Pengaduan

13 3 0
                                    

"Assalamualaikum, Pap. Vio lagi di ruang kerja Papi, Papi di mana?" tanya Vio masih dengan nada yang kesal.

"Waalaikumsalam, Papi baru selesai menangani pasien operasi. Kamu tunggu di situ saja, sebentar lagi Papi sampai."

Vio langsung meletakkan ponselnya di atas meja kerja Papinya. Ia harus mengatakan sesuatu agar Papinya mau memindahkannya ke sekolah yang lain.

Deret pintu terbuka dan Vio langsung berpindah kursi ke tempat kursi pasien yang tadinya ia duduk di kursi Papinya bekerja.

"Pap," rengek Viola.

"Ada apa lagi? Sampai kamu datang ke rumah sakit segala. Papi masih kerja ini loh, masih banyak pasien yang harus ditangani."

"Pap, Vio kan udah bilang mau pindah dari sekolah itu. Vio nggak mau bareng sama si rambut jagung, tadi dia sengaja cium pipi Vio saat mau pulang sekolah. Hal itu bikin Vio semakin benci sama tuh anak , Tolonglah, Pap. Kali ini bantu Vio biar terbebas dari dia, Vio nggak bisa konsentrasi belajar kalau begini," protes Vio lagi.

Kean memijat kepalanya yang pusing mendengar keluhan anak sulungnya.

" Baiklah kamu tunggu saja di sini. Selepas operasi terakhir ini, kita langsung ke rumah Om Arki untuk berbicara langsung perihal tadi."

"Oh, no no no no. Vio nggak mau ke rumah si cowok rambut jagung, bisa-bisa dia menyebar fitnah dan dusta ketika Vio mengatakan hal yang sebenarnya."

"Kamu mau permasalahan ini selesai atau tidak? Om Arki itu baik. Dia pasti punya cara untuk membuat anaknya diam dan tidak mengganggu mu lagi. Jika kamu tidak mau kesana berarti kamu yang bermasalah, bukan Gio," pungkas Kean.

Vio hanya pasrah. Sebenarnya, bukan ini inginnya tetapi ayahnya tetap kekeh menyekolahkannya di sekolah yang sama dengan Gio.

Setelah menunggu dua jam di ruang kerja, akhirnya Kean selesai praktek hari ini. Jam di tangan menunjukkan pukul 3 sore dan kemungkinan Arki masih berada di kantornya.

Kean menghubungi Arki terlebih dahulu untuk meminta jadwal kunjung ke kantor dan beruntung Arki sedang berada ditempat sehingga ia bisa menemuinya secara langsung.

Dengan langkah berat Vio mengikuti Papinya menuju CUNEI Xanders Gruop. Perusahaan besar yang dibangun oleh tiga serangkai, Kimi Samuel dan Arki. Selain pengusaha mereka juga seorang pasukan rahasia negara yang bekerja di bidang teknologi, komunikasi, kesehatan dan sipil negara. Dibantu beberapa pengusaha besar lainnya, CUNAI Xanders merambah ke berbagai pelosok negri bahkan luar negeri.

Kean dan Vio sudah sampai di kantor Arki. Dengan perasaan yang sedikit gugup, Vio mencoba menetralkan jantungnya yang berpacu sangat cepat karena takut ketika hendak bertemu Arki. Pegawai kantor mengantarkan mereka menuju ruangan Arki.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!"

Terlihat Arki yang sedang sibuk dengan berkasnya menengok ke arah Kean dan Vio lalu tersenyum ramah kepada mereka.

"Duduk, Ken, Viola," sambut Arki dengan hangat lalu mempersilahkan mereka duduk setelah menjabat tangan keduanya.

" Terimakasih, Ki. Maaf mengganggu waktunya," ucap Kean merasa tidak enak mengganggu jadwal kerja Arki.

"Tak apa, katakan ada apa yang terjadi dengan anak kita lagi?" tanya Arki setelah menyingkirkan beberapa berkasnya.

"Aku juga kaget tadi Vio datang ke rumah sakit mengadukan bahwa Gio sudah menciumnya. Kamu kan tahu sendiri aku paling tidak suka mendengar anakku merengek dan selalu mengadukan segala hal mengenai permasalahan sepele yang pastinya kita juga tidak tahu bagaimana baiknya."

Arki tampak menghela nafas panjang lalu tersenyum menghadap Vio.

