Erasmond

64 13 82
                                    

"Bisa kalian jangan berisik," keluh Sky kepada dua temannya–Elline dan Samuel. "Aku tidak mau sampai tertangkap penjaga sekolah gara-gara kalian."

"Sorry," bisik Samuel.

Mereka merunduk di salah satu sudut rak sempit berpenerangan minim. Sebuah buku besar dengan cahaya memancar berwarna merah dari dalam buku, menguarkan bintik-bintik memukau layaknya kunang-kunang.

"Bagaimana kau bisa tahu buku ini?" tanya Elline. Jemari kecil kurus itu tak sabaran membuka lembar pertama.

"Aku mendengar ruangan ini tak pernah dibuka selama hampir sepuluh tahun, kemarin aku menyelinap dari jendela dan menemukannya. Kurasa buku ini memiliki kekuatan magic."

"Ayo keluar dari sini, kalau kepala sekolah tahu kita memasuki perpustakaan ini, mereka pasti akan menghukum kita, Sky!" tegur Samuel dengan penuh penekanan.

Dengan cemas Samuel masih berupaya mengintip di celah pintu, khawatir keberadaan ketiganya diketahui oleh para guru di WGAverse Highschool.

Lembar demi lembar halaman yang Sky dan Elline buka kosong, sampai akhirnya keduanya mendapati sebuah gambar muncul dari buku tersebut dengan sendirinya.

"King of demon, Lucifer?" Mereka memerhatikan gambar tersebut. Gambar yang disertai penjelasan singkat beserta ciri-cirinya. Sky kemudian membalik halaman berikutnya.

"Imp, prajurit Erasmond; the demon kingdom. Kurasa buku ini menceritakan tentang kerajaan iblis," tutur Sky sambil menatap dua sahabatnya secara bergantian.

"Wait! Kupikir ada sesuatu yang special di buku ini. Coba balik halaman berikutnya, Sky!" Elline memerhatikan Sky, tanpa banyak berpikir ia segera membalik halamannya. Sky sedikit takut, meskipun tak dipungkiri bahwa rasa penasarannya lebih besar daripada rasa takutnya.

"Sam, kemarilah, lihat tulisan ini," ujar Elline memanggil Samuel tatkala samar-samar terlihat tulisan timbul ke permukaan. Buku itu tampak kumal dan sepertinya terbuat dari  kulit binatang yang disamak. Merasa penasaran, pemuda itu lalu mendekat.

"Bahasa apa ini?" tanya Sky sambil mengernyit.

Elline menggeleng, ia pun tidak tahu itu bahasa apa.

"Anglo Saxon sepertinya," jawab Samuel. Remaja yang memiliki darah campuran bule itu sepertinya paham bahasa inggris kuno, mungkin karena terlalu banyak melahap bacaan buku sejarah.

Seketika tulisan yang muncul semakin jelas. Tanpa sadar mereka terhanyut dan ikut membacanya, mengeja satu per satu setiap barisan kata, lalu mendadak ruangan memudar dari bidang pandang ketiganya. Suasana beralih menjadi sangat sunyi. Hanya didominasi kegelapan konstan.

Semua terjadi begitu cepat dan ketika Samuel terbangun, mereka bertiga sudah berada di tepi rawa-rawa dengan  tanaman liar yang hampir menutupi seisi tempat itu. Pencahayaan sangat minim dan jarak pandang mereka terbatas.

"Sky, El, sadarlah!" Samuel  mencoba membangunkan kedua temannya yang masih tak sadarkan diri itu. 

"Benar-benar tempat yang aneh," pikir Samuel.

Pemuda itu mengguncang bahu kedua sahabatnya bergantian. Cukup lama hingga ia nyaris putus asa, tetapi akhirnya kedua sahabatnya mulai menggosok kelopak mata dan meneliti setiap sudut arah mata angin.

"Kita di mana ini?" pekik Elline ketakutan. Sky mengusap bahu Eline menenangkan.

"Tenang, El. Kita akan segera keluar dari sini," bujuknya.

Dari balik semak terdengar suara dersik daun kering yang terinjak, mata ketiganya mengawas waspada. Ketegangan mulai merangsek menyusupi pikiran. Tidak, mereka berharap ini bukanlah akhir dari segalanya.

ErasmondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang