Bab 13: Fansign

10 3 4
                                    

Seseorang meletakkan miniatur bumi di atas meja dan menyodorkannya pada Seokjin. Di atas miniatur itu, duduk seorang lelaki yang memeluk bulan kecil serta kupu-kupu yang hinggap di pundaknya.

Seokjin terdiam melihat benda kecil itu dan perlahan menyunggingkan senyuman. Dia mendongak untuk menyejajarkan pandangannya pada seseorang yang meletakkan benda itu.

Seorang wanita muda dengan pakaian berwarna pink, rambut coklat gelap yang panjang dan bergelombang serta manik mata hazel yang menatapnya lekat. Wanita itu tersenyum cerah padanya. Sangat cerah. Seolah-olah dia sedang bertemu dengan kekasihnya yang sudah lama tidak berjumpa.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Seokjin sembari mendekatkan album yang dibawa wanita itu untuk ditandatangani.

"Sangat baik."

"Kau menangis?" tanya Seokjin menyadari mata wanita itu yang berkaca-kaca.

Wanita muda itu menggeleng cepat sembari menghapus air matanya. "Aku sangat bahagia," sambungnya.

"Apa ini?" tanya Seokjin sambil memegang dan menelaah miniatur tadi.

"Tidak tahu. Hanya hal-hal yang aku sukai."

"Ini siapa?" Seokjin menunjuk patung pemuda yang duduk di atas bola bumi itu.

"Seorang pria bernama Kim Seokjin."

Seokjin tersenyum senang mendengar jawabannya. "Kau memberikan ini padaku?"

"Tentu saja."

"Cantik."

"Terima kasih."

"Siapa namamu?"

"Luna."

Seokjin menatap lagi wanita itu lekat. "Moon?" Wanita mengangguk dengan senang.

Seokjin kembali dengan kegiatannya menandatangani album itu sambil terus mengobrol santai.

"Kau sudah menikah?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari album.

Wanita itu tertawa pelan diikuti dengan gelengan kepala. "Aku bahkan tidak punya seseorang untuk dikencani. Sedihnya."

"Kenapa tidak punya?"

"Aku terlalu sibuk untuk bisa ke sini."

"Kau sudah bekerja keras. Terima kasih."

"Oppa ... ah, boleh aku memanggilmu begitu?"

"Tentu."

"Kau bagaimana?"

"Apanya?"

"Menikah."

Seokjin tampak berpikir sejenak lalu mendekatkan bibirnya pada telinga wanita itu dan membisikkan sesuatu.

"Tahun depan aku akan menikah."

Wanita itu melebarkan bola matanya karena terkejut diikuti dengan bibirnya yang menyunggingkan senyuman. "Benarkah?" tanyanya tanpa suara, hanya dengan gerakan bibir.

Seokjin mengangguk sebagai bentuk jawaban. "Mungkin," tambahnya.

"Se-la-mat," ucap wanita itu lagi masih dengan gerak bibir.

"Kau terlihat lebih ceria." Seokjin mengalihkan topik pembicaraan dengan cepat.

"Kita baru bertemu hari ini. Bagaimana kau bisa membandingkannya."

"Tulisanmu selalu membuatku merasa sedih. Seakan-akan kau dipenuhi kesedihan."

"Apa itu terlihat jelas?"

"Iya. Syukurlah semuanya menjadi lebih baik."

"Berkat dirimu."

"Nah." Seokjin selesai dengan album itu dan memberikannya kembali pada sang empunya

"Wah," kagum wanita itu karena panjangnya surat yang dibuat Seokjin di halaman pertama.

"Apa ini oppa?"

"Kau tidak bisa membacanya?"

"Ah ... seharusnya aku belajar bahasa Korea selama lima tahun itu ya ...."

Seokjin tertawa kecil menanggapinya. "Gunakan aplikasi penerjemah. Aku sarankan jangan tanyakan pada orang lain."

"Kenapa? Ah, apa ini undangan?" tanyanya pelan hingga berbisik. Untungnya Seokjin masih dapat mendengarnya.

"Kau boleh anggap begitu jika kau mau."

"Terima kasih," ujar wanita itu ramah dengan penuh senyum hangat.

Wanita itu bergeser ke member di sebelah kanan Seokjin yang memperhatikan mereka selama  beberapa waktu karena di sudah selesai dengan fans sebelumnya.

"Wah. Ini yang membuat gempar malam itu?"

Wanita itu tertawa kecil menanggapinya. "Maaf. Dan salam kenal, tuan Park."

Jimin melihat ke Seokjin sebentar setelah tidak sengaja membaca surat itu. "Hei, jangan tunjukkan pada orang lain surat ini," bisiknya pada wanita itu.

"Kenapa?"

"Hanya tidak boleh. Mengerti?"

"Mengerti."

"Aku punya pertanyaan," tanya Jimin lagi dengan tangannya yang masih bergerak mengayunkan spidol.

"Apa itu?"

"Apa kau penggemar Seokjin Hyung?"

"Aku penggemar BTS." Jimin menyerahkan album itu setelah selesai menandatanganinya. Matanya sekarang menatap wanita itu.

"Kau terlihat seperti menjadikan dia idolamu."

"Dia memang idolaku," jawab wanita itu dengan tangannya menutupi sisi kiri wajahnya. "Kau juga. Aku menyukai dan menyayangi kalian semua."

Jimin menggenggam tangan wanita itu dengan lembut sambil tersenyum. "Benarkah? Kenapa Seokjin hyung terlihat lebih spesial?" bisik Jimin dengan nada yang dibuatnya seperti merajuk.

Wanita itu tersenyum lagi dengan kening dan hidung sedikit berkerut. Kepalanya lalu menggeleng kecil.

"Tidak tahu. Dia datang setiap malam ke mimpiku," jawabnya sembari menggidikkan bahu dan berpindah ke member selanjutnya.

"Hai ...," sapa Namjoon yang berada setelah Jimin.

.

Setelah acara fansign selesai, wanita muda yang diketahui bernama Luna itu duduk di bangku taman, masih melihati surat yang ditulis Seokjin.

Empat member setelah Seokjin mengatakan, jangan menunjukkan surat ini pada orang lain. Bahkan jika dia ingin menerjemahkannya, dia harus menggunakan aplikasi penerjemah.

Luna menerjemahkan kata-kata itu ke dalam bahasa yang dimengertinya menggunakan aplikasi dari ponsel. Dia mengarahkan kamera dan menunggu pemindainya bekerja.

Dengan seksama dia membaca tulisan itu kata demi kata. Semakin banyak dia membacanya, semakin lebar senyuman yang terkembang di bibirnya.

"Aku akan menunggu," monolognya setelah selesai dengan isi surat itu.

🌙END🦋

a/n:
Terima kasih sudah membaca cerita ini sampai bab terakhir. Jika terdapat kesalahan, baik dalam segi penulisan atau pun jalan cerita, author memohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran diterima secara terbuka melalui kolom komentar atau pun pesan pribadi.

See you ♡

✔️IDOL SERIES: KSJ || Moon and ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang