Εννέα | Kesan Pertama

46 19 14
                                    

Sejak kecil, Edlynne selalu memandang seseorang berdasarkan kesan pertama yang mereka berikan. Namun jika dipikir kembali, rasa-rasanya ada yang salah dengan cara pemikiran itu.

Dulu, Edlynne memandang Tuan dan Nyonya Sanchez sebagai orang tua kandungnya yang senantiasa menyayangi dan menjaganya. Namun sekarang keduanya bahkan tak pernah memikirkan gadis itu setelah menjualnya dengan tega di usianya yang masih belia. Kendati begitu, Edlynne tetap menganggap kedua manusia dewasa itu sebagai orang tuanya meski hal yang sebaliknya tidak berlaku.

Sama halnya dengan Darien. Sedari pertemuan mereka, Edlynne selalu memandang pria itu sebagai majikannya. Jadi ketika Darien secara tiba-tiba mendatanginya malam itu dan bahkan memaksanya bercinta, pandangan Edlynne masih sama. Satu kali pun tak pernah terlintas di pikirannya memandang Darien sebagai sosok suami maupun ayah dari anaknya. Darien hanyalah majikannya.

Kali ini, Edlynne pun kembali menggunakan cara pikirnya itu.

Saat dirinya pertama kali berjumpa dengan Evander, Edlynne memandang pemuda itu sebagai sosok lelaki yang ceroboh namun baik hati. Maniknya yang membentuk bulan sabit manakala senyumnya terkembang hangat, pribadinya yang sopan dan ramah, serta raganya yang semampai dan gagah itu dengan cepat menarik atensi Edlynne.

Edlynne suka menghabiskan waktu dengan melukis bersama Evander. Ia senang melihat matahari terbenam di balik bukit dengan Evander di sampingnya setelah mereka selesai melukis. Edlynne juga suka mendengarkan celoteh Evander yang tak jarang membuatnya tertawa karena baginya itu lucu. Tanpa sadar, Evander mengambil hatinya dengan cepat.

Sedari awal, Edlynne tak pernah menganggap Evan sebagai kawan. Di matanya, Evander selalu menjadi sosok lelaki yang menawan dan menyenangkan. Yang mampu membuat bunga-bunga di hatinya seolah bermekaran. Yang mampu mengukirkan senyum dan tawa cerah di wajah Edlynne yang biasa layu. Dan yang mampu membuat Edlynne berkata dalam hati, "Seandainya kamulah yang sekarang berada di rumah dan bermain dengan Theon".

Maka dengan begitu, ketika mawar-mawar bergoyang diterpa angin siang itu, ketika Evander membuka identitas aslinya dan mengungkapkan perasaan sebenarnya terhadap Edlynne, perempuan itu memutuskan untuk meyakini perasaan yang ada dalam dadanya selama ini sebagai rasa cinta.

"Aku juga menyukaimu, Evan."

Begitu katanya. Selepas mengucapkan kalimat itu, Edlynne langsung berdiri dan berjalan membelakangi Evander yang tercenung. Bukan apa, hanya saja kini perutnya terasa menggelitik seakan menyimpan beribu kupu-kupu. Wajahnya pun terasa memanas dan sepertinya jantungnya bisa meledak sebentar lagi.

"Lynn."

Kala Edlynne berbalik, Evander mendadak sudah berada di belakangnya. Belum sempat ia menyahut, pria itu tiba-tiba melingkarkan lengannya di pinggang Edlynne dan menarik gadis itu mendekat. Setelahnya kedua birai mereka bertaut lembut.

"Bagaimana bisa kau menciumku lalu pergi begitu saja?" protes Evander selepas menyudahi ciuman mereka.

"Bukan begitu, hanya saja ... ku pikir jantungku akan meledak," balas Edlynne malu-malu. Keduanya tersipu.

Evander tertawa kecil, lalu mendekap gadis itu erat. Menyandarkan kepalanya pada bahu sang gadis yang lebih rendah.

Lucu sekali. Nampak seperti dua tomat rebus sedang berpelukan.

Kendati hubungan ini terasa sedikit tak mungkin untuk mendapatkan masa depan yang baik, dua pribadi itu memilih untuk tak memikirkan hambatan lainnya dan berfokus pada satu sama lain terlebih dahulu. Yang lain tidak penting selama mereka berdua bahagia. Urusan perjodohan dan Darien Casino biarlah dipikirkan nanti. Toh keduanya jarang bahagia. Jadi ketika mereka telah mendapat kebahagiaannya pada diri satu sama lain, maka urusan yang kemarin-kemarin menjadi tak berarti lagi sekarang.





𝐈𝐁𝐄𝐑𝐈𝐀: ChamènosWhere stories live. Discover now