Sejujurnya, aku takut first impression Adam terhadapku seperti apa. Aku sangat-sangat peduli dengan perkataan orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentangku. sedangkan, hal tersebut adalah hal yang bisa dikatakan buruk namun bisa dikatakan juga tidak buruk sekali.
"Pesenan lo itu aja?" Tanya Adam kepadaku ketika makananku tiba. Aku hanya mengangguk kemudian menuangkan shoyu kedalam mangkuk kecil dan wasabi di atas piring kecil.
"Gak laper lo?" Tanya Adam lagi.
"Nggak begitu laper si... kayak B aja gitu gue rasanya," Kemudian ia menawariku makanan yang ia pesan, secara sopan aku mengambil dan mencoba sushi miliknya.
"Gue suka sih sama salmon kalo dibuat Nigiri gini," Kata Adam sambil menunjuk ke sushi miliknya menggunakan sumpit.
"Sama soh, gue juga suka kalo dibuat ala Sashimi,"
"Me too.." Jawabnya singkat. Agar tidak terlalu canggung, aku memulai percakapan.
"Gue agak kaget sih lo baca buku," Kataku dengan antusias. Adam tampak mengerenyitkan keningnya dan menatapku seperti heran.
"Emangnya kenapa?" Tanyanya dengan nada yang terdengar heran di telingaku.
"Nggak apa-apa sih... cuman buat gue kalo cowok hobi baca buku, agak amazed aja gue,"
"Mau cowok mau cewek sih menurut gue nggak masalah yah hobinya baca buku,"
"Iya sih... cuman jarang aja gue temuin apalagi cowok-cowok di dating apps," Sekali lagi Adam tampak mengerenyitkan keningnya sambil tertawa kecil.
"Emangnya kenapa dengan para lelaki di dating apps Vir?"
"Well, as you know kebanyakan dari mereka mencari sesuatu yang cepat dan efektif, kayak to the point aja gitu," Aku mengangkat kedua tanganku seakan-akan aku mengutip sesuatu ,"'Available buat FWB ga?' gitu" Sepertinya pernyataanku membuat Adam tertawa dan membuatnya tersedak salmon yang ia makan.
"Ya nggak salah sih ya... namanya juga namanya," Kemudian Adam meminum Ocha dingin miliiknya kemudian ia meletakkan lagi cangkir Ocha yang baru saja dia minum.
"Bukannya itu kewajaran yang ada di abad ke dua puluh satu? Cepat dan efektif? Maksud gue gini, ga bisa dipungkiri juga kalo orang maunya melepaskan hasrat atau nafsu dengan mencari partner secara cepat melalui dating apps kan? lagian kalo lo Vir, apa yang lo cari dari dating apps dan akhirnya setuju ketemu sama gue buat makan malem?" Aku terdiam dan tidak langsung menjawab pertanyaan Adam. Aku malu kalau harus berkata jujur bahwa aku kesepian dan hanya ingin mencari teman berbicara. Aku kesepian bukan secara fisik namun hati. Hatiku terus terasa kosong semenjak aku berpisah dari Mas Devan. Kemudian aku mencari hubungan fisik disana dan disini melalui dating apps atau hanya sekedar melallui akun Twitter dan berkenalan secara random dengan beberapa orang. Tetapi tidak dapat dipungkiri, hatiku tetaplah kosong melompong.
"Vir? Lo bengong?"
"Ah, sorry... terlalu banyak pikiran sliweran di otak gue... Hahaha..." Adam tiba-tiba memberikan satu Sushi miliknya kepadaku dan meletakkan diatas piring kecilku.
"Makan, biar nggak overthinking," Aku tertawa, karena baru pertama kalinya bertemu dengan pria dari dating apps namun rasanya seperti sudah mengenalnya jauh sebelum ini. Well, bisa dikatakan Adam memberikan kesan yang ramah dan dekat. Tanpa sungkan kita bercerita apapun padanya walaupun baru pertama kali bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRA AND THE OTHER GUYS (Apartment 88)
ChickLit21+ Ini kisah hidupnya tidak muluk tidak juga berat hanya saja ia selalu bertemu dengan pria yang bermacam-macam. Hidupnya bisa dikatakan "bebas" tidak tampak seperti wanita pada umumnya. Bisa dikatakan juga bahwa jika keluarganya tahu, ia dapat d...