CHAPTER 10

719 118 19
                                    

Airin's POV

Gue nggak nyangka kalau harus mengulang kejadian ini lagi.

Saat ini gue sedang menunggu dokter yang lagi memeriksa kondisi Chandra di ruang IGD.

Chandra kecelakaan motor sampai nggak sadarkan diri. Gue belum tau kronologinya seperti apa, tapi dari saksi orang yang membawa Chandra ke rumah sakit mereka bilang ini kecelakaan tunggal. Seketika pikiran gue langsung kemana-mana, kembali lagi ke 5 tahun silam saat gue pertama kali putus sama Chandra.

Gue sama Chandra dulu memang satu kampus, tapi kita baru akrab justru menjelang kelulusan. Kalau ditanya kita akrabnya karena apa? Ini agak random sih. We met at the therapist. Aneh kan? 

Gue sih waktu itu ke therapist bukan gue yang konsul, tapi gue waktu itu lagi ngajuin proposal magang buat jadi tim marketing di tempat therapist nya. Tapi kalau Chandra, dia memang beneran lagi konsul. Chandra pernah mengalami depresi hingga membuat dia sering melakukan percobaan bunuh diri, semua itu berawal ketika Ibunya meninggal. Chandra anak tunggal yang cuma hidup berdua dengan Ibu nya, sehingga setelah Ibunya meninggal dia harus hidup sendiri.

Setelah kita ketemu di therapist itu kita jadi sering ngobrol, dia jadi sering cerita sama gue tentang masalah-masalahnya yang sampai membuat dia harus ke therapist. Chandra sama kayak gue, nggak punya banyak teman. So at that time we kind of completed each other, karena gue juga sedang kehilangan Jingga yang lagi kuliah di Bali.

Chandra itu baik banget sama gue, tapi sayangnya di tahun kedua kita pacaran, gue merasa he's not the one, gue pun yakin Chandra juga merasakan hal yang sama karena kita tidak ada kecocokan, tapi bedanya gue merasa hubungan ini harus diakhiri sementara Chandra merasa hubungan ini harus tetap diperjuangkan. 

Hal itu membuat lima tahun lalu gue memberanikan diri buat putusin Chandra dan menghilang dari dia. Tapi nggak lama setelahnya gue mendapat kabar kalau Chandra harus dilarikan ke rumah sakit karena percobaan bunuh diri, he cut himself.

Semenjak kejadian itu, gue nggak pernah berani buat seratus persen menghilang dari dia, kita memang tidak pernah balikan setelah kejadian itu, tapi dia selalu tetap memperlakukan gue sebagai pacarnya, gue sering menyuruh dia untuk cari pacar baru tapi dia selalu menolak. Gue selalu terbebani dengan kata-kata Chandra:

"Airin cuma satu-satu nya yang Chandra punya."

Kata-kata itu menjadi beban buat gue selama ini. Gue memang sayang sama dia karena dia teman yang baik, tapi.. memangnya gue nggak boleh cari kebahagiaan gue sendiri ya?

Gue nggak menyangka kejadian lima tahun lalu terulang lagi saat ini, walaupun gue nggak tau apakah kecelakaan Chandra kali ini karena dia sengaja atau memang murni kecelakaan, tapi entah kenapa feeling gue Chandra memang sengaja mencoba untuk melakukan hal itu lagi.

Kalau sampai Chandra kenapa-kenapa gue sepertinya nggak akan bisa maafin diri gue sendiri. 

Apa susahnya sih Rin buat hidup sama Chandra? Dia selama ini baik kan sama lo? Masalah cocok-cocokan bukan masalah besar kan? Toh selama ini lo bisa bertahan tujuh tahun sama dia dan lo bisa menjalani hidup lo sampai sekarang. 

Jangan egois lo Airin, ini masalah nyawa orang.

"Permisi, apa ibu adalah wali pasien bernama Chandra Wicaksana?" Tiba-tiba seorang suster dan dokter datang menghampiri gue.

"Iya betul sus" Gue pun langsung berdiri.

"Pasien sudah siuman, tapi keadaan pasien masih shock karena benturan, masa kritisnya untungnya sudah berlalu, tapi masih menunggu hasil rontgen pasien buat melihat apakah ada patah tulang dan pendarahan didalam. Tapi sementara kalau ibu mau melihat pasien silahkan"

BETTER HALF - COMPLETEDWhere stories live. Discover now