48. Tersesat dalam kerinduan

7 3 0
                                    

~Rindu itu berat. Nanti kamu gak akan kuat. Kalau salah sasaran, awas nanti tersesat~

                                           ***
Pagi hari itu, menjadi pagi yang sudah tidak ada lagi infus. Tidak ada lagi makan bubur. Tidak ada lagi oksigen. Tidak ada lagi bau obat. Yang ada koper. Udara segar. Dan Irma masih dalam genggamannya. Bersama dengan ayah Arman, mereka keluar dari kamar. Disambut pihak polisi yang siap mengikat kedua tangannya dengan borgol. Ayah Arman langsung menatapnya nanar.

"Pak, apakah tidak bisa mereka tinggal sebentar di rumahku. Sampai benar-benar pulih?" Ayah Arman memohon di hadapan mereka.

Mereka saling menatap. Salah satu menghela napas dan menjawab, "maaf pak, kami tidak bisa. Sesuai kebijakan, jika tersangka sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit, harus segera dibawa ke tahanan."

Arman dan Irma saling menatap.

"Sudahlah yah. Kalau memang kebijakan polisi seperti itu, kami terima saja. Memang inj salah kami. Maaf yah." Arman berkata, lebih memilih mengalah daripada memperbesar masalah.

"Man, kau baru saja keluar dari rumah sakit. Kalau kau kenapa-napa bagaimana?" Ayah Arman ngotot.

"Tenang pak. Kami pihak polisi punya rumah sakit sendiri. Jika kenapa-napa, pasti kami langsung menanganinya." Pihak polisi berusaha memberi pengertian.

Ayah Arman hanya bisa pasrah. Apa yang sudah ia lakukan, harus ia pertanggung jawabkan. Borgol sudah mengikat di pergelangan tangan mereka. Ayah Arman tidak bisa ikut ke kantor polisi saat itu. Ia berat meninggalkan istrinya yang masih berjuang melawan penyakit struknya.

Sebelum pihak polisi membawa mereka, Arman meminta diberi waktu beberapa menit saja untuk memeluk ayahnya. Pihak polisi hanya menganggukan kepala.

Dengan waktu sesingkat itu, Arman memberi ruang untuk bisa memeluk ayahnya. Mereka saling berpelukan. Melepas kerinduan yang selama ini terkubur. Seumur-umur, ia tak pernah berpelukan. Bahkan sama ibunya. Ia sibuk memperjuangkan cintanya. Padahal sudah tau kalau cinta mereka tidak direstui pihak keluarga Irma.

Merasa tidak enak dengan pihak polisi, Irma menyikut sikunya. Memberi intruksi waktu mereka berpelukan telah selesai. Sungguh Arman menyesal atas perbuatannya.

Rindu itu tidak bisa dibatasi waktu. Tidak bisa diukur kedalamannya. Setiap saat bisa merindu. Situasi apapun bisa merindu. Namun, obat rindu hanyalah bertemu. Mau sekuat-kuat seseorang menahan rindu, jika tak bisa menelan obatnya, takkan bisa menyembuhkannya. Baik dia hanya menelan secuil, sedetik, rindu itu akan tetap menggebu. Penyakit rindu hanya bisa disembuhkan dengan bertemu.

Merasa diberi kode, Arman terpaksa melepaskan pelukannya. Mereka melangkah diiringi dengan kaki yang sebenarnya berat meninggalkan. Lambaian tangan ayah Arman mengayun sendu di udara. Mata Arman berkaca-kaca. Mata Irma menyorotkan prihatin. Semakin menjauh, ia bisa melihat senyuman ayahnya. Dan masih saja terbayang.

Arman berjalan menatap ke depan. Sosok ayahnya sudah jauh dari jangkauannya, ia kini berada disituasi mencengangkan. Tepat di depan rumah sakit, para wartawan langsung memburu pertanyaan di hadapan mereka.

"Bagaimana perasaan Mas Arman dan Mbak Irma setelah tau kalau kalian ini tersangka?" Mereka berebutan memberikan mikrofon namun tak satupun di antara Arman dan Irma yang mau bersuara.

"Lalu, bagaimana keadaan Tuan Robet, yang telah Anda tusuk matanya?"

"Apa benar biduk rumah tangga Robet dan Imaz berakhir karena perjuangan cinta kalian?"

"Apa benar setelah mereka sidang cerai, Imaz meninggal?"

Pertanyaan mereka saling bersahutan, tak memungkiri tetap membungkam mulutnya. Pihak polisi yang turun dari mobil menyembunyikan peluit. Memberikan jalan untuk mereka. Tanpa memedulikan berbagai pertanyaan. Mereka segera memasukkan Arman dan irma ke mobil. Suara sirine berbunyi meninggalkan para wartawan yang berlari mengejarnya. Sudah tak bisa menjangkau, setidaknya mereka sudah dapat fotonya. Apapun yang sudah mereka liput segera mungkin ditayangkan ke media.

Finding My LoveМесто, где живут истории. Откройте их для себя