Wedding day

4.1K 443 13
                                    

Mew terbangun ketika mendengar suara kaca pecah. Mew langsung duduk dan melihat sekelilingnya, kamarnya sekarang dalam keadaan gelap gulita. Dengan segera Mew menyalahkan lampu kamar dengan remote di meja sebelah kasur.

Alangkah kagetnya Mew melihat Gulf sedang meringkuk di sudut kamar dengan kaca yang berserakan di mana-mana.

Dengan cepat Mew langsung menghampiri Gulf. Gulf mengamuk di dekati oleh Mew. Mew sudah tau dari kakak Gulf seperti apa Gulf kalau sedang kambuh. Gulf memukul Mew yang hendak mengendong nya ke kasur.

Dengan usaha yang keras akhirnya Mew berhasil menggendong Gulf ke kasur. Mew melihat jam di dinding, sekarang masih pukul setengah lima pagi. Mew memeluk Gulf di dadanya. Berulang kali mengucapkan kalimat penenang untuk Gulf. Tay yang mengajari Mew cara menenangkan Gulf yang sedang mengamuk.

"Aku disini sayang" Mew mencium kening Gulf. Mereka tetap terbangun dengan posisi seperti itu sampai akhirnya cahaya matahari mulai terlihat. Gulf hanya menatap kosong sekelilingnya. Gulf kemudian menatap Mew, Mew tau Gulf belum sadar. Kemudian Mew mencium bibir Gulf.

"Kau memanfaatkan keadaanku untuk mencuri ciuman" Gulf telah kembali dan sekarang mendumel kearah Mew. Mew tertawa mendengar ucapan Gulf tapi semakin erat memeluk Gulf

"Aku sekarang percaya pada dongeng anak-anak, ciuman cinta sejati itu memiliki kekuatan ajaib" Mew terkekeh sedangkan Gulf langsung memukul pelan dada Mew yang di hadapannya. Gulf masih berada di pelukan Mew.

"Bagaimana aku tidak langsung sadar, kau mengulum bibirku, memasukan lidah mu dalam mulut ku, mengajak lidahku bertarung" Mew semakin tertawa mendengar ucapan frontal Gulf.

"Sudah jam enam sayang, sebaiknya kau harus segera bersiap-siap kesekolah, hati-hati ada kaca yang berserakan" Gulf memecahkan cermin full body yang ada di kamar mereka.

"Kau tidak marah padaku kan?" Gulf memastikan, entah apa yang di lakukannya saat tadi mengamuk dia tidak ingin suaminya marah padanya.

"Aku tidak marah sayang, segeralah mandi, aku akan meminta maid untuk membersihkan pecahan kaca di kamar kita" Gulf menatap Mew, laki-laki ini bersikap seperti biasa saat mengetahui penyakit mental yang di deritanya.

"Terimakasih" Gulf mencium bibir Mew. Gulf merasa sangat bahagia menemukan seseorang yang menerima keadaannya.

"Kau harus mandi sayang, hari ini adalah ujian terakhir kan? Besok kita akan menikah" Gulf tersenyum mendengarnya. Ya, besok adalah pernikahan mereka.
.
.
.
.

"Jam berapa nanti bisa ku jemput?" Mew bertanya pada Gulf saat mereka sedang dalam perjalanan di sekolah. Sejak kembalinya Samuel ke Thailand Mew langsung memperketat penjagaan pada Gulf. Bahkan di sekolah Gulf bukan hanya Kaownah yang sedang menyamar.

"Jam 10, dan setelah itu kita akan pergi ke apartemen Bright" Gulf masih menyamankan diri dalam pelukan suaminya.

"Sebelum itu, aku ingin kau bertemu seseorang, bagaimana?" Gulf menatap Mew dengan pandangan bertanya.

"Siapa?" Gulf bertanya sambil menatap Mew dan Mew hanya tersenyum sebagai jawaban.
.
.
.

"Daddy!!" Seorang anak kecil berlari memeluk Mew ketika pintu apartemen ini di buka. Gulf hanya terdiam mendengar anak kecil yang di perkirakan usianya tiga tahun itu memanggil Mew dengan panggilan Daddy. Mew sudah punya anak? Pikirnya.

Mew memang mengajak Gulf ke apartemen nya untuk menemui seseorang dan seseorang itu adalah Tine.

"Tine, perkenalkan ini papa Gulf" Mew memperkenalkan Gulf kepada Tine.

"Papa? Asiiik Tine punya papa" Tine kemudian memeluk kaki Gulf. Melihat itu Gulf langsung melepaskannya. Tine sempat kecewa tapi kemudian Gulf bersimpuh untuk menyamakan tingginya dengan Tine dan kemudian memeluknya. Tine tentu saja tersenyum gembira.

I CHOOSE YOU ENDWo Geschichten leben. Entdecke jetzt