" Maaf ya, Vio. Anak saya yang satu itu memang kadang bandel sekali, tapi sebenarnya dia dengan wanita lain tidak pernah melakukan hal itu. Dia anak yang santun dan tidak pernah macam-macam terhadap wanita terlebih teman yang tidak begitu ia kenal. Mungkin Gio melakukan itu karena dia memiliki perasaan denganmu?" tanya Arki sambil tersenyum penuh arti.

"Ti-dak mungkin, Om. Semenjak SMP kita selalu bertengkar, bagaimana mungkin mempunyai perasaan orang anaknya aja nggak punya etika gitu," keluh Vio lirih.

"Jadi, kedatanganku membawa Vio itu sengaja untuk memberikan dia rasa aman ketika bersekolah bersama Gio dan kamu harus pastikan Gio tidak mengganggu Vio lagi," ucap Kean ramah.

"Tentu, akan Om pastikan Vio tidak akan diganggu Gio lagi. Maafkan sekali lagi perbuatan anak Om yang menyebalkan itu jika dia berbuat aneh kamu kabari Om saja. Om akan beri dia perhitungan di rumah," ucap Arki.

Dia kemudian tersenyum dan berterima kasih karena Arki justru membelanya, bukan anaknya yang menyebalkan itu.

"Terima kasih, Om. Kalau begitu Vio sudah lega. Habisnya, Gio itu kan kakak kelas favorit semua wanita di sekolah. Jadi, kalau ada sesuatu yang menyangkut dia, pasti Vio yang bakalan dibully karena dia dan teman-temannya sering datang ke kelas Vio."

"Maaf ya, Ki, sebenarnya ini hanya masalah anak-anak  tetapi anakku ini terlalu parno kalau sudah menyangkut anakmu. Jadi mohon dimaklumi, kalau tidak begini dia akan selalu minta dipindahkan sekolah aku sendiri yang akan kerepotan. Kamu sendiri kan tahu, jadwal praktek ku sekarang lebih banyak setelah membantu pasien kalian," imbuh Kean.

"Tak apa, aku justru sungguh memaklumi karena mereka masih anak-anak dan masih harus banyak belajar ilmu kehidupan. Aku sebagai orang tua juga kadang bingung menangani anak-anakku yang aneh, tapi kembali lagi kepada permasalahan awal ini semua memang salahku. Jadi kita tidak perlu saling meminta maaf karena kita tahu apa yang menjadi permasalahan mereka," ujar Arki seraya tersenyum.

Setelah Vio cukup paham dan mengerti. Ia kini sudah tidak mau lagi terpikir untuk permasalahkan kejahilan Gio dengannya. Percuma saja karena pasti kedua orang tuanya akan membiarkan kenakalan Gio yang begitu aneh.

"Sudah lega?" tanya Kean saat berada di mobil bersama anaknya.

"Lumayan. Tapi Vio masih kesel, tadi Vio habis di jahatin sama teman sekelas Vio yang sok cantik. Vio sampai terjungkal ke lantai karena kursi yang digunakan Vio diangkat dengan cepat," ucap Kean membuat ia yang mendengarnya geram.

"Intinya, kamu tidak usah memikirkan hal yang tidak penting. Fokus pada sekolahmu saja. Jika kamu sukses nanti, teman-teman yang menjahati mu akan sadar bahwa kamu adalah orang baik dan berharga yang patut untuk dihormati. Jika kejahatan mereka sudah keterlaluan, kamu lawan. Jika masih bisa dimaafkan, kamu maafkan. Karena dimanapun itu,  kejahatan akan kalah dengan kebenaran. Papi yakin kamu anak baik, dan anak baik pasti kuat dan bisa mengatasi semua ini," ucap Kean sambil mengusap kepala Vio.

"Kamu sudah punya temen di sekolah?" tanya Kean.

"Sudah, mereka teman yang baik dan mau menerima dengan tangan terbuka. Padahal, semua teman menghindari Vio karena video ini gendut," ucap Vio dengan wajah yang menunduk.

"Tak apa, gendut yang penting sehat. Pasti akan programkan diet sehat untukmu. Jadi jangan coba-coba ingin kurus tanpa sepengetahuan Papi.'

Vio hanya mengangguk dan kembali menatap jalanan yang sedikit ramai karena  hari sudah sore.









You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 09, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Si Gendut Bikin KalutWhere stories live. Discover now