Gangerti Deh

408 94 15
                                    

Meluapkan segala keresahannya Sana hanya mendengarkan apa yang Tzuyu ucapkan tanpa sama sekali menyanggahnya.

Problematika cukup serius untuk hubungan yang baru seumur jagung. Sebagai orang paling tua diantara circle tersebut, Nayeon tentu memberi nasihat untuk Tzuyu.

"Kalo kayak gitu kalian harus diskusi dulu. Gue serahin sama kalian berdua. Tzu sekali lagi, ga semua cewek punya ego kayak gitu". Nayeon bangkit dari kursi dan meninggalkan sepasang kekasih tersebut.

Sana masih diam, semua kalimat yang ingin ia utarakan rasanya sudah di ujung bibir, tak ingin ada lagi pertengkaran, Sana hanya memendamnya sendiri.

"Apasih yang kamu takutin? Belum tentu juga gaji aku segede gaji kamu" Sana mulai mencairkan kebekuan antara mereka. Ujung mata Tzuyu bisa melihat pergerakan Sana dan ia tahu jika perempuan itu ragu untuk mengutarakan hal tersebut, namun ia hanya diam mendengarkan.

"ada satu lagi yang bener-bener ga masuk logika aku 'Kerja di lapangan, takut Sana kepincut orang lain' kamu belum apa-apa aja udah ada pikiran aneh kayak gitu. Kamu sadar ga kalimat itu bisa termasuk ke pelecehan?".

"Aku engga mau kamu kayak ibu sama mbak aku!" Tzuyu begitu tegas mengatakan itu, bola matanya seakan bergetar menahan amarah yang sebentar lagi meledak.

"Stop mention orang-orang yang bikin kamu trigger di masalah ini!!" Sana tak ingin kalah. Berapa kali pun Sana membahas masalah ini, Tzuyu pasti akan membawa dua nama itu dalam pembicaraan.

"Kamu bisa ga nurut aja? Aku gamau, hubungan kita jadi toxic gara-gara masalah ini. Aku bisa ko bikin kamu berkecukupan, biarpun cuma aku yang kerja" sampai disini Sana mengerti jika Tzuyu terlalu konservatif, dan segala ketakutkannya hanya mindset ortodoks semata.

"Gue kerja buat explore diri gue ya bukan masalah duit doang! Oke realistis kerja emang buat duit tapi ketika ide gue kepake sama orang lain, itu ada kepuasan tersendiri" Sana bangkit dari kuris, namun Tzuyu menahannya.

"Udah ya? Jangan bahas masalah ini lagi" Tzuyu begitu lembut, namun Sana sudah diliputi amarah.

"Gue kuliah sampe jadi master itu ga gampang Tzu, kalo endingnya gue cuma sebatas ngurus suami dan engga explore diri gue. Buat apa?"

Permasalahan kedua insan itu masih belum menemukan konklusi. Sana dengan egonya yang kuat, Tzuyu dengan segala kekhawatirannya.

=====

"Gue emang dari awal juga mikir, itu orang banyak duit tapi kurang maen" kata Momo mengomentari pacar Sana.

Malam itu para perempuan kembali berkumpul di kafe biasa. Hati kecil Sana sakit kala temannya mengomentari pacarnya tersebut tapi ego mengatakan jika Tzuyu memang benar-benar 'kolot'.

Jam menunjukan pukul sembilan. Sana tersentak kaget kala tangan seorang pria mengelus lembut pundaknya.

Tzuyu dan para teman pria yang lain datang menyusul. Seolah tidak terjadi apa-apa, Tzuyu begitu santai duduk disamping Sana. Mengelus lembut rambut Sana, tangan kirinya mengusap jemari Sana.

Sana menarik nafas dalam. Inilah sifat pacarnya yang Sana tidak mengerti. Tzuyu memperlakukan Sana begitu baik dan manis.

Perasaan Sana kini berkecambuk, baru saja tadi ia sudah mantap dengan hatinya untuk memutuskan hubungannya dengan Tzuyu tapi sekarang ia jatuh begitu dalam dan merasa nyaman jika di dekat Tzuyu.

"Rada berat kayaknya" bisik Nayeon pada Momo, tentu saat melihat Sana yang nampak begitu nyaman berada di dekat Tzuyu.

Momo hanya mengangguk-anggukan kepala. Masih segar di ingatannya jika Sana mengatakan ia akan memutuskan hubungannya dengan Tzuyu tapi nampakannya keadaan kini berbalik.

Sana membulatkan niatnya untuk mengakhiri hubungan dengan Tzuyu sebab besok Sana akan interview di salah satu perusahaan yang perempuan itu idam-idamkan dari dulu sejak ia masih di Surabaya.

Sana sudah percaya diri akan di terima di perusahaan itu, terlebih ia punya orang dalam, yaitu kenalan ayahnya tapi kendala saat ini tak terduga.


















Pendek dulu ya. Pemanasan haha

Path of the Strangers (Satzu) Where stories live. Discover now