"Kalian ini mau jadi apa kalau tiap upacara selalu saja ada yang telat, gak pakai topi, dan ini kenapa rambut kamu diwarnai!?"
Kini semua pasang mata sudah tertuju ke arah pria di sampingku. Dengan rambut yang ia warnai cokelat terang dan hiasan lesung pada pipinya itu membuatnya terlihat sangat一
"Jawab saya, Jefri!!"
Napasku tercekat一kenapa ia membentak dekat sekali dengan telingaku? Bikin kaget saja.
"Maaf, Pak. Kemarin saya habis ke acara ulang tahun oma saya, dia pengen liat saya cat rambut, katanya biar mirip boy band Korea gitu," ucapnya dengan memamerkan deretan giginya.
Kulihat Pak Anto memijit pelipisnya. "Terserah kamu deh, Jefri. Bapak sudah capek denger alasan kamu hari ini," ucapnya pasrah.
Kini, pria berkumis tebal itu menatapku. "Audrey, kenapa sepatu kamu warnanya merah!?"
"Hehehe, Pak, kemarin kan hujan ya. Nah sepatu hitam saya belum kering, jadinya saya pakai sepatu merah deh. Lebih baik masuk pakai sepatu ini daripada saya membolos, benar kan pak?"
Tentu saja itu hanya akal-akalanku. Sejujurnya aku bosan dengan sepatu hitam. Lagi pula kenapa peraturan sekolah sangat aneh sih.
"Kamu sama saja kayak Jefri! Kalau kalian berdua jodoh, pasti anak kalian ke sekolah pakai rambut warna-warni dan matching sama sepatunya!"
Wow, sounds cool.
Setelah itu, ia berjalan lagi ke samping untuk menegur murid-murid sepertiku yang sudah dijemur di tengah lapangan ini.
"Gue Jefri." Kulihat telapak tangannya yang lebar sudah berada di hadapanku.
Aku menyambutnya. "Udah tau kan nama gue?"
Ia tertawa, semakin manis dengan lesung pipinya. "Audrey, right?"
"Atau .... girl with red shoes?"
Kami sama-sama tertawa mendengar julukan yang ia buat untukku. Girl with red shoes.
"JEFRI, AUDREY!!!"
the cast,
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
