Jung 06

3.1K 180 0
                                    

"Pelajaran kita akhir sampai sini, sampai jumpa dipertemuan selanjutnya" ucap pria paruh baya yang tak lain adalah guru pengajar (dosen) Mark, dan lekas berjalan kearah pintu keluat tak lupa membukanya dan menutupnya kembali.

Mendengar pelajaran selesai Mark bergegas merapikan buku-buku yang berada diatas meja dan memasukannya didalam tas. Berjalan keluar kelas menuju parkiran sepeda motor dikampusnya.

Sesampainya diparkiran, Mark mengeluarkan kunci motor dan segera memasukkannya kedalam lobang kunci tersebut. Menyalakan motornya bergegas pergi menuju sekolah sang pujaan hati, Haechan. Sekolah Haechan lumayan jauh dari kampus Mark, menempuh waktu 20 menit untuk sampai disekolahnya.

Waktu 20 menit sudah terlewat, kini Mark sudah sampai digerbang sekolah Haechan. Niatnya menjemput Haechan untuk pergi menonton film horor dibioskop sesuai permintaan Haechan. Setelah sembuh sakit Haechan meminta menghabiskan waktu berdua dengan Mark, seperti Jalan-Jalan ketaman kemarin.

Mark tersenyum saat melihat Haechan berjalan keluar area sekolah bersama temannya. Meskipun banyak siswa siswi yang berkerumun keluar dari area tempat sekolah, ia masih saja bisa melihat sang pujaan hati berada dikerumunan tersebut.

Haechan hanya memiliki 1 sahabat setianya disekolah yaitu Na Jaemin adik kelasnya. Dulu saat menginjak kelas 11, Haechan memiliki teman bernama Na Renjun kakak dari Na Jaemin. Dekat, sangat dekat namun saat Renjun lulus dan ia menginjak kelas 12 sendirian.

Tidak ada yang menemaninya, tidak ada yang mengerti tentang perasaannya. Saat itulah Jaemin datang, menemaninya, mengerti akan perasaanya.

Mark melambaikan tangannya memberi kode posisinya saat ini. Haechan yang melihat tangan Mark melambai langsung tersenyum kearahnya dan menarik tangan Jaemin untuk ikut berjalan bersamanya.

"Eh? Kak?" Ucapnya kaget saat Haechan menarik tangannya. Pandangannya fokus kearah Haechan yang tersenyum, jarang sekali Haechan tersenyum saat disekolah.

"Kak Mark sudah datang?" Tanya Haechan. Senyumnya sama sekali tidak luntur saat menatap mata sang kekasih.

"Sudah sayang, apakah ini temanmu? ia tampak tak asing" ucapnya berfikir-fikir, sepertinya ia pernah melihat lelaki manis itu, tetapi dimana?

"Ini sahabat ku, Na Jaemin." Ujur Haechan menjelaskan seseorang disampingnya.

"Halo, p-perkanalkan namaku Na J-Jaemin." Sambung Jaemin.

"Ahh aku baru ingat, kau pacarnya Jeno kan?" Tanya Mark dan mendapat anggukan dari Jaemin.

"Kak Mark tahu dari mana?" Tanya Haechan. Ia penasaran, bagaimana bisa kekasihnya itu kenal dengan Jeno.

"Haechanie kamu tidak tahu? Sungguh? Jeno adikku" Haechan sontak terkaget begitupun dengan Jaemin. Menatap kearah Mark tidak percaya, bagaimana bisa mereka berdua kakak beradik.

"Kakak tidak berbohong? Sungguh? Bagaimana bisa? Sifat kalian sangat berbeda jauh" ujur Haechan. Mustahil baginya jika mereka berdua kakak beradik.

"Sifat setiap orang memang berbeda-beda sayang" jawab Mark sambil mengelus helaian rambut yang berada dikepala sang Kekasih.

"Jaemin, hati-hati Jeno suka sekali- mphhhh" tak lama Jeno datang menutup mulut sang abang dengan telapak tangannya dari belakang.

Sejak saat Jaemin keluar dari area sekolah Jeno mengikutinya. Ia terkaget saat melihat Mark berada disekolahnya. Ia ingin menghampirinya tetapi dia memilih bersembunyi dibalik pohon mendengarkan pembicaraan sang abang dengan kedua lelaki manis.

