LASKEN : 11

36.2K 5.2K 157
                                    

"AYDEN! APA-APAAN LO." Mina langsung mendorong tubuh besar Ayden menjauh dan langsung menarik tubuh Laska yang meringkuk. Air mata perempuan itu menetes saat melihat Laska yang wajahnya kini sudah lebam parah. Tubuh ringkih itu langsung ia bawa ke dalam pelukannya.

Laska menangis tergugu di dada Mina. Sungguh rasa sakit di wajahnya itu tidak sebanding dengan rasa nyeri di ulu hatinya.

"BANGSAT LO AYDEN!" Mina langsung mengamuk. "ATAS DASAR APA LO BERANI MAIN TANGAN SAMA LASKA!?"

Teriakan Mina bercampur isakan menggema di halaman rumah Ezra. Suasana riuh tadi kini menjadi hening.

Isakan perempuan itu tambah pecah saat mendengar salah satu sahabatnya itu makin menangis di pelukannya. "KENAPA LO DIEM? JAWAB GUE ANJING!"

Tubuh Ayden terlihat bergetar. Apalagi saat melihat kondisi Laska yang mengerikan; karena ulahnya, membuat pemuda itu sedikit demi sedikit mulai tersadar.

"Sakit, Mina. Nyeri," adu Laska sembari menangis.

Beben langsung memapah tubuh Laska ke dalam mobilnya. "Min, lo bawa mobilnya Laska ya. Kita anterin dia ke rumahnya. Lo masih kuat nyetir kan?" Mina mengangguk dan membiarkan tubuh ringkih Laska dibawa oleh Beben.

Perempuan itu mengusap kasar air matanya dan menatap Ayden dengan sangat tajam. "Gue tandain muka lo! Dan mulai detik ini jangan pernah lagi lo deketin Laska!"

"Selain dia, tentunya lo berhasil ngecewain keluarganya. Siap-siap besok lo harus nerima tatapan tidak bersahabat dari keluarga cowok yang lo tonjokin barusan. Bangsat! Gue benci banget sama lo." Setelah puas mengumpat, cewek itu langsung berlari ke tempat mobil Laska terparkir.

Air mata Ayden menetes tanpa sadar.

Seseorang melangkah menuju Ayden lalu menepuk pundak lelaki itu beberapa kali. "Bukannya gue gak mau mihak lo, tapi apa yang lo lakuin ke Laska barusan itu udah keterlaluan."

++

"YA TUHAN!" Rashi menutup mulutnya dengan mata yang berkaca-kaca. "PAPIII! LANGIT!"

Mendengar wanita kesayangan mereka berteriak histeris, keduanya langsung keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi.

"LASKA! LO KENAPA?!" Langit mengambil alih tubuh adiknya yang sudah tak berdaya dan membawanya masuk dengan dibantu papinya.

"Ayo masuk! Dan ceritain ke kami apa yang terjadi sama Laska."

Beben dan Mina pun mengikuti langkah Rashi memasuki rumah.

"Langit, telpon om kamu sekarang!" Langit mengangguk dan langsung menelpon om nya.

Kebetulan memang salah satu om nya ada yang berprofesi sebagai dokter.

"Tante, biar Mina ambilin air es ya buat ngompres luka Laska sambil nunggu om nya dateng."

Rashi langsung mengangguk.

"Ben, siapa yang buat Laska sampe kayak gini?" tanya papi Laska kepada Beben yang notabene nya adalah anak dari salah satu rekan kerjanya.

Beben tak langsung menjawab. Jujur saja dia masih merasa syok atas kejadian tadi. Bagaimana bisa Ayden melakukan itu.

"Ben?"

"Ayden."

Bukan. Bukan Beben yang menjawab barusan, melainkan Mina yang baru muncul dari dapur sambil di tangannya membawa air dingin beserta kain.

Ketiga orang itu tersentak kaget. Ayden?

"Mina tau om, tante sama kak Langit pasti nggak percaya." Mina meletakkan barang yang dipegangnya ke meja kemudian menatap anggota keluarga temannya bergantian. "Tapi itu kenyataannya! Ayden yang buat Laska sampe kayak gitu." Mina menunjuk ke arah Laska yang sedang terbaring sambil memejamkan mata. Mata sembab Mina kembali mengeluarkan air mata. Sungguh! Perempuan itu sangat tidak tega melihat kondisi Laska sekarang.

Belum sempat Rashi menimpali, ketukan pintu terdengar dan setelahnya pintu itu terbuka menampakkan seorang pria.

"Dav, tolong periksa kondisi Laska sekarang!" Rashi langsung menyuruh adiknya yang berprofesi sebagai dokter itu mendekat.

Pria itu mulai mengecek kondisi keponakannya yang terlihat memprihatinkan.

Bersamaan dengan itu datanglah dua orang yang berstatus sebagai suami istri yang tak lain dan tak bukan adalah orang tua dari Ayden. Kebetulan rumah mereka berhadapan jadi saat Rashi berteriak tadi, teriakannya terdengar sampai ke telinga keduanya.

"Astaga!" Amara reflek memegang dadanya. "Mbak, Laska kenapa?" Suara Amara tiba-tiba bergetar.

Rashi menggeleng sambil terus menangis. Amara langsung menghampiri Rashi dan memeluknya yang membuat tangisan wanita itu sedikit histeris.

"Keliatannya emang parah tapi sebenernya nggak ada yang perlu dikhawatirkan." David berkata. "Dan untuk luka lebamnya bisa diolesi salep tetapi harus rutin."

David menulis sesuatu di kertas kemudian menyerahkannya kepada suami kakaknya.

"Kenapa Laska sampe kayak gini, kak?" tanya David yang sudah tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

"Apa benar, Mina?" Papi Laska menatap Mina yang tadi terdiam dan mengabaikan pertanyaan adik iparnya.

Mina mengangguk.

"Benar kalo Ayden yang buat anak saya jadi seperti ini?"

Kedua orang tua Ayden sontak saling bertatapan. "Maksudnya?"

"Mohon maaf sebelumnya kalau saya tidak sopan, tetapi saya hanya ingin memberitahu kalo Ayden lah tersangka utama atas peristiwa yang menimpa Laska," ujar Beben.

Lelaki itu sudah kepalang kesal. Dia hanya berharap jika Ayden mendapat balasan setimpal atas perbuatannya tadi.

++

LASKEN [✓]Where stories live. Discover now