Kakak kelas

298 36 2
                                    

Mencintai dalam diam bukanlah pilihan yang bagus. Apalagi kau harus bertahan dan berjuang sendiri demi mencapai tujuan mendapatkan dia. Belum lagi disekelilingnya banyak orang yang menyukainya. Ingin mengatakan perasaan juga takut dia pergi, lebih nyaman berdiam diri bukan? Biarlah dihina pengecut, setidaknya bisa disampingnya lebih lama.

Aku Shiba Hakkai, siswa kelas satu yang menyukai senior kelas dua. Dia baik dan manis, bukan hanya aku yang mengatakan itu. Aku menyukainya bukan karena wajah atau jabatannya. Entahlah, apa yang bisa membuatku menyukai senior berbulu mata lentik itu. Yang aku tahu, kesan pertama bertemu dengannya sangat menarik.

Aku ingat ketika pertama kali kami bertemu, aku tak sengaja menjatuhkan pensilku, lalu ia datang dan langsung mengambil pensil itu, manik lavendernya menatap mataku hangat. Dengan senyuman bagai cahaya mentari, ia mengembalikan pensil itu sambil mengingatkanku untuk berhati-hati.

Aku tak bisa melihat name tag-nya karena sweater cream soft yang ia kenakan, tubuhnya terlihat kecil jika memakai pakaian seperti itu, kemudian dia pergi begitu saja, tanpa mengatakan apapun. Beberapa hari setelahnya kami bertemu lagi di kantin sekolah, kali ini dia yang menjatuhkan sumpitnya, belum sempat menyentuh tanah, aku langsung menangkap sumpit itu. Lagi-lagi mata indah itu melihat ke arahku, dia berterima kasih padaku. Tersenyum manis lalu memanggilku senpai, ah mungkin karena aku yang lebih tinggi, makanya dia memanggilku begitu. Hal sama kembali terulang, dia pergi begitu saja, padahal saat itu aku berharap akan berkenalan dengannya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, aku terlalu asik dengan lamunanku hingga lupa bahwa harus membeli makanan untuk mengisi perut malam ini. Aku berjalan menuju minimarket di dekat rumah, kulihat ada beberapa berandalan sedang mabuk di depan persimpangan. Karena tak mau berurusan dengan mereka, aku memutuskan untuk berjalan memutari gang. Belum sempat membulatkan keputusan, ada seorang pria dengan hoodie hitam dikelilingi berandalan tersebut. Sejujurnya aku bukan tipe orang yang perduli terhadap sesuatu, tapi anehnya kakiku berlari menuju orang-orang itu tanpa perintah dariku.

Seperti dugaanku, jika mendekat maka akan terlibat perkelahian. Salah satu berandalan itu berhasil jatuh, tapi aku tahu tak ada pertarungan adil satu pria kurus dengan lima pria berbadan besar.

Ah, sedang malas berkelahi.

"Maju kalian brengsek!"

Tunggu, suara ini, aku kenal betul.

Aku belum bergerak barang sedetikpun tapi lima orang tadi sudah tumbang hanya karena orang itu.

"Di belakangmu!" kaki ku terangkat tanpa sadar, menendang si berandalan untuk melindungi kakak kelas yang kukagumi ini.

"Terima kasih" dia tersenyum ramah padaku.

"Kau lagi? Sepertinya kita sering bertemu" katanya.

Tentu saja. Aku berusaha mencari tahu tentangmu.

"Begitulah. Eum ... begini, sebenarnya aku juniormu"

"Ah, ku kira kau kakak kelas, pantas baru melihatmu" dia tertawa, sangat manis dan menyejukkan bagiku.

Tidak, aku bukan lah orang yang dengan mudah menyukai ataupun terpikat, tapi kakak kelas ini sangat mengikatku dalam pesonanya. Apalagi dia seorang pria, aku juga tidak tahu sebenarnya apa orientasi seksual ku, tapi aku yakin juga tak menyukai lelaki. Namun orang ini sedikit berbeda, kenapa begitu? Aku juga bingung.

"Mitsuya Takashi" ujarnya seraya mengulurkan tangan padaku. Dia sedang memperkenalkan diri sebelum aku bertanya, apa ini sebuah kemajuan?

"Aku Shiba Hakkai" balasku.

"Kau adiknya Yuzuha dan Taiju?" aku terkejut saat dia menyebut nama kedua kakakku.

"Benar, senpai kenal mereka?"

"Mereka temanku, Taiju pernah bilang punya adik laki-laki yang tinggal di asrama" aku mengusap tengkuk yang tak gatal, sepertinya kita memang ditakdirkan bertemu.

"Apa kau baik-baik saja?" dia mengangguk pelan, memeriksa pergelangan tangannya lalu menatap ke arahku.

"Tidak ada luka"

"Mau ke mana?" tanya Mitsuya padaku.

"Mau ke minimarket di ujung jalan"

"Kalau begitu sekalian saja, rumahku di dekat sini" aku mengangguki ajakannya, kami jalan berdampingan, sesekali aku curi-curi pandang ke arahnya.

"Senpai keren bisa mengalahkan lima orang sendirian" pujian ku dihadiahi tawa manis, ia mengusak surainya kasar.

"Apa itu?" atensiku berpindah pada kantung plastik yang Mitsuya pegang, benda itu terlihat seperti beberapa kain yang dikumpulkan.

"Ini kain perca, aku baru pulang dari club dan membawa ini untuk membuat boneka"

"Boneka? Untuk siapa?"

Boneka? Apa dia punya kekasih? Aku juga baru tahu Mitsuya bisa menjahit. Selama ini aku cuma memperhatikan dari jauh, tak tahu ke mana dan apa yang ia lakukan, ingin sekali aku mengetahui lebih tentangmu.

"Untuk adikku, Luna dan Mana"

"Eh Luna adikmu?"

Tentu aku mengenal gadis kecil itu, dulu aku menolongnya waktu hampir tertabrak mobil.

"Kau mengenalnya?"

"Beberapa minggu yang lalu, aku menolongnya"

"Yang hampir ditabrak mobil itu?" wajahnya tampak terkejut menatapku.

"Terima kasih karena sudah menolongnya, anak itu memang terkadang suka pergi kemana-mana" aku tertawa kecil, wajah kesalnya terlihat imut di mataku, dan bibir tipis itu menggerutu sambil dimajukan.

"Tidak masalah, tapi karena Luna aku bisa bicara dengan anak perempuan" kalau diingat lagi aku memang payah mendekati lawan jenis, untuk dekat dengan Luna saja butuh beberapa kali pertemuan, gadis kecil itu sangat manis dan periang orangnya.

"Mau ku kenalkan dengan anggota club jahitku?" aku menggeleng cepat.

"Aku selalu mati kutu saat bicara dengan para gadis" Mitsuya tertawa ke arahku, kelihatannya malam ini ia terlihat lebih banyak mengeluarkan ekspresi, aku senang bisa mengetahui tentang dirinya lebih banyak.

"Kau ini unik sekali, aku tidak menyangka adik Taiju sangat berbeda dengannya" aku tertawa canggung, yah banyak yang bilang begitu, kakak laki-laki ku itu memang pria yang tegas dan menyeramkan. Sudah biasa dibandingkan begini.

"Tapi kau lebih manis"

Aku langsung menatap ke arahnya, kalimat itu membuatku sangat senang. Apa tidak salah barusan Mitsuya memuji ku?

"Lihat, kau lebih sering tersenyum"

Cukup, jangan katakan lagi, kau membuat ku semakin salah tingkah.

"Tidak juga" elakku. Ah sial, lama-lama telingaku bisa memerah karena malu.

Tak terasa akhirnya kami sampai di depan minimarket, dia menepuk punggungku pelan.

"Sampai ketemu besok" Mitsuya melambai dan pergi menjauh dariku. Mimpi apa aku tadi malam, bisa bertemu dan berbicara cukup lama dengan kakak kelas yang ku kagumi ini. Sampai ketemu besok katanya, rasanya aku ingin cepat-cepat tidur dan menghadapi hari berikutnya, apa Mitsuya akan mengenaliku? Tidak mungkin dia lupa.

Setelah melihatnya berbelok ke gang lain, aku masuk ke minimarket sembari tersenyum tipis. Kurasa aku harus mulai melangkah ke depan, aku tahu banyak sekali orang yang mendekati Mitsuya, tapi apa salahnya menjadi teman dekat dan sering mendengarkan cerita Mitsuya. Kalau memang ada kesempatan, suatu saat aku akan mengungkapkan perasaan ini, itu juga kalau dia menyukai pria. Aku tidak berharap lebih, memaksanya juga bukanlah pilihan baik.

.
.
.
Bersambung ...
05/03/2022

Akhirnya bikin Hachimitsu lagi
Knp selalu nyebut はちみつ (Hachimitsu)?
Karena pencarian # (hastag) di twt/pixiv/poipiku begitu biar nemu otp Hakkai x Mitsuya nya :v

Jangan lupa tekan vote dan comment
Thanks all, stay save!

Secret Admirer [Hakkai x Mitsuya]✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora