XLII. Sejauh Mungkin

699 115 89
                                    




📙
(Semoga belum ada yang lupa sama buku ini ❤)









"Cung, oki, obo, um~"

Sambil menyeringai lebar, Haejin mendudukkan Dokkie di atas gundukan perut Jaemin yang berisi adiknya itu.


"Opo, oki, cung, opo, uwmwaaaa~"


Kali ini, si Matahari membuat Dokkie mencium perut Miminya berkali-kali.


"Ein obo uuum~"


Pipi gembil beraroma bedak itu bersandar pada perut Miminya, kelima jemari mungilnya menari di permukaan dengan lembut dan penuh kasih sayang.


"Amiiiih~ obo uum~ Cung obo~ Oki oboooo~"


Jari telunjuk Haejin menjelajah ke garis rahang Jaemin lalu menusuk-nusuk pipi Miminya yang sibuk memelototi Kakak dan Pipinya itu.


"Amih weeeeee uuum~"


Jaemin akhirnya mengalihkan atensi pada si Kecil lalu tersenyum.


"Waeeeee~" tanyanya seraya merangkum wajah bundar Haejin.


Haejin kembali menyeringai lebar. "Oki, Cung obo uuumm~" tudingnya pada Dokkkie yang masih duduk manis di atas perut Miminya.


"Iyaaaa, Dokkie bobo sama Cung, eum... Hae mau bobo juga? Sudah malam."


"Obo uumm..." Si Matahari menyandarkan kepalanya di dada Miminya lalu menggumamkan sesuatu dengan lirih.


Sementara Jaemin sibuk meladeni Haejin, kedua biang kerok malam ini merasa terbebas.


Iya, malam ini Jeno dan Jisung berbuat keonaran yang sukses meninggikan level stress Jaemin.


Awalnya, setelah makan malam, Jisung baru mengatakan kepada Jaemin kalau harus membawa prakarya dari kertas daur ulang yang dibentuk seperti ikan. Padahal tugas itu sudah diberikan Yeoreum Ssaem sejak seminggu yang lalu.


Alhasil, Jaemin kalang kabut mencari koran, sampai ia meminta Jeno untuk bertanya kepada Tuan Hong dan Tuan Kim apa mereka punya koran atau majalah bekas.


Kedua, setelah berhasil mendapatkan bahan-bahan prakaryanya dan siap untuk dibuat, Jisung malah memilih bermain dengan paku, benang kasur dan papan kayu yang akan dipakai untuk cetakannya.


Ketiga, selain Jisung yang melantur ke mana-mana, Jeno, yang bertugas sebagai pembina, malah asik bermain dengan bubur kertas dan menuangkannya ke dalam cetakan agar-agar silikon milik Jaemin.


Terakhir, keduanya bertengkar karena hari semakin malam dan akhirnya bubur kertas yang berada di dalam ember itu tumpah; sukses membanjiri lantai ruang tengah.


"Mau selesai jam berapa, hm?" tanya Jaemin sambil memelototi kedua kesayangannya itu kembali.


Jeno menggaruk tengkuknya, sementara Jisung acuh, serius mengaduk-aduk adonan bubur kertasnya yang baru.


"Kakak jangan jadi kebiasaan kalau ada tugas baru bilangnya mepet seperti ini, ya," keluh Jaemin sambil menepuk-nepuk bokong Haejin.


"Kakak uda kasi tau Pipi eeey~"


"Kapan?" serbu Jeno.


"Waktu itu, eeey~ Kakak bilang kalo Pi bikin ikan dari kertas disuruh Yorum Sem."


The Chronicles of A Boy : The Living RoomWhere stories live. Discover now