Payphone.

7.7K 311 47
                                    

Hari tengah menunjukkan pukul 5 sore, Y/N terus menerus menatap pintu apartemen yang hanya bisa dibuka dengan pin tertentu, detik jam terdengar lebih keras setiap waktu terlewat, Y/N berusaha tenang rasa frustasi nya yang mendaki puncak.

"1..2..3..4..5.." menghitung, mencoba mengalingkan atensi nya dari rasa frustasi tersebut.

Bip Bip Bip

Familiar, suara itu datang dari pintu, Y/N sedikit terlonjak tidak lagi berusaha mencari tenang nya, kali ini ia harus jujur, tidak ada lagi lari atau bersembunyi.

Paras tampan berambut pirang masuk, terlihat sedikit lelah namun mimik mukanya selalu datar tidak ada sedikitpun perubahan sejak mereka menikah.

"Sudah pulang ya, Mau dibuatkan apa mas?, kopi, teh, ah ya! Makanan juga udah aku siapin"

Perkataan dengan intonasi yang beragam, mencari ekspresi dari lelaki itu. Namun nihil, lelaki itu lewat seperti perkataan Y/N hanya angin lalu.

Kini sampai, frustasi itu memuncak.

"Mas, aku hamil." Terus mencari tenang, tidak dihiraukan.

"Nanami Kento. Saya hamil! " meledak, Nanami berbalik mimik nya tidak lagi datar namun kali ini penuh dengan rasa tidak suka.

"Yakin itu anak saya?"

-

Y/N tertawa, merutuki dirinya yang mengharap peduli dari pria itu.

"Sayang, mama akan jaga kamu, mama janji." Untaian janji.

Y/N menikah karna iba, ia berharap keluarga, dan sekarang ia akan memiliki setidaknya malaikat kecil sebagai keluarganya, menghela napas gusar, sungguh, manusia macam apa yang mempertanyakan kesetiaan seseorang dengan alasan 'seks itu bisa dengan siapa saja'.

Sejak dulu memang Y/N menikahi Nanami karena orang tua nya iba, Y/N tidak punya keluarga dia hidup di jalan, membangun usaha sendiri menjadi dewasa sendiri. Ia bertemu dengan Nanami di kantornya, pria naif julukannya waktu itu.

Dan untuk Y/N pada masanya ia adalah wanita yang sangat mandiri dan maskulin dengan seorang kekasih yang ia sayang, namun tentu semesta harus merusak segalanya.

-

"40% saham..? Anda yakin? " pria itu dengan berani mengangguk, memberi kontrak personal.

"I want you put her name in this, not mine."

"Huh?" Bukannya tidak sopan, namun seharusnya jika ingin meletakkan nama orang lain sebagai pemegang saham harus setidaknya mengatakan kepada sekretaris nya bahwa yang datang meeting adalah asisten calon pemegang saham di perusahaannya.

"So you're her assintant?" Pria itu tertawa.

"Ah, sepertinya anda tidak paham. Ini adalah hadiah untuk dia, dia pacar saya"

Y/N membelalak kan matanya, 40% saham itu bukan lah uang yang sedikit, Apa pria ini gila? Hadiah?.

"Ini seluruh data milik nya, tolong bantu urus karna saya tidak memiliki sebanyak itu waktu untuk mengurus segalanya."

Y/N mengangguk, sebenarnya hal ini mudah namun sungguh ia masih terkejut, perempuan itu sangat beruntung.

-

"Salah kamu selalu sibuk dan gak perhatian sama aku."

Y/N terdiam, tidak ada jawaban, tidak bisa merasa, bingung, lelah.

"Sejak kemarin aku coba telfon kamu, tapi kamu pasti selalu sibuk kan?" Kali ini Y/N mengangguk dia paham betul seharusnya mematikan telfon nya berhari-hari bukan lah hal yang bagus.

Payphone (Nanami Kento × Reader)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora