Kepadamu Yang Pernah Menjadi Keluargaku, Kudoakan Akhir Bahagia Untukmu.

442 65 42
                                    

Kepadamu Yang Pernah Menjadi Keluargaku, Kudoakan Akhir Bahagia Untukmu.

***

Choi Han pernah tenggelam dalam lautan keputus asaan.

Ketika dia secara misterius terdampar di dalam hutan penuh monster dan tanaman beracun.

Berlari demi menggenggam nyawanya yang tersayang, kehilangan dompet tempat di mana foto keluarganya berada—satu-satunya kenangan yang tersisa.

Dia tenggelam.

Berapa lama dia terjebak dalam situasi ini?

Setahun? Sepuluh tahun? Tidak, dia bahkan telah kehilangan bilangan untuk menghitung.

Dia ingat tahun awal ketika dia berada di hutan terkutuk itu, saat-saat tersulit dalam hidupnya. Tiap malam dia meringkuk di bawah pohon, menggali lubang dan bersembunyi di sana demi tak ternotis oleh para monster.

Pada tahun kedua dia mulai melawan. Membuat senjata dari dahan pohon kering. Setahun berada di sana, dia sadar pohon-pohon ini bukanlah pohon biasa. Mereka sulit dihancurkan. Beberapa bahkan mengandung racun.

Di tahun ketiga, Choi Han paham bahwa dia hanya memiliki dua pilihan.

Bertahan atau mati.

Sendirian, berusaha bertahan selama bertahun-tahun seorang diri.

Dia tenggelam semakin dalam.

Hingga suatu saat, dia melihat cahaya.

Sebuah tangan menariknya.

Dia menemukan kehangatan yang baru.

Desa Harris. Dia menemukan keluarga di sana. Akhirnya dia menemukan sebuah tempat untuk dipanggil "rumah".

Sayangnya, takdir terlihat begitu membencinya.

Sekali lagi, rumah itu hilang.

Tangan itu melepasnya.

Sebuah organisasi rahasia menyerang Desa Harris, membumi hanguskan semuanya bahkan tak memberi ampun pada anak-anak atau wanita.

Yang lebih menyakiti hati Choi Han, semua itu terjadi ketika dia sedang tidak ada di sana.

Saat itu, dia tengah mencari obat-obatan di Hutan Kegelapan. Ketika dia kembali, hanya abu yang telah rata dengan tanah tersisa.

Sekali lagi, dia tenggelam.

Aura keputus asaan mengambil alih dirinya.

Semakin dalam.

Dia membunuh semua anggota organisasi rahasia yang masih berkeliaran di sana.

Hampir kehabisan oksigen.

Langit sepertinya mengerti, ikut menangis bersama derai air mata yang jatuh dari mata Choi Han. Tubuhnya dilumuri oleh darah, yang bukan miliknya.

Menggali tanah untuk peristirahatan terakhir warga desa, mengatupkan kedua tangan sambil berdo'a. Dia tidak percaya akan keberadaan Dewa. Dia juga tidak tahu apakah Dewa benar-benar ada atau tidak.

Namun, jika saja ... jika saja eksistensi Dewa benar-benar ada ....

Dia mohon.

Semoga mereka semua dapat beristirahat dengan tenang.

Tolong kirimkan seseorang untuk menyelamatkannya dari lautan keputus asaan ini.

Berlari, mengabaikan rasa letih yang terus menjalar di betis. Tidak peduli atas teriakan otot-ototnya yang berkata bahwa mereka lelah. Bersumpah dalam hati kecilnya, bahwa dia akan membalaskan dendam warga-warga tak berdosa itu. Choi Han tidak pernah berhenti. Dia terus berlari, menuju sebuah kota tempat keluarga teritori tinggal.

Teruntuk Dirimu [TCF Drabbles]Where stories live. Discover now