41. Sebesar cintaku

4 1 0
                                    

~Tak mudah mencintai. Tak mudah bilang cinta. Karena selama itu kita sering menyimpan rasa. Bukan soal kita yang beda. Tapi, Tuhan saja yang masih menguji cinta kita~

                                 ***
Icha menatap cermin. Melihat wajahnya yang sangat hitam. Ia usapkan aliran air dari kran itu ke wajahnya. Warna hitam pekat yang menyelimuti wajahnya, kembali putih bersemi. Sedetik kemudian, Icha menjadi Imaz. Ya. Icha adalah Imaz. Bagian dari rencana yang pernah pak Jack katakan saat di pengadilan agama.

Kembali saat di pengadilan agama, tepatnya di gubuk, pak Jack membisikkan rencananya yang merekomendasikan Imaz agar menjadi orang lain. Sekaligus melaksanakan masa iddahnya. Dengan begitu, cinta mereka semakin diuji. Seberapa besar cinta Robet terhadap dirinya. Dia yang buta, tak kenal siapa Icha. Apalagi dia berperan sebagai gadis bisu. Dan semua orang memandang Icha sebagai orang baru. Baru pertama kali melihat seorang gadis sudah hitam, gigi moncong, bisu lagi. Mirisnya lagi, dia akan melamar kerja menjadi pembantunya. Kesempatan Icha disaat Robet tak bisa melihat wajah dan mendengar suaranya. Sentuhan hati yang akan menjawab misinya.

Setelah berwudhu, ia kembali melumuri wajah, tangan dan kakinya dengan masker hitam. Tak ada seorangpun tahu kalau Icha adalah Imaz. Bahkan neneknya. Nenek yang tinggal bersamanya, bukanlah nenek kandungnya. Pak Jack lah anaknya. Ia bisa tinggal bersama neneknya karena pak Jack mengaku kalau Icha adalah sepupu istrinya.

"Ah, masak Icha ini sepupu istrimu Men," ujar nenek pada pak Jack sempat tak percaya saat membawanya ke rumah.

"Iya Mak. Memangnya kenapa?" Pak Jack berlagak bego padahal sudah tau maksud neneknya bilang seperti itu.

"Tidak kenapa-napa. Cuma aneh saja," ungkap nenek itu menatap Icha dengan sinis.

Pak Jack memang sudah lama tahu tentang desa yang Icha tempati dahulu dari neneknya. Ia bahkan saat mau menjenguk anaknya, menceritakan tragedi yang tengah terjadi di desa. Mulai dari penganiayaan karyawannya yang bekerja menjadi nelayan tiap harinya. Pemaksaan menikahkan seorang gadis yang masih belia. Sampai sang kepala desa, Tuan Darwin di penjara dan saat ini belum juga dibebaskan. Entah berapa lama dia terpuruk disana sebab ia dijatuhi hukuman seumur hidup di penjara.

"Namamu siapa nduk?" Lanjutnya bertanya. Demi masa iddahnya, Icha sangat menjaga lisannya. Hingga jalan kebohongan yang ia patuhi. Dengan berpura-pura bisu, semua orang tak akan mengenal suaranya.

"Namanya Icha," jawab pak Jack akhirnya setelah lama diam.

"Umurmu berapa nduk?"

"Dua puluh tiga Mak." Pak Jack lagi yang menjawab.

"Men, kok dari tadi kau terus yang menjawab?" Nenek itu merasa aneh.

Pak Jack langsung menunjukkan papan tulisnya yang menggantung di lehernya.

"Oh, nenek paham. Tapi, telingamu jangan bosan mendengar celotehanku ya?" Nenek itu paham setelah sejenak berpikir. Icha merespon mengacungkan jempolnya.

"Nah mak, maksud kedatangan Icha kesini mau tinggal sementara. Dia sudah tak punya kontrakan lagi. Nanti, setelah aku sudah mendapatkan pekerjaan untuknya, Icha aku bawa merantau. Bolehkah mak?"

"Wah, mak malah senang ada yang bantu-bantu disini. Sekalian toh, kalau kau balik kesini, bawa anak-anakmu. Kan mak pengen banget nimang cucu."

"Iya iya mak."

Pak Jack membawa Icha ke kamarnya dahulu. Ya biasalah. Kamar cowok pasti sudah berantakannya tak dikejutkan lagi meskipun ia tak punya saudara laki-laki.

Mereka duduk, "pak Jack, terus bagaimana setelah aku tinggal di rumah nenekmu?"

"Jangan khawatir, ikuti semua misiku. Yang penting tiga S. Sabar, syukur dan semangat. Go go go semangat!" Ujar pak Jack mengepalkan tangannya.

Finding My LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora