O5.

369 75 2
                                    

KRIEEEKKK!!!

Suara pintu reot itu terdengar nyaring. Ia meyakini suaranya bisa membangunkan seluruh isi selokan beserta tikus-tikus menjijikan.

Jungwon langsung berlari ke dalam rumah. Berkali-kali ia berteriak karena tikus berkumpul di dekat pintu rumah mereka. Begitu ia menjejakkan kaki di atas karpet, ia menghela nafas. "Tikus-tikus tidak tahu diri!"

Heesung hanya terkekeh. Ia menyeka keringat di dahinya dengan tangan. "Menjijikan sekali, bukan."

Jungwon mengiyakan. Ia duduk di samping kakak kembarnya yang masih terlelap. "Panas sekali."

"Benar," sahut Heesung. Tangannya menyeka dahi Sunoo yang dibanjiri keringat. "Kenapa ia panas sekali?"

"Sunoo?"

Tangan Heesung turun ke leher Sunoo. Leher anak laki-laki itu juga dibanjiri keringat. Bajunya basah hingga menempel ke tubuhnya. Bibirnya memutih dan wajahnya pucat pasi, tapi matanya masih terlelap.

"Ada apa, hyung?"

Heesung menarik tangannya. "Sepertinya ia sakit."

"Sunoo..." panggil Jungwon sambil menggerakkan lengan saudaranya.

Yang dipanggil membuka mata. Tatapannya sayu, bibirnya gemetar dan keringat masih setia mengucur dari dahinya.

"Apa yang kau rasakan?" tanya Heesung begitu menyadari Sunoo terbangun.

"Hyung..." bisiknya pelan. "Haus."

Heesung menghela nafas. Ia melirik ke arah meja kecil di sudut ruangan. Tidak ada air bersih yang tersisa. Ditambah lagi tidak ada hujan, jadi ia tidak bisa mengolah airnya menjadi air minum.

"Aku akan carikan makan dan minum. Kau tunggu di sini ya," perintahnya kepada Jungwon yang langsung dibalas dengan anggukan.

Heesung menyetap jaket hijau lusuhnya. Ia segera berlari keluar selokan.

Matahari sudah bersinar terang di atas sana. Panas menyengat seolah siap mengupas kulitnya seperti kulit kentang rebus.

Ia berhenti tepat di perbatasan antara hutan dengan pemukiman Dimensi C. Tempatnya bertemu dengan Niki. Ia ada janji bertemu dengan Niki jam 5 sore hari ini. Harusnya ia bisa mendapatkan air minum dari Niki, tapi ia tidak tahu harus menghubunginya kemana. Mereka penghuni dimensi yang terlampau miskin untuk mempunyai ponsel. Mencari Niki ke Dimensi C akan menghabiskan banyak waktu.

Sunoo tidak akan tahan selama itu.

Ia mengusak rambutnya frustasi. Kalau mendesak begini seperti ini, Heesung tidak bisa berpikir jernih. Ia mengakui kelemahannya adalah mudah panik.

Ia berlari menyusuri hutan, hingga sampai ke pinggir laut. Ia menyusup ke belakang bangunan mercusuar dan bersembunyi di balik batu besar. Ia menatap pantulan dirinya di atas air sejenak, sebelum mengeluarkan botol dari dalam kantong.

Mencuri air laut adalah tindak kriminal tingkat tinggi —The Dimmension memiliki undang-undang tentang tindak kriminal, dan mengambil isi alam The Dimmension untuk kepentingan pribadi dapat dijatuhi hukuman mati dengan cara disayat pisau tumpul dan dilumuri air jeruk nipis. Cara mati yang paling buruk—.

Keringatnya mengucur deras, gugup dan sinar matahari yang terlalu panas bergabung menjadi satu. Tangannya gemetar karena panik. Pikirannya berkecamuk antara tindak kriminal dan Kim Sunoo.

Belum selesai menata isi kepalanya, ia dikagetkan dengan gelombang air yang menyiram tubuhnya hingga basah. Sebuah mobil terbang baru saja terjatuh dari langit. Mesin mobil mati, dan ia bisa melihat presensi beberapa orang laki-laki berusaha memecahkan kaca mobil, sementara mobil mulai tenggelam.

THE DIMMENSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang