♡ di Bali

534 88 8
                                    




🍉 ~💚~ 🌻

Pasangan pengantin baru sudah sampai di Bali sejak siang tadi.

Tiba di penginapan, mereka bingung mau ngapain. Capek sisa acara resepsi kemarin masih kerasa, dan sekarang ketambahan capek karena perjalanan jauh.

Mereka nggak cuma berdua kok. Ada Jovi juga sama Rika yang maksa banget mau ikutan.

Sampe Bali bukannya excited dan langsung jalan-jalan, ini mereka malah goleran di sofa ruang tengah. Yang seneng-seneng malah Jovi sama Rika.

Jovi itu adeknya Mahen, jadi Haera udah kenal baik. Kalo Rika, dia kenal cewek itu ya karena Rika itu pacarnya Jovi. Thats all. Malah mereka berujung jadi bestai sampe sekarang.

Posisinya sekarang Haera baringin kepalanya di paha Mahen, sedangkan Mahennya sendiri duduk bersandar di sofa.

Terus Haera iseng fotoin Suaminya itu dari bawah.

"Ck! Udah bagusan diem kaya tadi juga!" Kesal Haera karena Mahen sadar kamera.

Mahen cuma ketawa dengan tangan kanannya yang berada di dagu Haera, terus dia mainin pipi cewek itu dengan posisi begitu.

"Ndra?"

"Hhm?"

"Renang yuk! Ikutan Rika sama Jovi."

"Emang bisa renang?"

Ditanyain begitu, Haera langsung bangkit berdiri dan melotot. Terus ngacungin jari telunjuknya kearah Mahen. "Gue anggep itu tantangan. Gas ayok!"

Si yang nggak jago renang langsung keringet dingin. Mahen bisa renang kok, yakin bisa. Meski cuma satu gaya aja, yang penting nggak tenggelam. Asal ngambang dan bisa gerak dari ujung ke ujung juga udah syukur.

"JO! ABANG LO NANTANGIN RENANG SAMA GUE COBA!" Seru Haera sambil jalan kearah halaman belakang dimana kolam renang berada.

Jovi dan Rika yang udah basah di tepi kolam renang pun nengok kearah Haera.

Mereka kaget dong. Secara, Haera itu mantan atlet renang semasa sekolahnya cuk.

"Gasin lah!" Sahut Jovi sambil ketawa mengejek.

Yang diejek nggak terima, langsung deh Si Mahen ngelepas kaosnya. Nyisain bawahan celana pendeknya. Nggak bisa ngebiarin siapapun menghancurkan harga dirinya. Padahal justru sebentar lagi dia yang bakal jatuhin harga dirinya sendiri.

Haera menyeringai sambil ngelepas ikat rambutnya. Ngebiarin rambut sepunggungnya kegerai bebas. Terus ngelepasin celana jeans dan kaosnya. Nyisain short pants dan sport branya.

"Harus ada taruhannya nggak si?" Tanya Rika, atau lebih tepatnya mengompori.

"Nah itu!" Seru Jovi seneng, terus tos sama Rika.

"Boleh! / Sure!" Sahut Mahen dan Haera bersamaan.

"Yang kalah harus nurut sama yang menang." Kata Haera dengan percaya dirinya. Ya soalnya dia udah yakin duluan kalo bakalan menang.

"What!!? Nggak! Mana bisa gitu!" Protes Mahen.

"Waduh. Dah pesimis laki lo, Ra." Sahut Jovi memprovokasi. Mahen itu paling mudah diprovokasi.

"Ah anjing! Oke, fine!!"

Haera nyengir bangga atas tanggapan Mahen. Cewek itu udah percaya diri banget pokoknya kalo bakal menang.

Sebelum ambil posisi start, mereka tos ala-ala mereka terlebih dahulu. Abis itu Si Jovi yang udah berdiri di sebrang sana mulai ngarahin buat siap-siap dan melakukan sedikit pemanasan.

"Rulesnya harus nyentuh tembok ini. Bolak-balik. Finishnya di garis start kalian disitu. Gue yang pegang timernya. Siap?" Seru Jovi.

Tapi....






....nyatanya nggak ada yang menang maupun kalah dalam pertandingan renang antara Mahen dan Haera.

Pertandingan dibatalkan karena Haera mengalami kram perut di tengah pertandingan.

Beruntungnya keluarga Mahen itu Dokter semua. Termasuk Mahen sendiri dan juga Jovi. Mana dokter spesialis. Ini calonnya Jovi, Si Rika juga Dokter.

Kalo Haera itu Desainer Interior. Dah berasa punya tiga Dokter Pribadi dia sekarang.

Haera itu nggak suka obat dan nggak suka rumah sakit, dan nggak suka dokter dan seperangkatnya. Muak katanya. Tapi justru malah pelabuhan terakhirnya adalah seorang dokter.

Sebagai Dokter Spesialis Penyakit Dalam, agaknya Mahen panik. Kram perut itu ada banyak macamnya, dan penyebabnya tentu ada banyak. Kesemuanya kalo dibiarin gitu aja bisa jadi fatal.

Pikiran Mahen udah kemana-mana.

Mahen langsung ngebawa Haera keluar dari kolam. "Jo, siap-siap. Kita ke Rumah sakit." Katanya sebelum pergi ke kamar untuk mengganti pakaian Haera dan juga dirinya.

Sampe kamar, Mahen langsung ngebaringin Haera diatas tempat tidur. Nggak peduli dengan sprei yang basah karena tubuh mereka memang belum sepenuhnya kering.

Masih dalam kondisi shirtless, Mahen ngabuka koper milik Haera untuk mangambil pakaian cewek itu. Setelah itu Mahen duduk di sebelahnya sambil ngebantu Haera untuk duduk.

"Masih sakit?"

"Dikit."

"Mau ganti sendiri atau gue gantiin?" Tanya Mahen.

Hanya dengan pertanyaan kaya gitu, Haera dibuat tersipu malu. "Ganti sendiri lah! Gila lo!"

Lah kenapa lo gila-gilain, Ra? Padahal nggak papa kalo digantiin juga.

Mahen ngangguk, lalu segera mengganti pakaiannya sendiri tepat dihadapan Haera. Ngebuat Haera langsung memalingkan mukanya.












...
















Malemnya, mereka berempat baru kembali ke penginapan sekitar jam tujuh.

Sebenernya tadi abis diperiksa dan nebus obat, Haera sudah langsung bisa dibawa pulang. Tapi Si Mahen keukeuh minta Haera biar tetep dirawat disana sebentar. Siapa tau Haera ngerasa kesakitan lagi.

Masuk akal, tapi karena kejadian itu kebucinan Mahen mulai tercium.

Lihat aja tuh sekarang cowok itu ada di dapur. Masak. Padahal nggak bisa masak. Sampe Jovi sama Rika cuma bisa geleng-geleng.

Mana si cewek yang katanya tadi sakit, sekarang cuma berdiri sambil berkacak pinggang di sebelah Mahen sambil melotot dam sesekali ngomel.

"Sini biar gue aja anjeng! Gasabar gue liatnya!"

"Lo masih sakit." Mahen menolak pekerjaannya diambil alih oleh Haera.

Haera menyugar rambutnya kebelakang sambi menengadahkan kepalanya. Abis itu dia kembali melotot kearah Mahen. "Gue cuma sakit perut bukan sekarat!"

 "Gue cuma sakit perut bukan sekarat!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




🍉 ~💚~ 🌻




Hehehehehe...

Markeu aku jadiin dokter lagi disini🤧

BestfriendWhere stories live. Discover now