17. (2) Kapan Kita Lepas Dari Semua Ini?

191 59 651
                                    

Haii, semoga kalian selalu diberikan kemudahan di tiap target-target kalian, Amiin (๑•ᴗ•๑)♡

*

*

Adegan dan pemikiran menyesatkan dibawah ini tidak untuk ditiru, jika ditiru berarti terjadi kerusakan serius terhadap sistem tubuh anda :"(

*

*

"Gue kira Oliv mau pulang ke rumah. Kenapa ke tempat kayak gini?"

Damar mengamati sekitar jalan, mencoba mengingat apakah ia pernah melewati jalan yang saat ini Oliv tuju. Vindya yang masih berada di kemudi supir berusaha menjalankan mobil pelan-pelan dengan jarak yang terbilang cukup jauh agar Oliv tidak curiga.

Gadis itu buru-buru menginjak rem ketika mobil biru navy di depannya berhenti. Ia berhasil menepikan mobil dekat dinding batu-bata yang hampir ambruk, untungnya mobil depan tidak sadar bahwa mereka sedang dibuntuti. Suara keras dari belakang kursi membuat gadis yang masih berperawakan upik abu itu menengok sambil terkikik.

"Buset dah, lo ngerem atau ngapain sih. Jidat gue dijadiin pelampiasan!"

"Hahaha, kualat lo Dam, siapa suruh ngikutin gue!"

Damar mengoceh sebal ketika lawan bicaranya mulai fokus pada apa yang ada di depan mereka. Jalan raya yang dikelilingi ilalang di kanan kiri membuat suasana tengah hari menjadi sangat terik. Tidak terlihat pemukiman warga dan penduduk di sekitar jalan. Hanya beberapa mobil yang melesat kencang melewati jalan, seperti kawasan yang jarang di lewati banyak pengemudi. Damar sudah ganjal sejak mobil Oliv memasuki jalan ini.

Setelah melihat Oliv keluar dari mobilnya, tanpa menunggu lagi Vindya mendorong pintu mobil dan bergegas menemui Oliv. Namun tangan cepat Damar dari kursi belakang menahan pintu mobil yang membuat Vindya menatapnya lewat spion, "apaan sih?"

"Itu teman-temannya Oliv? Lo kenal?" Tanya Damar membuat wajah Vindya bergerak maju. Kedua matanya ingin melihat lebih jelas siapa yang dimaksud Damar.

Beberapa orang keluar dari dua buah mobil, yang terdiri dari satu perempuan dan tiga laki-laki kisaran 30 tahun kebawah. Vindya melepaskan tangan Damar yang menahan pintu mobil, lalu membenarkan posisi duduknya, ia malas melihat beberapa orang yang kini tengah berbicara pada Oliv. Itu menghambat waktu yang disusun Vindya dengan sedemikian rupa untuk menyiapkan diri bertemu dengan Oliv. Melihat keakraban orang-orang itu dengan Oliv, membuat Vindya makin gerah untuk menunggunya.

Namun, Vindya terkejut ketika tubuh Oliv tersungkur setelah perempuan tinggi mendorongnya cukup keras. Damar melihat kanan dan kiri jalan, berharap ada orang yang kebetulan lewat untuk menolong Oliv.

Vindya menahan jeritannya ketika punggung Oliv diinjak-injak secara brutal oleh orang-orang yang lumayan jauh dari jangkaunnya. Terlihat supir Oliv berlari ke arah majikannya, pria beruban itu langsung menyerang tiga cowok berkemeja cerah.

Terjadi adu tinju antara supir Oliv dan tiga cowok. Damar yang sibuk dengan obrolannya di telfon, segera Vindya tarik kasar kemejanya sekaligus menyuruhnya keluar untuk membantu Oliv. "Gue ngga bisa Vin, gue khawatir mereka itu salah satu dari orang-orang yang mau neror lo. Nanti mereka hafal muka gue, dan itu bikin lo bahaya."

"TERUS LO MAU NGELIATIN AJA?! HAH?! Pengecut LO DAM!"

"Gue udah hubungin keamanan terdekat. Gue punya koneksi orang-orang di dekat sini. Mereka udah menuju kemari."

"Kita ngga bisa cuma nunggu mereka Dam!"

Ringisan Vindya makin menjadi ketika sebilah pisau sudah menancap di perut pria beruban itu. "Sial! Kemana sih orang-orang! Gue ngga tau efek nantinya kalo gue bantuin mereka. Bang Ferdi udah berkali-kali kasih tau gue buat hati-hati soal ini. Kalo mereka tau wajah gue, mereka juga bakal tau kalau gue kaki tangan kakak lo Vin."

Harvey LiezelWhere stories live. Discover now