Episode 1 "AKU MATI?!"

82 16 4
                                    

Hari yang begitu cerah dan bersahabat. Musim semi pun terlah tiba. Bunga-bunga disetiap alun-alun kota mulai bermekaran menunjukkan keindahannya. Suasana begitu ramai seperti hari-hari biasa yang dirasakan manusia dengan aktifitas nya masing-masing. Tak terkecuali pemuda tampan yang nampaknya sedang duduk di Halte sembari menunggu Bus dan adik kelasnya.

"Zeno!!" Panggil seorang pemuda lain yang terlihat berlari menuju stasiun kereta yang sama dengan Pemuda tampan bernama Zeno tersebut.

"Jean, tumben lambat? Pasti kesiangan habis baca novel bl lagi kan?"

"Hehe tau aja, anyway, Zen, novel bl yang itu gimana? Bagus gak yang ku rekomendasikan lusa itu?"

"Lumayan, sebel sih sebenarnya sama antagonis utamanya. Selalu halangi jalan si Heroine, bahkan sampai ngerundung pula. Meskipun kesal minta ampun sama antagonisnya, kasian juga karena ending. Antagonis nya dihukum mati dihadapan mantan tunangan, adik, Heroine utama, bahkan sampai anggota keluarganya sendiri. Iyasih merundung dan berusaha ngebunuh orang lain karena benci itu gak etis. Tapi yah, hukuman kayak gitu terkesan terlalu berat juga. Padahal dia sudah menyesal diakhir karena terbutakan ambisi dan rasa kompleks berlebihan terhadap Heroine dan adiknya sendiri."

"Yap, Jean juga kepikiran yang sama. Malahan Antagonis nya begitu menarik perhatian orang-orang setelah novelnya tamat. Pembaca sebagian besarnya pun sangat bersimpati sama akhir tragis dari tokoh antagonis novel itu."

"Jujur, aku agak gak terima endingnya bakal begitu, nasib buruk selalu saja menimpa orang yang kesepian dan butuh dimengerti, bahkan Zeno teman baikmu ini aja gak jauh beda sama karakter fiksi itu nasibnya... Hufftt~~"

"Zeno Arfoster!! Jangan ngomong gitu. Jean gak suka loh!" Jean terkejut sekaligus kesal karena Zeno selalu saja menganggap hidupnya menyedihkan, padahal dia masih punya Jean yang setia menemani dirinya dari SMP, hingga sampai dititik sekarang ini, dimana mereka bekerja di Perusahaan yang sama.

"Ah... Maaf yah Jean, aku, lagi-lagi ngomong begini." Zeno dengan tulus meminta maaf pada Jean. Sungguh Zeno hanya terbawa suasana sampai kebablasan berucap.

Alasan kenapa Jean selalu marah setiap kali Zeno mengatakan hal tersebut adalah, karena Jean merupakan satu-satunya orang yang serius peduli dan menjadi satu-satunya teman Zeno semasa sekolah hingga sekarang mereka bekerja. Jean sudah tau seluk-beluk dan masa lalu Zeno. Begitupun juga Zeno yang sudah mengenal Jean seluk-beluknya. Meskipun Jean adalah seorang Gay, Zeno tidak mempermasalahkan hal tersebut. Karena kalau berteman tapi memandang derajat dan orientasi seksual seseorang, itu sama saja seperti seorang yang hipokrit, dan juga tidak menghargai keberadaan seseorang. Hubungan seperti itulah yang membuat Jean menghormati Zeno, seperti kakaknya sendiri, sekaligus sebagai sahabat satu-satunya yang dia punya, Jean berharap bahwa Zeno masih terus bisa menikmati kehidupannya.

"Baiklah, Zen, aku maafkan. Tapi kamu, harus traktir aku nanti saat jam istirahat kantor, hehehe."

"Kamu ini, okelah. Apa-apa selalu minta traktir setiap ada kesempatan. Huuuuu...."

Mereka pun telah sampai di Kantor tempat mereka bekerja, seperti biasa, tidak ada yang istimewa. Hanya duduk ditempat sesuai divisi yang tekah tersedia, menatap layar PC dan melalukan pekerjaan sesuai prosedur yang berlaku.

Selesai bekerja, Zeno dan Jean pulang bersama. Ini dikarenakan, meskipun berbeda apartemen, arah pulang mereka masih di satu tujuan yang sama.

"Ah. Makasih yah Zeno atas hari ini. Sampai jumpa besok di tempat kerja. Jaga dirimu baik-baik, Bye-bye~~"

"Ya. Jaga dirimu juga Jean, sampai jumpa besok." Zeno melambaikan tangannya kearah Jean yang sudah menghilang dari stasiun kereta.

Lalu Zeno pun dengan bergegas juga melangkahkan kedua kakinya untuk pulang kerumah. Di perjalanan, Zeno tak bisa berhenti memikirkan nasib antagonis novel bl otome yang direkomendasikan Jean padanya. Jaeno, itulah nama dari sang Antagonis novel yang Zeno pikirkan.

"Gak hanya kehidupan nyata. Bahkan karakter fiksi pun punya kehidupan yang berat." Zeno memejamkan matanya sejenak.

"Jika keberadaan Tuhan ataupun Dewa memang benar adanya... Aku ingin jika aku terlahir kembali, kuingin menjadi Jaeno dan merubah semua nasib tragisnya menjadi hidup yang bahagia. Dia pantas mendapatkan hidup yang lebih baik." Zeno menghela napas panjang dan sedikit tersenyum.

Katakanlah dia gila, karena mengharapkan sesuatu hal yang mustahil. Berharap kepada penguasa alam semesta, untuk menjawab keinginan absurdnya yang ingin mengubah hidup sebuah karakter fiksi? Yang benar saja!

Naas. Sebelum dirinya menyadari, lampu hijau untuk pejalan kaki sudah berubah menjadi merah, sialnya lagi Zeno tak menyadari akan hal itu dan menyeberang disaat yang tidak tepat. Sebuah mobil dengan kecepatan agak tinggi pun mendekat kearahnya.

Kecelakaan pun tak dapat terhindari. Tubuh Zeno yang tertabrak pun terpental hingga menabrak pembatas Jalan. Darah merembes begitu deras dari kepalanya.

Sadar jika ini adalah akhir hayatnya. Zeno hanya bisa pasrah disaat akhir hidupnya.

"Inikah rasanya...?" Zeno bergumam, kepalanya menengadah kearah langit. Suara orang-orang yang panik dan melihat keadaan Zeno begitu ramai masuk ke kedua telinganya.

"Ahhhkk, sakitnya," gumam Zeno. "Jean.." Zeno menghela napas pelan, "Terimakasih atas semua yang sudah kamu lakukan untukku."

Pandangannya pun mulai mengabur. Suara orang-orang yang tadi begitu ramai mulai meredam. "Jean.. kuharap kau harus terus hidup, meski aku gak akan ada lagi disampingmu." Zeno mulai menutup matanya perlahan-lahan.

"Jika memang ditakdirkan. Kuharap kita bisa bertemu lagi dikehidupan selanjutnya. Sampai jumpa, terimakasih, Wahai sahabat baikku." Zeno pun menutup matanya.

Tak sampai satu jam berselang, muncul berita kecelakaan yang muncul diberbagai saluran Televisi dan media elektronik lainnya. Tentu, itu adalah kecelakaan yang dialami seorang pemuda, yang tak lain korbannya adalah seorang pemuda, bernama Zeno Arfoster.


Beberapa Saat Kemudian Setelah Zeno Meregang Nyawa....

"Tuan!!" Zeno merasa seperti ada yang memanggilnya.

"Tuan muda! Tuan muda! Anda sudah sadar?!"

Zeno mulai merasa suara asing mulai masuk kedalam telinganya. "S-siapa?" tanya Zeno.

"Ini saya tuan!! Tuan Duke dan Nyonya Duchess masih dalam perjalanan, mereka akan sampai tak lama lagi untuk melihat keadaan anda," ujar orang asing yang tak dikenal Zeno.

Zeno pun perlahan membuka kedua matanya. Setelah penglihatannya kembali normal, Zeno terkejut bukan main. Pasalnya bahwa tadi, seharusnya dia sudah meninggal dalam kecelakaan tunggal. Tapi sekarang, dirinya malah berada disebuah kamar, lebih tepatnya ruangan yang cukup luas, bahkan ruangan yang Zeno tempati memiliki gaya khas ala Eropa abad pertengahan.

"D-dimana aku? Dan Siapa dirimu?!" Tanya Jeno bingung dan sedikit waspada, namun dia tetap mempertahankan nada bicaranya setenang mungkin, terhadap seseorang yang memakai pakaian ala Butler khas abad pertengahan Eropa itu.

"Saya adalah Robin Laffite, tuan muda. Saya lah Kepala pelayan yang diutus langsung oleh Tuan dan Nyonya, untuk melayani kebutuhan tuan muda."

"Tunggu... Robin Laffite... Jangan bilang...Aku... Aku adalah... Dan tempat ini!!!!"




To be continued

Catatan penulis :

Selamat datang semuanya, maaf jika cerita baru ini dibagian awal terkesan aneh dan seperti dipaksakan. Maaf juga jika memang gantung banget. Tapi tenang, info tentang cerita ini akan semakin berkembang, seiring berjalannya cerita nanti. Jadi tunggu dan sabar terhadap building storynya.

Sampai jumpa di next chap berikutnya❤️🗿🗿

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bereinkarnasi Ke Novel Favorit ku Dikehidupan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang