Chapter 17: Wrong Plot

999 199 39
                                        

"Hei, jawab aku. Kenapa diam saja?"

Perhatian Jake yang awalnya berpusat pada Jihwa, kini beralih kepada Yuri yang tiba-tiba datang. Sedangkan gadis vampir itu hanya bisa menunjukkan cengirannya untuk memikirkan alasan yang tepat. Sunghoon sudah memperingatkan pada Yuri untuk berhenti menemui Beomgyu, setelah anak lelaki itu melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Yuri pernah menghisap darah Beomgyu secara ilegal. Jake jugalah yang menjadi saksi peringatan yang diberikan Sunghoon itu. Bisa gawat kalau Jake memberitahu Sunghoon tentang hal ini.

Namun daripada itu, entah mengapa saat melihat Jihwa, Yuri merasa khawatir. Seacuh apapun Yuri pada orang asing, tapi ia tidak bisa mengabaikan orang lain, apalagi jika itu Jihwa yang di masa depan akan terkena musibah. Ia merasa tidak bisa tinggal diam melihat Jake si antagonis mengincarnya.

Yuri pun diam-diam menggenggam pergelangan tangan Beomgyu, lalu menyiapkan ancang-ancang untuk berlari.

"Hei, nona berambut hitam yang ada di sana." Seru Yuri pada Jihwa. "Jangan berurusan dengannya, terutama memberitahu namamu. Hidupmu bisa terkena sial."

Begitulah yang dikatakan Yuri, lalu gadis itu segera menarik Beomgyu pergi secepatnya. Hal itu membuat emosi Jake terpancing lantaran tidak terima.

"Dasar gadis lemah kurang ajar!"

Jake menoleh ke arah Jihwa seraya menunjuknya.

"Kau! Akan aku ingat namamu!"

Setelahnya, Jake dengan cepat mengejar Yuri yang berani memancing emosinya. Jihwa, Minjeong dan ayahnya hanya saling menatap dengan penuh tanya.

"Terlanjur." Sesal Jihwa.

Di sisi lain, Yuri terus menarik Beomgyu untuk kabur bersamanya. Ia ingin pergi lebih cepat, namun untuk ukuran Beomgyu yang hanya manusia biasa, sulit baginya mengimbangi kecepatan Yuri.

"Beomgyu, pergilah ke arah lain. Tinggalkan aku."

Beomgyu mulai cemas ketika genggaman tangan Yuri mulai melonggar.

"Tapi-"

"Dia mengincarku. Sudahlah, anak kecil sepertinya tidak mungkin melampiaskan kekesalannya sampai separah itu. Jangan membuatku melibatkanmu. Nanti akan tambah salah paham."

Yuri pun akhirnya melepaskan genggamannya dan berlari begitu saja. Setelah sebelumnya menoleh ke arah Beomgyu sejenak untuk mengucapkan salam perpisahan. Saat mendengar suara derap kaki Jake, akhirnya Beomgyu pun mau tak mau berlari ke arah kanan untuk menghindarinya.

Di sisi lain, Yuri terus berlari secepat mungkin menuju kereta kudanya. Ia tahu kalau Jake pasti bisa menyusulnya. Hampir saja kereta kudanya tampak di depan mata, sayangnya Jake sudah berhasil meraih tangannya, lalu menariknya menuju ke belakang salah satu rumah penduduk.

"Akh!"

Yuri memekik kesakitan ketika Jake mendorongnya hingga punggungnya menghantam dinding dengan keras. Anak lelaki itu langsung menghimpit tubuhnya. Jake mencengkram dagu Yuri dengan kasar.

"Berani-beraninya kau menggangguku ketika mencari mangsa. Kau mau mati?"

"Mati? Memangnya kau bisa membunuhku?" Yuri tertawa kecil. "Kau sudah mendapat jatah darah dari istana. Jangan rakus, jangan menyerang orang yang tidak bersalah."

