1. I Hate it Here

57 10 0
                                    

"Apa yang akan kau lakukan jika aku memintamu untuk mengikuti kencan buta?" mendengar kalimat itu saja langsung membuat Sohyun mendesah sekaligus menyandarkan punggung pada sandaran kursi. "Tidak mau, ya?" tanya Sejeong memasukkan satu sendok

"Jawabanku tetap sama, tidak akan. Berhentilah mencarikan aku teman kencan, biarkan aku fokus menyelesaikan perkuliahan di tahun terakhir." pinta Sohyun memandangi strawberry green tea choux tart yang tersaji di atas meja.

Sejeong tersenyum miris. "Berhentilah memikirkan lelaki brengsek itu. Setelah aku pikir kembali, dia sama sekali tidak tampan. Malah terkesan cupu dengan kacamata tebal dan kepintaran di atas rata-rata. Kau bahkan menyatakan cintamu padanya karena sedang melakukan misi  truth or dare. Come on, itu sudah tiga tahun berlalu dan kau masih sama saja." ucapnya serius. Bahkan tangannya saling bertautan di atas meja dan mengabaikan dessert  kesukaannya.

Sohyun mengerutkan kedua alisnya dan mengembuskan napas panjang. "Jadi, apa yang harus aku lakukan?"

"Lakukanlah kencan buta. Meskipun itu hanya satu kali seumur hidupmu."

Kedua gadis itu sedang berada di kafe kesukaan Sejeong yang populer, karena menyajikan pastry  dengan desain cantik. Mereka memutuskan beristirahat di sana setelah kelas usai. Dan seperti biasa, Sejeong selalu menyelipkan kata 'kencan buta' di setiap obrolan. Sudah tidak terhitung berapa banyak gadis itu membahasnya sampai Sohyun sakit kepala. 

Ponsel Sejeong berdering menampilkan nama seseorang yang sudah Sohyun kenal baik sebagai kekasih dari sahabatnya itu. Lelaki itu adalah Paul Ahn atau bisa disebut juga Ahn Hyoseop. Mereka sudah menjalin hubungan selama 3 tahun terakhir dan berencana akan menikah dua tahun lagi di usia yang masih terbilang muda di Korea Selatan. Sekarang saja usia mereka sudah 23 tahun.

"Chagiya!" seru Sejeong bersemangat. Hal ini menarik perhatian para pengunjung, tapi gadis itu tidak peduli. "Benarkah? Aku sedang bersama Sohyun. Datanglah ke kafe kesukaanku. Iya ... Aku akan menunggumu. Sampai jumpa."

Sejeong menutup sambungan telepon dengan senyum secerah matahari di musim panas. Sedangkan sekarang bulan Desember, yang artinya sudah memasuki musim dingin dan salju pun sudah mulai turun menutupi jalanan.  Tandanya tahun baru menyakitkan itu akan datang kembali dan membuka luka lama yang belum sembuh hingga kini.

"Hyoseop akan menjemputku. Mau ikut pulang bersama kami?" tawar Sejeong menghabiskan

"Aku masih ada urusan di sekitar sini. Dareum memintaku untuk membelikannya dakgalbi."

Tepat saat mereka sedang berbincang, Hyoseop datang menghampiri Sejeong sekaligus mengusap lembut rambut gadis itu.  Dua terasa hanya milik berdua saat itu juga. Hyoseop tidak lupa menyapa Sohyun yang dibalas olehnya dan tidak lupa untuk menawarkan pesanan. Namun Hyoseop mengatakan sudah mengisi perutnya.

"Aku pulang dulu ya. Mengenai kencan buta, aku akan bertanya pada Minjoo eonni  terlebih dahulu. Nanti aku pasti mengabarimu lagi. Sampai jumpa." Sejeong menggamit lengan Hyoseop mesra.

"Kau serius tidak ingin pulang bersama kami?" tanya Hyoseop.

Sohyun menggelengkan kepala pelan. "Ada sesuatu yang harus aku lakukan. Pergilah, aku baik-baik saja."

Setelah yakin akan jawaban Sohyun, sepasang kekasih itu akhirnya berpamitan pulang. Di balik jendela besar di dalam kafe, Sohyun dapat melihat betapa mesranya pasangan Sejeong dan Hyoseop. Mereka berdua sangat jarang bertengkar, melainkan semakin lengket satu sama lain, bagaikan magnet.

Andai saat itu Dohyun tidak memutuskan hubungan mereka, apakah hubungannya akan bertahan seperti hubungan milik Sejeong? Memikirkannya saja sudah membuat sakit kepala. Sohyun segera menghabiskan makanannya dan melenggang pergi dari kafe.

Should've KnownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang