36. Ku lepas dengan Ikhlas

12 1 0
                                    

~Kemarin aku sudah belajar mencintaimu. Sekarang, aku mulai belajar melupakanmu dan akan terbiasa tanpamu~

***
"Semoga berhasil," ucap Robet kemudian.

"Semoga saja. Kalau begitu, sebagian hotel yang kau berikan, aku kembalikan padamu."

Robet terdiam sejenak, lalu berkata lagi, "kenapa tidak kau terima?"

"Itu caraku agar bisa melupakanmu."

Robet tercengang mendengar perkataannya.

"Semoga saja aku bisa terbiasa tanpamu."

Hati Robet bergetar. Setiap perkataan yang terlontar dari mulutnya entah dia mengutip darimana, ia merasa bulu kuduknya merinding. Ia tak bisa menafikan perasaan itu. Diam membisu membuat Imaz menatap terus wajahnya yang dipenuhi perban. Mungkin, ia sudah tak sudi mendengarkan ucapannya. Maka, tanpa pamit ia pergi meninggalkannya. Jika datang tanpa menyapa, apakah pergi juga tanpa pamit?

Memang benar, melepaskan seseorang yang tidak akan menjadi satu seutuhnya, sakitnya tak berdarah. Namun, kenangannya tak lepas dari angan-angan. Ningrum selalu menasehati Imaz seperti yang pernah Imam Ghozali karang dalam kitabnya Ayyuhal Walad bahwasannya Nabi Muhammad SAW pernah mendapat nasihat dari malaikat Jibril;

Nasihat Pertama
عِشْ مَا شِــئْتَ فَإِنَّـكَ مَـيِّتٌ
"Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati."

Sebaik-baiknya nasihat adalah kematian, dari nasihat di atas dapat kita ketahui kematian merupakan hal yang pasti dan tidak mungkin makhluk dapat terhindar darinya. Jalan hidup merupakan suatu pilihan, menjadi buruk atau baik itu pilihan, menjadi pendosa atau bertakwa itu juga pilihan, menjadi hina atau mulia itu juga merupakan suatu pilihan. Apapun dan bagaimana pun jalan hidup yang kau pilih, ingatlah satu hal kau akan mati, dan tentunya mati bukanlah akhir, mati adalah awal, awal dimana kita menjalani dunia baru yang tentu sangat berbeda dari kehidupan dunia.

Nasihat Kedua

وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ
"Cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya."

Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia diberikan hati untuk saling berkasih sayang baik kepada sesama manusia maupun kepada makhluk lainnya. Namun sebesar apapun cintamu pada makhluk tapi ingatlah kamu akan tetap berpisah. Baik cinta manusia kepada manusia, cinta manusia kepada makhluk lainnya, cinta kakak kepada adik, cinta murid kepada guru, cinta wanita kepada lelaki, bahkan cinta orang tua kepada anak. Semua itu akan berpisah pada waktunya, hanya satu cinta abadi yakni cinta kepada Allah SWT.

Nasihat Ketiga

وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِه
"Dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya."

Sekecil apapun kebaikanmu Allah akan membalsanya, sekerdil apapun keburukanmu Allah pun melihatnya. Setiap kebaikan ataupun keburukan amal kita, semua akan dipertanggung jawabkan, Allah akan membalasnya baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karenanya perlu diingat bahwasanya tidak ada perbuatan yang sia-sia dimuka bumi ini. Semua akan ada perhitungan atas apa yang kita lakukan. Dengan demikian seyogyanya kita merefleksikan diri ketika kita ingin melakukan suatu hal.

Dari nasihat itulah, Imaz sadar. Segala sesuatu yang terjadi, jika Allah berkehendak pasti terjadi. Manusia sebagai pemeran hanya patuh pada sutradara. Seperti yang Imaz rasakan saat ini. Melepaskan ia dengan ikhlas.

Dada Imaz mendadak sesak. Sakit rasanya menerima kenyataan ini. Ia tenangkan hati lebih dulu di taman rumah sakit. Hatinya bersyahdu dengan alam. Air matanya mengalir karena keadaan.

Finding My LoveWhere stories live. Discover now