Ucapan Yuri membuat Jake semakin merasa marah. Gadis itu bahkan tidak tahu bagaimana raja memperlakukan anak-anaknya. Pembagian darah tidak adil, dan Jake tidak bisa mengkonsumsi darah dengan baik karena sering tidak cocok. Jake rasanya ingin memotong lidah Yuri yang seenaknya berbicara.

"Kau bahkan tidak mengerti. Jangan banyak bicara."

Yuri mengernyit heran melihat Jake yang tidak seperti biasanya. Anak lelaki itu selalu melontarkan kata-kata kasar dengan lebih berekspresi. Namun, sekarang Jake lebih menekan nada bicaranya, dan tatapannya menjadi lebih tajam.

"Kau sebegitu menginginkan gadis itu?"

Jake tertawa masam mendengar pertanyaan Yuri.

"Kau sendiri? Hidungmu pasti bisa mencium bau manis darinya kan?"

Tangan Jake terulur untuk mengelus pembuluh darah di leher Yuri dari atas hingga ke bawah dengan perlahan. Hal itu membuat gadis itu terkesiap.

"Bayangkan saja. Bau darahnya saja sangat manis. Bagaimana dengan rasanya?" Bisik Jake seraya mencondongkan wajahnya ke leher Yuri, lalu menempelkan ujung taringnya di atas permukaan kulit leher gadis itu. "Lalu, taringmu menancap di lehernya seperti ini. Darah segar keluar dari sana dan mengalir membasahi tenggorokanmu yang kering."

Perlakuan Jake membuat Yuri kembali teringat dengan bau darah milik Jihwa. Walaupun Jihwa sendiri sudah tidak ada di sekitarnya, tidak bisa dipungkiri kalau bau manis itu masih membekas di ingatannya. Ya, Yuri tahu betul bagaimana sensasi itu. Ia menelan ludah ketika membayangkannya. Manis. Bau itu memanglah sangat manis. Kalau saja Jake tidak membuyarkan lamunannya, mungkin Yuri akan menyerang Jihwa pada saat itu juga.

"Lihat. Kau sendiri bahkan menunjukkan instingmu meskipun cuma membayangkannya. Kau serius mau menyalahkan aku yang rakus?"

Jake menyeringai melihat Yuri yang mulai tergoda dengan darah Jihwa. Sedangkan Yuri sendiri mulai sadar kalau dia hampir kehilangan kendali dirinya. Ia menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran itu. Ada apa dengannya? Ini tidak seperti dirinya. Meskipun hidup di dalam tubuh vampir, Yuri bukan tipe yang terpengaruh oleh insting berburu. Gadis itu mengkonsumsi darah demi bertahan hidup, bukan memuaskan hasrat. Ia tidak mau sampai menjadi pemangsa yang sulit mengendalikan diri layaknya binatang buas.

"Jangan sok manusiawi, Shin Yuri. Kau adalah vampir. Kau sama-sama predatornya. Jadi, jangan sombong mengataiku rakus. Padahal kau sendiri juga tergiur dengan darah manusia."

Jake menjauhkan tubuhnya dari Yuri, lalu melangkah pergi meninggalkannya.

"Tapi, jangan sampai kau menyentuh gadis itu. Dia milikku, mengerti? Saat aku sudah dewasa dan memiliki kekuatan, aku akan mengambil dia. Jadi, jangan harap kau bisa menghisap darahnya. Karena kau akan berhadapan denganku."

Begitulah peringatan dari Jake, hingga akhirnya anak lelaki itu pergi menyusul rombongannya lagi. Sedangkan Yuri hanya bisa terdiam di tempat. Keringat bercucuran membasahi pelipisnya. Jake membuatnya sadar kalau ada sesuatu yang aneh dari tubuhnya. Bahkan Yuri sampai terpancing untuk menghampiri Jihwa hanya karena bau darahnya. Apa insting vampirnya itu mulai muncul? Bagaimana kalau Yuri kehilangan jati diri sebagai manusia karena kondisi fisiknya?

"Sial. Aku tidak mau ...." Yuri mengusap wajahnya dengan frustasi.








Into The Beast Land [Enhypen]Место, где живут истории. Откройте их для себя