbalut celana pendek.

"Sayang.." Panggil Perth pelan sekali.

Mark tertidur di sebelah anak mereka. Sepertinya ketiduran saat menunggunya selesai mandi.

"Mm?"

"Jadi mandi gak?" Tanyanya lembut sambil mengusap-usap rambut halus Mark.

Mark menatap sekitar sambil mengumpulkan nyawanya. "Iya, jadi." Jawabnya seraya mengucek matanya. "Tolong jaga anak kita sebentar ya yang."

Perth mengangguk.

Selesai mandi Mark sedikit lebih segar. Tubuhnya juga serasa segar. Akhirnya ia bisa mandi juga. Bukannya tak sempat mandi, tapi Mark tidak ingin mandi. Alasannya karena ia begadang. Jam tidurnya hanya satu atau dua jam sehari. Sisanya ia mencuri-curi jam tidur.

PerthMark [All One-Shot]Where stories live. Discover now