15 - You Serious?

1.1K 143 5
                                    

Selama perjalanan kembali ke Bumi, baik Boboiboy atau Fang tak ada yang saling sapa. Fang sibuk merutuki dirinya, Boboiboy menyimpan rapat-rapat rasa malunya. Kejadian itu tak pernah dia bayangkan, di mana Fang akan menciumnya lebih dulu, tepat di bibir pula.

Tepat saat pesawat mendarat, untuk pertama kalinya Boboiboy mengajak Fang berbicara setelah beberapa lama. "Fang, kau tidak turun?"

Tadinya dia sudah turun, memeluk kakeknya untuk melepas rindu. Tapi, saat diajak pulang oleh Tok Aba, dia teringat Fang yang tak tampak batang hidungnya. Dia berniat mengajak Fang menginap di rumahnya, mengenyahkan rasa malunya dulu sementara. Tapi, saat kembali ke pesawat, ternyata Fang sibuk dengan layar besar di depannya, entah apa yang dia kerjakan.

Tanpa menoleh pada Boboiboy, Fang menjawab, "Tidak. Kau pulang saja, aku juga akan segera pulang."

"Pulang? Ke mana?" Boboiboy mendekat, berdiri di samping Fang yang sibuk mengecek ini-itu, termasuk menyiapkan persediaan seakan-akan hendak pergi jauh. Merasa tak mendapat jawaban apa pun, Boboiboy menahan pundak Fang. "Jawab aku, Fang. Kau ingin ke mana?"

Menghela napas, ditatapnya iris cokelat terang Boboiboy. "Ke luar angkasa," sahutnya datar, lalu melanjutkan, "Setelah pesawat ini dayanya terisi penuh."

"Secepat itu? Kenapa?"

"Aku harus menjalankan misi. Kapten Kaizo sudah meneleponku sejak lama, tapi aku baru bisa pergi sekarang. Dia sudah lama menunggu, tidak bisa ditunda lagi." Fang masih sibuk mengecek segala hal di pesawatnya, menatap layar besar yang menampilkan angka 95%. "Baiklah, sebentar lagi penuh. Mungkin besok aku pergi."

"Boleh aku ikut?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Kau tidak akan berguna di misiku."

Jawaban Fang membuat Boboiboy mengepalkan tangan kuat. Memangnya selemah apa dirinya sampai Fang berkata dia tidak berguna di misinya? Dia bahkan menyetarai kekuatan Fang---ya, walau dia tahu Fang mengalah.

Beberapa saat terdiam, Fang yang selesai mengurus segala keperluannya langsung menatap Boboiboy. "Pulanglah, Tok Aba menunggumu. Jangan pedulikan aku. Bukankah itu yang kau lakukan sejak beberapa hari lalu?"

Kepalan tangan Boboiboy semakin kuat, dalam hitungan detik dia sudah melayangkan pukulan pada wajah Fang, menyalurkan semua emosi. Fang sampai terhuyung ke belakang, memegangi pipinya yang ditonjok kuat oleh Boboiboy.

Menatap wajah manis yang biasanya tersenyum ramah, Fang tidak tahu Boboiboy bisa semarah ini. Mata cokelat itu menatapnya tajam, pipi bulatnya tampak semakin tembam, tapi tak mengurangi kadar keseraman wajah Boboiboy saat marah. Ini pertama kalinya Fang melihat Boboiboy semarah ini selain pada musuh.

Keduanya sama-sama diam, baik Fang yang rasa nyerinya mulai reda, atau Boboiboy yang emosinya mulai turun. Kepalan tangannya mengendur, dia mengalihkan pandangan, berdecih pelan. "Maaf," ucapnya, kemudian berlalu pergi.

****

Malam harinya, Fang tersenyum lebar saat angka di layar besarnya menunjukkan angka seratus persen. Dia berniat pergi tanpa pamit pada siapa pun, tapi sayangnya siang tadi Boboiboy sudah mengetahuinya. Dia hanya pamit pada Tok Aba siang tadi setelah Boboiboy pergi. Sisanya, tidak terlalu penting.

Setiap kali dia ke Bumi, Tok Aba yang selalu berbaik hati padanya, bahkan menyediakan tempat untuknya, memberi makanan kesukaannya. Jadi, hanya pria tua itu yang dia anggap pantas diberi tahu apa pun mengenai dirinya.

Baru saja hendak menyalakan pesawat, sepasang tangan yang melingkar di perutnya membuat dia urung. Dia merasakan punggungnya sedikit berat saat seseorang menyandarkan kepala ke sana. "Boboiboy ...," lirihnya.

"Kau mau pergi sekarang? Tanpa pamit pada siapa pun? Apa kau serius?"

"Kenapa kau belum tidur? Ini sudah pukul sebelas malam." Alih-alih menjawab pertanyaan Boboiboy, Fang malah membicarakan hal lain. Dia tak menolak dipeluk Boboiboy. Entah mengapa, sejak dia emosi dan mencium Boboiboy, melakukan hal menggelikan seperti ini dengan Boboiboy terasa biasa.

Sama seperti Fang yang mengalihkan topik, Boboiboy mengikutinya. Laki-laki itu tak menjawab, memilih mengeratkan pelukan, menempelkan pipinya pada punggung Fang. Dia belum memulai, tapi sudah akan ditinggal. Secepat itukah?

"Boboiboy ...."

"Fang ...." Pelukan Boboiboy mengendur, laki-laki itu menatap punggung Fang sambil memeluk pinggangnya. "Hati-hati. Hm .... Apa kau akan kembali?"

"Hm? Ya, tapi mungkin masih lama. Aku belum menyelesaikan janjiku untuk menjadi pelatihmu, kan? Omong-omong, terima kasih. Aku harus segera pergi dan kau harus segera tidur. Ini sudah malam."

Pelukan Boboiboy terlepas, membuat Fang berbalik badan untuk menghadapnya. Tanpa aba-aba, Fang melingkarkan tangan di pinggang Boboiboy, menariknya lebih dekat, mendorong kepala Boboiboy untuk melakukan hal yang sama. Untuk kedua kalinya, Boboiboy membiarkan Fang menciumnya. Bedanya, kali ini dia membalas, turut menikmati lumatan pada bibirnya.

Tak berselang lama, Fang lebih dulu melepaskan tautannya, menyerahkan lencana berbentuk huruf F pada Boboiboy. "Kau mungkin akan sedikit kesulitan menghubungiku saat aku di luar angkasa. Menggunakan ini, kau bisa menghubungiku kapan saja. Salurannya tersambung dengan kacamataku tanpa batas jarak."

Boboiboy menatap lencana di tangannya, lalu tersenyum. "Ini hanya dimiliku olehku seorang, kan?"

"Ya. Hanya dimiliki olehmu."

"Terima kasih. Dan ... sampai jumpa." Tanpa menunggu jawaban Fang, Boboiboy berlalu pergi.

Tepat saat Fang lepas landas, Boboiboy yang masih menghadap ke langit terlonjak kaget saat pundaknya ditepuk pelan. Menoleh ke belakang, bibirnya melengkungkan senyum saat menyadari Tok Aba yang berdiri di belakangnya, membalas senyuman sendu cucunya dengan senyuman maklum.

"Atok ... apa salah kalau kita menyukai seseorang yang tak bisa kita miliki?"

________________________________________________

Selain sibuk kerja, gue lagi sibuk jadi bucin Tokyo Revengers. Jadi, maklumi. HAHAHAH.

The Seven Elemental's (FangBoy)Where stories live. Discover now