24. Haechan dan Hujan

1.8K 164 2
                                    

Setelah kejadian di resto 8 hari yang lalu, Haechan sama sekali tidak pernah melihat Mark lagi. Entah itu di kantin fakultasnya, di area kampus, sampai ke fakultas seni pun Haechan tidak pernah melihat Mark. 

Jangan tanyakan kenapa Haechan bisa mengunjungi fakultas tempat Mark belajar. Alasannya sih untuk bertemu dengan Renjun, tapi kenyataannya dia memang sengaja kesana agar bisa melihat wajah mantan kekasihnya. Lagipula untuk apa juga dirinya repot-repot ke fakultas seni hanya untuk bertemu dengan Renjun.

Ngomong-ngomong tentang Renjun, saat Haechan menceritakan semua kejadian di resto saat itu, Renjun langsung mengamuk seperti orang kesetanan sampai seluruh penghuni kebun binatang ia absen. Hampir saja nyawa Mark melayang jika Haechan tidak segera menahan Renjun yang akan menghabisi Mark. Dan ketika Mark menanyai kabar Haechan, Renjun sama sekali tidak membalasnya, hingga sampai saat ini pun Renjun masih marah dengan Mark.

Haechan menghela napasnya kasar. Ternyata Mark benar-benar menjauhinya. Memang awalnya Haechan ingin menjauh dari Mark, tapi setelah beberapa hari dirinya tidak melihat mantan kekasihnya itu, bukannya melupakan Haechan malah semakin terpikirkan oleh keadaannya.

"Kenapa?" Tanya Han karena Haechan sama sekali tidak menyentuh makanannya.

Saat ini mereka sedang berada di kantin dekat parkiran utama.

Haechan hanya menggeleng lesu. "Lagi ngga nafsu makan aja" Jawabnya.

"Masih kepikiran kelakuan kelompok lo?"

"Halah palingan gara-gara kangen sama mantannya" Sahut Renjun yang entah sejak kapan duduk di samping Han.

"Mantannya?"

"Iya, Kak Arga" Jawab Renjun saat melihat Han kebingungan.

"Oh Kak Mark" 

"Nah itu lu tau" 

Di kampus mereka Mark memang lebih sering di panggil dengan Arga, hanya orang-orang terdekat yang memanggilnya dengan panggilan Mark.

Haechan tidak menghiraukan obrolan Renjun dengan temannya itu, dia masih terpikirkan oleh keadaan Mark. Selain itu, dirinya masih teringat dengan dosennya yang tadi memarahinya, juga dengan teman-temannya yang seolah-olah memojokinya karena tidak amanah dalam mengerjakan tugas kelompok.

"Can, Jun, gue duluan ya" Pamit Han membuyarkan lamunan Haechan.

Haechan hanya membalasnya dengan senyum simpul serta lambaian tangan.

Tidak lama kemudian, Renjun juga pamit untuk pulang karena hari ini dia ada rapat kelompok. "Sorry Can, gue nggak bisa nemenin lo"

"Nggak papa, yaudah sana. Hati-hati di jalan" Kata Haechan sambil tersenyum.

"Eumㅡ Yaudah, gue duluan ya?" Pamit Renjun sedikit ragu.

Renjun sedikit tidak percaya meninggalkan Haechan sendirian. Masalahnya tidak biasanya dia bersikap seperti itu.

Biasanya jika Renjun meninggalkannya, Haechan akan bilang "Ga setia kawan lo" atau "Awas ketabrak semut"

Baru beberapa langkah Renjun meninggalkan Haechan, dia kembali berbalik menghampiri Haechan dan memeluknya dari belakang. "Gue janji, abis kelar semuanya, gue pasti ke kosan lo. Nanti lo boleh curhat sepuasnya"

Renjun bisa mendengar jika Haechan sedang tertawa. "Iya iya, yaudah sana pergi. Awas ketabrak semut" Ujar Haechan.

Haechan tidak bisa untuk tidak tersenyum. Diantara keenam temannya, memang hanya Renjun yang benar-benar mengerti dengan perasaannya.

Renjun melambaikan tangannya. "Byee" Kali ini dia sedikit lebih lega meninggalkan Haechan.

Setelah Renjun pergi, Haechan kembali merasa kesepian. Di saat seperti ini yang dia butuhkan hanyalah teman curhat beserta pelukan hangat.

Biasanya selalu ada Renjun dan Mark di sampingnya. Tapi Renjun sedang sibuk, dia tidak boleh egois. Sedangkan Mark, entahlah Haechan juga tidak tahu bagaimana keadaannya.

"Kak Mark" Lirihnya tanpa sadar.

Haechan menelungkupkan kepalanya pada tangan yang ia lipat di depan meja.

Tanpa sadar dirinya menangis. Rasa rindunya yang menumpuk membuat matanya tidak sadar mengeluarkan butiran air.

Seolah tau apa yang sedang Haechan alami, langit yang semula cerah berubah menjadi gelap, dan tidak lama kemudian hujanpun turun.

Haechan masih menangis sambil sesekali menyebut nama mantan kekasihnya.

"Kak... aku butuh kakak"

"Nggak ada yang ngertiin perasaan aku selain kakak"

"Aku capek..."

"Kangen kakak"

"Aku cuma butuh pelukan"

Tepat setelah Haechan menyelesaikan ucapannya. Seseorang yang entah darimana datangnya, menyampirkan jaket dan merangkulnya.

Haechan mendongak dan menatap orang itu. Tidak sampai situ saja, Haechan juga langsung memeluknya.

"Gue kangen..."






-tbc
ada yang bisa nebak itu siapa?
btw, saya ga bisa update cepet karena sibuk jadi siswa kelas akhir alias banyak praktek dll :(

Katanya Mantan ✔️ | MarkhyuckWhere stories live. Discover now