10 Forgive

1.4K 147 13
                                    

Visualisasi Valentines^^

Please give me shooting star
Happy Reading Guys
💫💫💫

.

.

.

.

Tengah malam telah terlewat sepuluh menit yang lalu. Namun Leon sama sekali tidak dapat memejamkan matanya. Bantal di ranjangnya memang cukup empuk. Selimut dan seprainya juga hangat dan nyaman. Namun semua itu tidak cukup kuat untuk menggodanya ke alam bawah sadar yang indah atau biasa di sebut mimpi.

Kesal bercokol di dalam benaknya. Melihat betapa pentingnya posisi Alex untuk mate~nya membuat rasa cemburu mulai merasuk ke dalam hati. Apa lagi mendengar Alexa berpasrah diri padanya seolah-olah dirinya adalah orang paling jahat di seluruh dunia. Namun meskipun begitu, melihat Alexa yang begitu lemah membuat Leon tak kuasa berbuat lebih jauh. Meskipun di sisi lain, Leon sangat ingin mengklaim Alexa secepatnya.

Tiba-tiba angin dingin dari jendela berhembus. Perasaan nyaman perlahan dapat Leon rasakan. Awalnya semuanya baik-baik saja hingga Leon mengira dirinya tertidur lantas terbangun di atas rerumputan hijau yang terasa tidak asing.

Masih terbaring, Leon dapat merasakan hangatnya sinar matahari dan menikmati birunya langit yang di penuhi awan. Leon memutuskan untuk duduk sambil mengamati sekitar. Tidak ada apa-apa kecuali padang rumput, bunga-bunga kecil dan sedikit pepohonan.

Leon ingat, pertama kali ia berada di sini saat baru berusia lima tahun. Saat itu ia melihat seorang gadis cantik dengan wajah yang begitu teduh. Leon tidak mengerti apa-apa dan hanya mengiyakan apa pun yang di katakan gadis itu. Dalam ingatannya gadis itu dengan lembut mengusap rambut Leon sebelum membisikan permintaan untuk menjaga Siera, adik kesayangannya. Saat itulah pertemuan pertamanya dengan Moon Goddess.

"Sudahkah kau menghilangkan gundah dalam hatimu, Leonil Anderson."

Leon yang masih dalam keadaan berbaring mengubah posisinya menjadi duduk. Tatapannya bersinggungan dengan netra biru yang begitu indah dan teduh. Seorang gadis dengan penampilan elok berdiri di depan Leon.

Surai seputih salju dengan panjang selutut di hiasi mahkota perak yang berkilau. Gaun putih bersih yang menjuntai hingga ke tanah. Senyuman ramah yang terukir indah di wajahnya yang cantik. Kaki jenjang yang melangkah kemana saja dengan ringan. Tidak salah lagi. Sosok itu adalah Moon goddess.

"Moon Goddess." Leon berlutut memberi hormat.

"Berdirilah."

"Aku tidak pantas."

"Kepantasan seperti apa yang kau maksud?"

Sang Dewi berjongkok kemudian mengangkat dagu Leon agar menatapnya. Moon Goddess kembali tersenyum. Melihat Leon membuat suasana hatinya gembira.

"Engkau, memberikan kebahagiaan dan kedamaian di antara kami. Menjaga kami dan memelihara kami. Sayangnya, aku yang kecil ini tidak akan pernah mempu untuk membalasnya."

"Kau menjalankan kewajiban mu dengan sangat baik, Leonil Anderson." Bisik Sang Dewi.

"Aku tersentuh dengan ketulusanmu."

Half Blood MateWhere stories live. Discover now