1. Teenagers

2.2K 91 4
                                    


03.00 a.m.

Jam yang terlalu pagi untuk beberapa orang beraktivitas. Dengan udara yang menusuk kulit, siapa yang berani membuat suara berisik dini hari ini?

Mataku masih terpejam. Terlalu malas menanggapi suara aneh diluar sana. Ah, tidak. Mungkin didekat rumahku.

Srekk.

Tukk.

Aaa!!! Aku ingin tidur tenang!! Batinku menjerit kesal.

Mataku yang awalnya terpejam kini terbuka menatap langit-langit kamar. Agak sedikit memerah karena aku memang menonton film dengan akhir menyedihkan malam tadi.

Aku merapatkan cardigan yang lupa aku lepas sehabis menonton film. Udara dingin ini meningkat lebih cepat dibanding bulan lalu.

Apa sebentar lagi musim dingin tiba? Hm...

Langkah kaki ku memijak lantai kamar begitu pelan. Rasanya akan patah jika aku memijak lantai cepat.

Setelah mengintip di jendela dengan menyibakkan sedikit tirai, mataku membulat saat menemukan seorang pria dengan hoodie hitam tengah menusuk seorang pria tua.

Aku mengucek mata berkali-kali, memastikan itu bukan mimpi.

Tapi ini nyata!!

Pria tua yang entah siapa itu sudah bersimbah darah tak bernyawa. Dan dengan gilanya pria berhoodie itu memasukkan mayatnya ke karung lalu membawanya entah kemana.

Aku menengok sekitar namun tak menemukan keberadaannya. Hei, dimana mereka? Kenapa cepat sekali menghilangnya?

Terlalu fokus mencari pria aneh itu, aku tiba-tiba dikagetkan dengan suara pintu yang terbuka.

Lututku yang sudah sedari tadi melemas semakin bergetar. Aku tak sanggup untuk berbalik.

"Aaa!!!"

Aku memekik kaget ketika ada yang menyentuh pundakku. Aku berbalik, ah...itu hanya kakakku.

Aku mencoba untuk tersenyum meskipun terlihat aneh. "Ada apa kak?"

Kakakku, Stormi hanya diam. Aku merasa dia sedikit...pucat? Mungkin karena hari ini cukup dingin.

Stormi masih diam namun tiba-tiba dia mundur perlahan hingga keluar kamarku. Dengan mata yang masih menatap lurus ke arahku. Astaga itu terlihat creepy!

Secepat kilat aku menutup pintu kamar. Jantungku berdetak cepat, aku sudah ketakutan sejak melihat pria berhoodie hitam itu.

Aku menaikkan selimut hingga sebatas leher. Mataku menatap langit-langit kamar dengan keringat dingin yang mengucur di sekujur tubuhku.

Kenapa aku harus melihat adegan pembunuhan secara live sih?! Batinku berujar.

Perlahan meski ketakutan masih menghantui, mataku mulai terpejam. Pergi ke alam mimpi. Menyambung tidur lelapku yang terganggu tadi.

"Chicago! Bangun!!"

Arrghh..

"Chi!!"

"Ah, iya! Iya!!" balasku dengan suara serak khas bangun tidur.

Astaga, kenapa rasanya seperti aku tidur hanya 5 menit?! Aku melihat ibuku membuka tirai jendela. Dan seketika ingatanku kembali ke kejadian mengerikan beberapa jam lalu.

Setelah merubah posisi menjadi duduk bersandar. Aku hanya diam, tak berbicara meskipun ibu terus melirikku.

Aku beranjak dari kasur. Melangkah ke kamar mandi untuk mencuci wajah. Tak lupa menyikat gigiku. Aku melepas cardigan lalu turun ke bawah untuk sarapan.

Di meja makan, hanya ada ibu dan bibi. "Mana yang lainnya?" tanyaku sembari melirik kursi kosong disana.

Ibu yang tengah mengambilkanku sup menatapku sekilas lalu menaruh mangkok tersebut tepat didepanku. "Ayah dan paman mu ada meeting mendadak."

Saat melihat kursi Stormi juga kosong, aku ingin kembali menanyakan keberadaan kakak. "Dimana kak...-"

Beberapa detik kemudian bel rumah berbunyi. Bibi ku tengah menatap aku dan pintu bergantian.

Wajahku berubah malas saat menyadari bahwa aku harus membukakan pintu.

Tanpa melirik siapa yang datang, aku hanya membukanya masih dengan raut wajah malasku. Dan wanita ini malah berlalu begitu saja memasuki rumah.

Eh, tunggu?!

Wanita....ini?

APA?!!

Hampir saja aku tersandung karena terlalu kaget melihat siapa yang datang.

Aku kembali duduk di kursi makan dengan mata masih menatap tak percaya pada kakakku, Stormi yang datang dengan wajah lelah.

"Kau kenapa, Chi?" tanya Stormi ketika melihatku terus menatapnya bingung.

Suaraku terasa tercekat, "Kak-kakak...habis dari mana?"

Bukannya Stormi, justru ibuku yang menjawab pertanyaan.

"Stormi ada tugas kuliah, Chi. Dia tidak pulang malam tadi. Dia menginap di rumah temannya." jelas ibu.

Mataku mengerjap horror. Jadi...siapa yang masuk ke kamarku malam tadi?!

ACATHEXIS Where stories live. Discover now