#03 Adiknya

222 28 0
                                    

Hari demi hari terlewati begitu saja, turnamen DBL yang sangat dinantikan pun akhirnya tiba. Tim Basket ORION telah berkumpul di dalam gor dan kini mereka sedang menanti Tim Putri untuk bertanding lebih dulu. Sedari tadi Ryujin tidak lepas dari ponselnya, ia terus mencoba menghubungi Jaemin melalui pesan dan panggilan suara. Namun dari semua usahanya tak ada satupun balasan dari sang sahabat. Ia cemas, ia takut Jaemin akan melupakan turnamennya hari ini. Sebelumnya lelaki itu sudah berjanji akan datang dan siap untuk menyemangatinya. Kini waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang, dan sebentar lagi giliran timnya untuk bertanding pun sudah semakin dekat.

"Ryu, abis ini kalian masuk. Lawan SMA Angkasa Dharma."

"Iya, iya gua tau," jawab Ryujin seadanya tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.

"Udahan dulu napa main hp-nya. Noh, disuruh briefing."

Ryujin berdecak lalu menyimpan ponsel ke dalam tasnya. Ia melirik Hyunjin sekilas sebelum ikut berbaur bersama timnya untuk melakukan briefing sebelum turun ke lapangan. Lelaki itu bersedekap dada sambil menyandarkan tubuh pada dinding, ia menatap Ryujin dengan senyuman kecil yang terpatri di wajahnya.

"Woy! Dari tadi gua cariin.. ternyata lo di sini. Ngapain lo? Bukannya ikut latihan sama anak-anak yang lain," ujar lelaki bernama Felix seraya merangkul pundak Hyunjin.

Hyunjin mengendikkan bahu acuh, "gua mau liat dia yang bentar lagi tanding."

"Ya elah, bucin amat lo. Heh! Nanti lo disambit si Jaemin kalau liatin Ryujin terus!"

"Santai aja, orangnya juga gak dateng."

Di sisi lain, seorang lelaki yang sangat dinantikan kehadirannya oleh Ryujin masih bergelung di balik selimutnya yang nyaman. Benar, Jaemin masih tertidur. Semalam ia bermain game online bersama teman-temannya hingga larut malam. Namun tentunya sebelum itu ia sudah menyalakan alarm pada ponselnya, hanya saja hingga pukul 1 siang ini belum terdengar suara apapun dari ponselnya. Lalu tiba-tiba...

Kriiiing!

Suara nyaring tersebut berhasil membuat Jaemin tergerak dari posisi tidurnya. Sebelah tangan mulai terulur meraih ponselnya di atas nakas dan mematikan alarm yang berbunyi. Ia menguap lebar, dengan perlahan ia merubah posisinya menjadi terduduk di atas kasur.

Melamun.

Kebiasaan Jaemin jika ia baru saja bangun tidur. Entah apa yang ia lamunkan. Lalu ia mulai tergerak menyalakan layar ponselnya yang sudah terisi penuh oleh notifikasi dari Ryujin dan beberapa temannya. Hingga akhirnya ia teringat akan sesuatu. Ia membelalakkan mata terkejut dan melirik ke arah jam dinding kamarnya. Pukul 13:30 siang.

"Anjing! Telaaat!" pekiknya dan segera turun dari kasur menuju kamar mandi di dalam kamarnya.

Jaemin menghabiskan waktu kurang dari 10 menit untuk bersiap-siap, ia benar-benar sangat tergesa setelah menyadari waktu sudah semakin menipis. Dengan langkah cepat ia menuruni tangga sambil menenteng helm pada tangannya, sedangkan sebelah tangannya yang lain ia gunakan untuk menggenggam ponsel saat sedang menghubungi Haechan.

"Lo udah di gor?" tanya Jaemin.

"Gue sama Renjun udah nyampe dari tadi, anjing.
Lo dimana sih? Ditelponin kagak dijawab. Bangun candi lo?"

"Oke oke, gua ke sana sekarang."

"Jaem—"

Jaemin mengakhiri sambungan telepon secara sepihak. Ia langsung menyalakan mesin motornya dan meninggalkan pekarangan rumah. Sial, ia sudah yakin Ryujin pasti akan sangat marah kepadanya. Bodoh sekali ia melupakan jam dimulainya pertandingan tim Ryujin, padahal kemarin sahabatnya itu sudah memberitahunya.

HEART | ✓Where stories live. Discover now