00

76.1K 4.2K 182
                                    

Sudah sepuluh tahun aku dan isteri ku bercerai karena dia menganggap aku tidak segagah pria impiannya, dia bahkan mengatakan aku terlalu lemah hanya untuk mengurus hal kecil.

Ya aku memaklumi betapa dia tidak menyukai ku karena kami bertemu melalui jalur perjodohan keluarga.

Sekuat apapun aku mencoba mempertahankan rumah tangga kami waktu itu, tetap saja keadaan tidak berpihak pada ku.

Mantan isteri ku bertemu dengan pria lain di belakang ku dan meminta cerai, dia bahkan tidak mengurus hak asuh anak.

Dia menitip pesan agar aku baik-baik menjaga anak kami, jujur saja saat itu hati ku sangat hancur tapi setitik harapan mulai tumbuh kembali saat aku melihat wajah putri ku.

Aku sadar ada satu orang yang harus ku buat bahagia, anak satu-satunya yang ku miliki. Saat itu aku berjanji akan merawatnya dengan baik, akan ku penuhi segala keperluannya dan akan ku jaga dia dari banyaknya buaya di luar sana.

Walau pun aku sudah berusaha keras menjaga putri ku yang masih berusia 17 tahun ini agar tetap aman, tetap saja aku tak bisa mengekangnya untuk berpetualang dalam kehidupannya.

Seperti hari ini..
Dia tiba-tiba membawa teman pria datang ke rumah.

"Selamat siang om, aku Delvin temannya Nanda"

Aku memasang senyum palsu lalu menarik lengan Nanda agar tidak dekat-dekat dengan pria bernama Delvin ini.

"Selamat datang, ada keperluan apa ya datang ke rumah kami ?" Tanya ku.

"Papa, jangan gitu.." Nanda menepis tangan ku dari lengannya.
"..aku sama Delvin ada tugas sekolah, kami satu kelompok"

Aku menatap Nanda masih dengan senyum palsu di bibir ku.
"Kerja kelompok kenapa berdua sama cowok Nan? Nggak bisa tukeran sama siswi lain ?"

"Nggak bisa pa, udah sana.. lebih baik papa lanjut kerja!" Nanda mendorong aku menjauh dari mereka.

"Tapi papa cuma khaw-"

"Udah ih, sana masuk!"

Bam!
Nanda menutup kasar pintu kamar ku, dari balik pintu aku bisa mendengar Nanda menyuruh Delvin ikut dengannya.

Setelah memastikan mereka pergi, aku memutuskan keluar dari kamar lalu pergi ke dapur.

Aku menyeduh teh es juga sedikit cemilan dari kulkas, menaruh semuanya di atas nampan lalu pergi ke kamar Nanda.

Aku menempelkan telinga ku di balik pintu.

"Ah, Delvin pelan-pelan ih!"

Deg!
Mata ku membulat saat mendengar suara Nanda.

"Sekali dorong Nan, kalau pelan-pelan nanti susah masuk"

"Aku takut Delvin, jangan gitu!"

Takut anak ku kenapa-kenapa, aku langsung membuka kasar pintu kamar Nanda.

Brak!

Deg!
Delvin dan Nanda langsung menoleh kearah pintu.

"Papa masih di rumah dan kalian berbuat hal tidak senonoh ?!"

Delvin dan Nanda menatap ku bingung.
"Maksud papa ?" Nanda terlihat bingung.

"Maksud ku berbuat ini dan itu! Hal negatif yang tidak seharusnya kalian lakukan !!"

"Hal negatif apa ?"

"Kalian barusan bilang susah masuk dan sebagainya ?! Kamu pikir apa lagi ?!"

Nanda langsung bergeser dari tempat duduknya.
"Maksud papa puzzle ?"

Aku bisa melihat beberapa keping puzzle berantakan di lantai dan beberapa lagi tersusun di tempatnya.

"Kalian main puzzle ?" Tanya ku sedikit bingung.

"Bukan main, ini tugas sekolah.. ini puzzle teka-teki mata pelajaran Geografi yang harus kami selesaikan secepatnya" jelas Nanda.

Aku langsung tersenyum canggung.
"O-Oh gitu, ya sudah.. " aku menaruh nampan tadi di dekat Nanda.
".. ini minum ya, se-semangat ! Maaf menganggu !"

Aku segera berlari kecil keluar dari kamar Nanda.
"Ah ya ampun, aku benar-benar malu!" Aku duduk di pojokan merasa bersalah karena sudah menganggu tugas mereka.

Awalnya ku pikir demikian, tapi entah kenapa Delvin hampir tiap hari datang dengan alasan tugas.

"Sore om, hari ini aku datang lagi.. ada tugas MTK" katanya dengan senyuman manis.

"Iya, sore" sapa ku dengan senyum palsu tapi batin ku berkomat-kamit penuh kekesalan.

'Anak ini, benar-benar sengaja !'

.
.

Bersambung ...

Berondongnya Papa (Tamat BL21+)Where stories live. Discover now