[3] Kedatangan Rafael

246 26 1
                                    

[Angel for Heaven]
_____________











Akhir-akhir ini Light selalu merasa diawasi. Kegiatan apa pun yang dilakukannya, seperti ada sepasang mata yang mengamatinya dari jauh. Awalnya Light berpikir kalau itu hanya perasaannya saja, tapi lama-kelamaan Light mulai risih dan privasinya seperti diserang.

Tatapan itu penuh perhitungan dan ketelitian, apalagi tatapan itu seperti tidak pernah meninggalkannya. Kegiatan apapun yang dilakukannya, punggungnya bergetar dengan tatapan itu. Mungkin, hanya saat mandi dan berganti pakaian saja dia tidak merasa diawasi.

Light sempat berpikir itu karena kamera keamanan, tapi kamera itu sudah terpasang sebelum Light menjadi Tersangka Kira. Dan saat ia menginjakkan kaki disini, perasaannya biasa saja, sama sekali tidak terganggu dengan keberadaan kamera pengawas.

"Light-kun sering teralihkan akhir-akhir ini."

Light sedikit tersentak. Ia baru menyadari kalau ia tidak sendirian dan L baru saja mengamati gerak-geriknya. Meskipun pandangan Detektif itu tidak mengarah pandanya, Light tahu kalau ia tengah diamati dengan cermat.

"Maaf, hanya sedikit lelah."

L hanya melirik sekilas, lalu kembali pada kegiatan menumpuk gula batu di cangkirnya. Tanpa merasa ragu, Detektif itu meminum teh yang berisi banyak gula batu. Dan Light hanya mampu menghela nafas.

Setelah tehnya habis, L menyimpan cangkir ke tempat semula dan berbalik kearahnya. "Tapi sepertinya Light-kun tidak mengalami mimpi buruk kemarin."

"Maaf?"

"Sepertinya pendengaran Light-kun agak terganggu sekarang." Meskipun itu diucapkan dengan monoton, tapi sudut bibir yang terangkat membuat Light tersulut emosi.

"Ck! Aku tidak bermimpi buruk, Ryuzaki."

Lagipula darimana L tahu kalau ia sering bermimpi buruk? Detektif itu memang selalu begadang setiap malam, tapi tidak mungkin Light menunjukkan reaksi yang membuat L berpikir tentang mimpi buruknya.

Tapi yang dikatakannya memang benar, kemarin Light tidak bermimpi seperti biasa. Selama hampir seminggu, ia diganggu dengan mimpi aneh itu. Dan kemarin pada hari Rabu, ia tertidur nyenyak tanpa satu mimpi pun.

Bukannya merasa lega, perasaannya justru menjadi tidak enak. Seolah mimpi itu adalah pertanda dan sesatu akan segera terjadi.

"Kurasa Light-kun memang harus beristirahat satu hari."

"Hah?"

"Light-kun benar-benar membutuhkan Dokter pendengaran."

Light merenggut kesal. Ia berdiri dan hendak meninggalkan L, tapi sesuatu menahannya. Light semakin kesal saat baru ingat kalau sebuah rantai telah mengikat mereka berdua. Sehingga kemanapun tempatnya, mereka harus selalu bersama.

"Aku lelah Ryuzaki, aku butuh kopi."

L memandanginya sejenak, lalu berdiri dari jongkoknya. "Ayo." Tanpa menjawab, Light mengikuti langkah Detektif itu.

Saat mereka keluar kamar, belum sempat Light memperhatikan keadaan sekitar, Watari mengintrupsi.

"Kalian keluar tepat waktu. Ryuzaki, tamunya sudah datang."

Lucifer Fall [✓]Where stories live. Discover now