Bab 5

28 7 0
                                    

       “Kau percaya sihir?”

       “Apa maksudmu?”

       “Jawab saja, kau percaya atau tidak.”

       Wanita dengan rambut merah terdiam sebelum memalingkan wajah ke arah lain. “Konon di zaman dahulu, ada manusia yang punya sihir. Kemudian lenyap tak berbekas, tapi peninggalannya memberikan petunjuk jika leluhur manusia punya sihir.”

       Suara tawa terdengar, membuat wanita itu mengernyit. “Itu artinya kau percaya sihir.”

       “Memangnya kenapa? Percaya atau tidak bukan urusanmu!”

       “Dengar, kau kira aku tidak tahu kalian mencari sihir di reruntuhan kuil kuno? Kau pikir aku tidak tahu tujuanmu mencari sihir? Duh, kita punya tujuan yang sama. Kami pun mencari reruntuhan kuil kuno. Nah, sekarang, mari bekerjasama.”

~o0o~

       Pagi itu, setelah sarapan, semua orang bergegas merapikan kembali barang bawaannya, termasuk Tim Nordik. Semua perlengkapan kemah dilipat dan dimasukkan kembali ke ransel, lalu sampah makanan dikumpulkan. Kala tengah memasukkan barang ke dalam ransel, netra Nebula melihat Merlin yang terus memperhatikan Mikalea. Terkadang, kepala gadis penyihir itu bergerak ke sekitar seolah mencari sesuatu.

       “Ada apa, Merlin?” tanya Nebula sambil ikut memperhatikan Mikalea.

       Merlin langsung menoleh sebelum mengembuskan napas pelan. “Aku kira Kale sendirian.”

       Lantas, si gadis peri mengernyit bingung. Setelah beberapa detik mencoba mencerna maksud Merlin, barulah Nebula menyadari sesuatu. “Merlin, tidak apa kuserahkan sisanya padamu?”

       Merlin mengangguk tanpa berkata apa pun, membiarkan Nebula menghampiri Mikalea. Gadis dengan surai pirang keemasan tak tega membiarkan pemuda malaikat itu berkemas sendirian. Nebula bersumpah akan memukul rekannya yang menghilang tiba-tiba, padahal sewaktu sesi sarapan dia yang paling pertama duduk di depan perapian dan mengambil makanan.

       “Kale, mau aku bantu?” Pertanyaan Nebula mengalihkan perhatian malaikat itu.

       “Tidak perlu, aku hampir selesai, kok,” sahut Mikalea sambil menunjuk tendanya yang sedang dilipat.

       “Ya Tuhan, kau melakukannya sendirian? Ke mana si manusia menyebalkan itu? Perasaan tadi dia ada.” Nebula mengendarkan pandangan ke sekitar, mencoba mencari Zane. Beberapa saat kemudian, mata violetnya menangkap sosok pemuda yang dicarinya di kejauhan. “Astaga! Bisa-bisanya dia pergi tanpa membantumu, Kale. Aku yakin si kutil itu sedang merencanakan jebakan baru atau mencari sesuatu untuk membuat hari kita jadi buruk.”

       Sebelum Mikalea melihat ke arah yang sama dengan Nebula, Zane sudah menghilang di balik dinding bandara terbengkalai. Entah apa yang sedang dilakukan pemuda itu, yang jelas Nebula punya firasat tidak enak. Bagi si gadis peri, Zane agak sulit untuk ditebak jalan pikirannya. Meski, ia sudah berusaha untuk membuat berbagai kemungkinan apa yang akan dilakukan pemuda itu, tetap saja Nebula tak bisa menebaknya.

       “Kale, kalau kita sudah kembali ke akademi, ingatkan aku untuk memukul Zane.” Nebula bersidekap dengan mata menyipit ke tempat Zane menghilang, kemudian melirik Mikalea yang mengangguk setuju.

~o0o~

       Perjalanan menuju Nordia kembali dilanjutkan. Mereka kembali mengikuti jalan menuju timur, meninggalkan kota mati. Makin jauh mereka pergi, lingkungan sekitar kembali berubah. Sekeliling kini dipenuhi pepohonan dengan jalan landai, di kejauhan deretan pegunungan bisa terlihat.

The Treasure of Northern Valley (MAPLE ACADEMY HIDDEN YEAR 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang