1. Aneh

665 62 17
                                    

Derby memukul-mukul pelan punggungnya, sesekali dia juga menegakkan punggungnya saat dirasa punggungnya terasa berat. Kepalanya dia putar ke kanan dan kiri, guna mencari kenyamanan.

Mata Derby kembali fokus pada skrip ditangannya, namun Derby merasa konsentrasinya hilang begitu saja. Derby berdecak kesal pada gadis yang duduk tidak jauh didekat mejanya, yang sejak tadi memperhatikannya lekat dengan minuman berwarna hijau ditangannya.

"Ada apa ya? Mau minta tanda tangan?" Derby bertanya dengan nada suara yang dia buat seramah mungkin, walaupun dalam hati dia merasa kesal setengah mati. Karena tatapan gadis di depannya itu benar-benar lekat dan tajam.

Gadis di depannya hanya menggeleng pelan, lalu kembali fokus pada minuman dan buku ditangannya. Namun, sesekali masih melirik kearah Derby.

Derby memperhatikan penampilannya sendiri, takut jika mungkin ada yang salah dengan pakaiannya. Namun, setelah memeriksanya, Derby tidak melihat keanehan apapun dari dirinya.

"Dasar cewek nggak jelas!" Gumam Derby. Lalu kembali fokus pada skrip ditangannya. Kali ini Derby benar-benar fokus, karena rasa pegal di punggungnya mendadak hilang.

"Permisi."

Derby berdecak dan mendongak pada seseorang yang menginterupsi kegiatannya. "Kenapa? Bilang aja kali kalo mau minta tanda tangan. Gue bukan orang sombong kok! Siniin buku lu!"

"Nggak! Bukan itu! Gue cuma..."

Derby menaikkan sebelah alisnya, saya gadis di depannya tidak menyelesaikan ucapannya. "Cuma apa?"

"Ini." Gadis di depannya menyerahkan salep pereda nyeri.

"Buat apaan? Gue nggak sakit apa-apa kok!"

"Buat punggung lu! Gue liat lu dari tadi mukulin punggung lu karena kerasa berat kan?"

"Nggak perlu! Gue baik-baik aja! Ini juga udah nggak sakit!" Tolak Derby halus.

"Tapi itu cuma sementara, ntar lagi pasti sakit lagi!"

Mata Derby memicing curiga. "Makasih atas perhatian lu, tapi kita nggak saling kenal dan gua juga nggak butuh ini. Silahkan lu simpen aja, karena gue mau pergi! Permisi!" Pamit Derby, lalu pergi begitu saja.

"Padahal gue cuma mau basa-basi terus ngasih tau kalo dia ketempelan, mumpung tuh cewek lagi nggak ada di belakangnya."

***

"Udah dibaca semua skripnya bang?" Tanya Doni setelah keluarganya selesai makan malam.

"Belum juga dapet separuhnya, soalnya akhir-akhir ini abang susah konsentrasi. Nggak tau deh kenapa! Biasanya juga nggak kayak gini!" Ujar Derby menyampaikan keluhannya.

"Mungkin karena abang jomblo, coba cari pacar lah!" Sahut Caca yang sedang asyik memakan cemilan sambil mendengarkan ayah dan kakak tertuanya berbicara.

Derby memutar bola matanya malas. "Nggak ada hubungannya!"

"Liat aja kak Dery, begitu udah nikah makin sukses walaupun udah gak jadi model lagi! Makin tajir, duitnya makin banyak, padahal cuma dari cafe." (Baca Book Taste of Love: Lemon)

"Apaan sih Ca, nggak nyambung banget kamu tuh!"

"Ih, tapi kan kenyatannya emang gitu. Kalo orang udah punya pasangan tuh kondisi mentalnya jauh lebih baik, jadi kalo mau ngapa-ngapain pasti lancar. Iya kan Daddy?" Tanya Caca meminta pendapat.

"Hm." Jawab Doni.

"Ck! Daddy jangan hm doang! Ngomong dong!" Protes Caca.

"Ngomong apa adek?"

Taste Of Love: MatchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang