DTC #26

2K 296 40
                                    

"Maaf, aku minta maaf, aku tau aku salah, aku gak bisa kamu diemin, aku manusia, aku bukan patung, aku gak bisa kamu abaikan, kalau kamu marah kamu lampiaskan aja ke aku, tapi jangan kamu diemin aku, aku tau aku salah besar, bahkan tidak pantas dimaafkan, tapi setidaknya kalau kamu ingin putus, biar aku yang putusin kamu, setidaknya aku gak begitu malu, bilang sama aku, jangan diem aja Ali,"

Ali mengusap lengan Prilly yang melingkar pada perutnya, ia merasakan bahwa gadis itu tengah menangis. Baju yang digunakannya terasa basah oleh air mata Prilly.

"Ali jangan diem aja," ucap Prilly sesenggukan.

"Udah?" tanya Ali membuat Prilly tak paham. Laki laki itu membalikkan badannya dan mengusap lengan Prilly.

Hal itu membuat Prilly mengerjapkan matanya berkali kali "Udah nangisnya? Udah ngocehnya?"

"Maksudnya? Aku lagi serius Ali! Kenapa sih kamu gantungin aku? Aku capek!"

Ali mengangguk "Capek? Baru beberapa hari lho, apa kabar aku? Dua tahun?"

Ucapan Ali membuat Prilly terdiam dan menunduk, ia tau dirinya salah, benar apa kata Ali, dirinya baru beberapa hari merasa didiamkan oleh laki laki itu tapi dirinya sudah mengeluh ini dan itu. Lalu apa kabar Ali yang harus menunggu dua tahun?

"Maaf, aku minta maaf, tapi aku.."

"Are you oke?" tanya Ali.

Tentu saja pertanyaan Ali itu membuat Prilly mendongak, sepertinya laki laki itu sudah tau tentang dirinya, gadis itu hanya dapat mengangguk "Aku baik kok,"

"Kalau kamu merasa itu berat, kamu boleh berbagi sama aku, kamu bisa ceritakan semuanya ke aku, kamu bisa lampiaskan ke aku, kamu bisa mengeluh sama aku, aku akan bantu dan selalu ada buat kamu," ucap Ali mantap.

Tentu saja hal itu membuat Prilly menahan air matanya, betapa bodohnya dirinya menyianyiakan laki laki sebaik Ali?.

"Dengan keadaan aku?"

"Why? Kenapa dengan keadaan kamu? Aku gak peduli bagaimana keadaan kamu, aku cinta kamu apa adanya, aku cinta kamu sebagai Prilly Tsabina, Prilly! Bukan Prilly Tsabina pubilk figure" ucap Ali dengan penuh penekanan.

Ali mengusap pipi Prilly "Aku harap kedepannya, apapun yang kamu rasakan kamu bisa cerita sama aku, entah itu kebahagiaan atau luka sekecil apapun, aku ingin kamu berbagi dengan aku, jangan pernah menanggung semuanya sendiri, ada aku Prill, kamu gak sendiri,"

Gadis itu hanya dapat menggigit bibir bawahnya, ia memegang tangan Ali yang ada dipipinya, kemudian menatap laki laki itu dalam.

"Aku pikir kamu tidak akan pernah bisa menerima aku, aku sadar keadaan aku saat ini Ali, pasti sulit buat kamu, kalau kamu ingin putus, setidaknya aku yang putusin kamu," lirih Prilly.

Mendengar ucapan Prilly, laki laki itu hanya dapat menggeleng dan menghela nafas kasar.

"Kenapa? Kenapa selalu kamu ungkit putus? Apa kamu yang tidak bisa menerima aku? Apa kamu yang marah sama aku? Apa kamu yang ingin putus dengan aku?"

Prilly menghentakkan kakinya kesal "Gak, kalau bisa kita segera menikah! Aku gak mau putus! Ak.."

Ucapan Prilly tergantung ketika Ali tiba tiba saja membawanya kedalam pelukannya "Tidak ada kata putus, sampai kapanpun, dan jangan pernah berharap!" tegas Ali semakin mengeratkan pelukannya.

Gadis itu juga semakin mengeratkan pelukannya dan menelusupkan kepalanya kedalam dada bidang Ali.

Ali tidak ingin suasana seperti tadi, ia rindu menggoda Prilly, rindu rengekan manja gadis itu, rindu bagaimana dewasanya Prilly, ia rindu gadis-nya. Ali juga tau, ia tak boleh menambah beban gadis itu, ia hanya ingin senyum dan tawa Prilly.  Oleh karena itu, senyum jail tercetak dibibir laki laki itu untuk mencairkan suasana.

 Love Beat (End)Where stories live. Discover now