°Prolog

817 121 21
                                    


Drtt.. Drtt..

Benda pipih bertajuk ponsel itu kembali bergetar untuk kesekian kali, mengundang atensi Junkyu untuk mencoba bertanya pada pria disampingnya yang masih saja bergeming sejak tadi.

Siapa? Begitu gurat tanda tanya di wajah Junkyu yang dapat dengan cepat ditangkap oleh pria tampan itu.

“kamu bisa pulang sendiri?”

Kening Junkyu berkerut. Ia sempat tidak mengerti, mengapa Haruto—pria disampingnya—bertanya seperti itu dengan manik yang bergerak resah kesana-kemari. Lagipula, tidak biasanya Haruto membiarkan Junkyu pulang sendiri.

“apa terjadi sesuatu?” tanya Junkyu tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya pada mata tajam milik Haruto.

Ia penasaran, bahkan sangat-sangat merasa penasaran. Sejak awal Haruto menjemputnya untuk menemani Junkyu ke acara ulang tahun Jihoon, gelagat pria itu memang sedikit berbeda. Bahkan Haruto menerima banyak panggilan telepon dan pesan chat secara terus-menerus yang entah dikirimkan oleh siapa.

Haruto selalu menjawab “hanya rekan kerjaku, Junkyu. Kita nikmati saja acaranya”

sebenarnya aku harus bertemu klien malam ini, untuk membicarakan masalah perusahaan” Jawabnya. Junkyu mengangguk tanda mengerti, bahkan kini raut wajahnya berubah khawatir.

Meski jauh dilubuk hatinya berkata "apa perlu melakukan pembahasan semacam itu dimalam hari? Demi apapun ini sudah pukul delapan!"

“iya Haruto aku mengerti. Kalau begitu kamu pergi saja, aku akan pulang sendiri” Junkyu mengelus pipi Haruto lembut, sebelum pria tampan itu sendiri yang perlahan menurunkan tangan Junkyu dari pipinya.

“baiklah. Kalau sudah sampai rumah, kabari aku”

“Haruto, hati-hati..”

Dan setelahnya Haruto pergi, tanpa mengatakan hal apapun sebagai ungkapan perpisahan mereka dimalam ini.

Junkyu mengulum bibir. Rasanya sangat aneh, tetapi ia tak bisa melakukan apapun selain percaya pada kekasihnya. Sebab jika Junkyu terlalu ingin tahu mengenai urusan pria itu, Junkyu takut jika Haruto akan merasa tidak nyaman nantinya.

Selepas Haruto pergi dari sana, Junkyu merasakan langkah seseorang mendekat ke arahnya.

Benar saja, ternyata disana ada Sunghoon yang kini melemparkan senyum padanya.

"Hai Junkyu, apa Haruto pulang? Kenapa buru-buru sekali?"

Sunghoon kini sudah berada dihadapan Junkyu. Dengan tubuh tegapnya, entah kenapa aura Sunghoon begitu mengintimidasi.

"A-ah itu, Haruto ada urusan mendesak"

Junkyu berdiri kikuk dihadapan Sunghoon. Meskipun Junkyu cukup mengenal Sunghoon di masa sekolah karena pria itu pernah menjadi sahabat dekat, sekaligus rival berat Haruto. Tapi tetap saja semuanya terasa canggung ketika ia harus dihadapkan langsung dengan pria itu. Apalagi Junkyu tidak pernah tahu alasan mengapa Haruto dan Sunghoon selalu bersitegang sejak dahulu.

"Baiklah, selamat menikmati acara milik kakakku, okay?"

Setelahnya Sunghoon pergi dari sana. Junkyu hanya mampu mengangguk patah-patah sebagai respon kecil tanda ia mengiyakan perkataan Sunghoon barusan.

Entah kenapa aura yang dimiliki Sunghoon itu tidak pernah berubah, padahal dulu tatapan yang dimilikinya tidak setajam itu.

‘ah, mungkin ini hanya perasaanku saja.’ gumamnya dalam hati.






Blind ; Jeongkyu [HIATUS]Where stories live. Discover now