Namun saat Mark membicarakan membicarakan sesuatu yang buruk tentang dirinya, ia langsung keluar dari tempat persembunyiannya dan menutup mulutnya rapat-rapat.

"Diam atau gitarmu kurusak?" Berbisik tepat didepan telinga Mark. Geram dengan perkataan sang adik Mark langsung menggigit telapak tangan itu.

"Apa perjanjian kita? Rusak sama dengan mati. Apakah kau lupa?!" Jujur saja Mark sangat kesal dengan ancaman Jeno.

"Urus-urusanmu sendiri jangan pernah mencampuri urusan hidupku." Menarik tangan Jaemin membawanya pergi dari tempat tersebut.

"K-kak?" Panggil Haechan dengan terbata-bata. Sedari tadi ia hanya memperhatikan para dominan sedang bertengkar. Ia ingin memisahkannya namun ia tak berani.

"It's okay babe. Ayok kita pergi" memasangkan helm dikepala Haechan dengan perlahan. Menaiki motor tersebut tak lupa menyalahkan mesin motornya.

Mereka berdua bergegas pergi dari tempat tersebut menuju bioskop kesayangannya.

____________

"Apakah kau bodoh? Sungguh? Aku membayarnya untuk semua foto ini dan kau melupakan 1?!"

Ia melempar lembaran kertas foto itu kearah seseorang sembari menatapnya dengan tajam yang ditatap hanya diam takut. Ia bejalan mendekat, mengeluarkan pisau lipat kesayangannya mencoba menusuk leher seseorang itu.

"Lakukan pekerjaanmu dengan bener, atau kubunuh kau dengan benda kesayanganku ini."

"Baik nyonya"
___________

"kak aku t-takut" ujur Haechan. Sembari memegang kuat lengan tangan Mark. Film yang diputar kali ini adalah film horor, Haechan sendiri yang menginginkannya dan ia sendiri yang ketakutan.

"Astaga Haechannie, kamu sediri yang menginginkannya tapi kamu sendiri yang taku" ujur Mark. Ia tersenyum gemas kearah Haechan yang sedang ketakutan tak lupa elusan lembut dipipi Haechan.

"AAAA...." teriak Haechan saat hantu itu muncul dan mengagetkannya. Semua orang yang menonton itupun sontak terkaget, sungguh film itu menyeramkan.

Dengan segera Mark memeluk tubuh si manis. Mengusap helaian rambut mencoba memenangkannya.

"Kak a-ayo k-keluar aja, takut" ucap Haechan sembari menyembunyikan wajahnya lengan kekar Mark.

"Ayo" Mark berdiri kemudian menarik tangan Haechan agar mengikutinya. Kakinya berjalan menginjak anak tangga menuju kepintu luar. Tak jauh dari tempat bioskop, Mark melihat kedai es cream tiba-tiba sebuah ide muncul diotaknya.

"Mau Es Cream?" Tanya Mark mencoba menghibur si manis yang ketakutan. Raut wajah yang sebelumnya gelisah menjadi senang.

"Mau Haechan mau!!!!" Ucapnya dengan gembira dan bersemangat. Kemudian menarik tangan Mark keluar menuju Kedai Es Cream.

"Mas, Es Cream strowberry-nya satu" ucap Mark. Mata Haechan tak henti-henti terkagum kala Es Cream itu sudah jadi. Mark mengambil Es Cream tersebut kan membayarnya. Ia menarik tangan Haechan agar duduk dikursi panjang yang kedai itu siapkan.

"Ini, makan dengan perlahan" ujur Mark memberi satu cup mini kepada Haechan.

Haechan kemudian mengangguk dan memakan es cream tersebut dengan perlahan. Tanpa sadar es cream tersebut menodai ujung bibir Haechan, Mark yang melihat itu memajukan wajahnya menjilat ujung bibir Haechan dengan lidahnya.

Sosok yang sembari tadi mengikuti sepasang kekasih itu menyeringai. Memotret hal tersebut dengan lensa handphonenya dan menelpon seseorang.

"Misi selesai"

____________

Maaf akhir-akhir ini sibuk. Author bakal up kok minggu minggu ini.

Jangan lupa tinggalin jejak❤❤❤❤

Story With: Jung Family [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang