Bab 6: Bar

27 3 0
                                    

Axel's POV

Karena hari sudah mulai malam. Kami pun bergegas untuk keluar dari kafe dan berjalan-jalan sebentar.

"Terimakasih, silahkan berkunjung lagi" Ucap pelayan dikasir.

"Aku sangat kenyang. Terima kasih makanannya" Ucapku sambal pergi.

Kami berdua keluar dari kafe dan berjalan sebentar sebelum pulang.

"Lain kali, aku yang akan mentraktir ya Bang"

"Kau itu bocah, kerjanya makan, biar aku saja yang bayar" Ujarnya.

Hari sudah malam. Dan sekarang udaranya sangat dingin.

"Apakau tidak kedinginan memakai pakaian itu?" Tanya ku

"Tidak, aku memakai sweater tipis didalam jasku" Jawabnya.

Kami berjalan melihat banyaknya orang di distrik ini. Sangat ramai oleh pedagang kaki lima yang menjajakan jajanan serta mainan.

Karena sibuk melihat lihat sekitar. Aku sampai tidak memperhatikan langkahku dan tersandung gundukan semen yang mengeras. Sehingga aku pun nyaris jatuh...

"Akhhh sialan..."

Namun, sebuah tangan menarik ku sehingga aku tidak terjatuh ke jalan.

"Hati-hati makanya kalau jalan"

"Ahh terimakasih Bang"

Dia menangkapku dengan satu tangan. Betapa kuatnya tangan itu. Aku menjadi kikuk sekarang.

""Kau itu kikuk dan ceroboh bagaimana kalau kau jatuh tadi? Siapa yang akan menggendongmu?"

Kenapa dia begitu ketus sekali.

"Terima kasi Bang"

"Kau harus hati-hati, pada jalan saja kau tidak hati-hati, bagaimana jika kau tidak berhati hati dengan orang yang kau temu?" Kenapa dia terus melanjutkan dengusannya itu.

"Fakta bahwa kau bertemu denganku menunjukan bahwa kau orang yang tidak hari-hati dengan orang lain" Lanjutnya. Ini membuatku sedikit tercengang dengan apa yang ia ucapkan barusan. Seolah-olah dia menyesal bertemu denganku hari ini.

"Jadi, kau tidak suka bertemu denganku? Dan kita bertemu akhirnya, lalu kau di kafe bilang bahwa aku tidak akan mempercayaimu, begitukah kau sekarang berpikir?" Tanyaku.

Seketika membuat suasana menjadi kikuk. Terlihat jelas diwajahnya bahwa dia sangat terkejut dengan apa yang aku tanyakan. Mungkin sekarang dia merasa canggung. Udara pun semakin dingin.

Jika dilihat dari ekspresi nya, dia dengan jelas menunjukan bahwa dia tidak suka bertemu denganku.

"Maksud, kau akan melakukan ini dengan semua orang tanpa tahu bahwa orang itu baik atau jahat" Ujarnya sekarang. Terasa keraguan dalam ucapannya.

"Kau tahu Bang, sudah hampir setengah tahun aku mengenal mu. Dan aku tidak meminta sembarangan orang untuk bertemu" Aku berusaha mencairkan suasana yang dingin ini.

"Oke. Kalau begitu bagaimana kita ke bar ku saja. Tidak jauh dari" Ajaknya.

"Sedikit minum tidak apa-apa. Tapi kau membawa mobil kan, jadi kau menyetir?"

"Tidak, aku diantar oleh supir tadi"

Diantar oleh supir? Pasti dia bukan orang yang sembarangan. Sepertinya dia seorang yang sangat penting dalam pekerjaannya. Aku tidak tahu banyak sebenarnya tentang Andrea. Tapi aku tahu bahwa dia tidak ingin diperlakukan seperti gangster. Dia ingin kehidupan yang biasa dilakukan orang lain.

An Ideal Relationship: Friendship - BLDonde viven las historias. Descúbrelo ahora