Gilang

185 39 10
                                    

Happy Reading




"bisa gak sih, kita semua selamat tanpa harus bunuh-bunuhan?" tanya Zweitson dengan sangat lirih, namun tetap saja hal itu dapat terdengar jelas oleh semua orang yang berada di sana, pasalnya kini hari telah berganti menjadi malam dan suasana kampus pun sudah tak seramai biasanya.

"Gue gak mau mati, tapi... Gue juga gak mau Aji mati," lanjut Zweitson yang membuat semua hanya dapat mengangguk kecil tanda setuju.

"Ada satu cara agar sang ratu mati tapi Aji juga gak jadi korban," ucap Fenly yang lantas membuat semua orang tampak tersenyum lebar dengan tatapan antusias seolah berkata "cara apa?"

"Yang gue tau... pertama-tama, kita harus menemukan batang besi yang di permukaannya terdapat ukiran kuno... Kata pak Arman, itu adalah senjata ampuh yang dapat memuaskan jiwa sang ratu," ucap Fenly yang mulai menulis di atas sebuah kertas dan menggambar benda yang akan mereka cari nantinya.

"Batang besi? Runcing lagi... Bukannya tadi lo bilang, sang ratu bisa musnah dan Fajri selamat ya? Tapi kok... Agak aneh ya?" tanya Clara yang notabennya adalah salah satu teman wanita Farhan yang kini juga ikut bergabung mempercayai Fenly.

"Gini... Maksud gue... Kita akan bekerja sama mengeluarkan jiwa sang ratu dari tubuh Fajri dan... Masukkan jiwa itu ketubuh gue, kalian harus jadikan gue tubuh utama... Lalu gunakan batang besi itu... Tusuk tepat di sini... Di jantung gue," ucap Fenly menjelaskan yang lantas kembali membuat suasana kembali hening seketika, hingga akhirnya terdengarlah suara hembusan nafas berat dari Zweitson dan gebrakan meja dari Farhan.

Farhan mengusap wajahnya yang nampak sudah basah oleh keringat dan bekas air mata, ia menghela nafas berat dan berdiri tegak menghadap ke arah sepupunya itu.

"Maksudnya kita semua selamat, bukan cuma Aji atau gue... semua... Itu artinya, lo termasuk di dalamnya," ucap Farhan yang tampak sudah sangat lelah, namun Fenly hanya tersenyum dan menggenggam tangan Farhan untuk menyalurkan rasa hangat sekaligus menenangkannya.

"Bang, mengorbankan satu untuk menyelamatkan banyak nyawa, itu akan lebih baik... Daripada mengorbankan banyak untuk menyelamatkan satu nyawa... By the way... Thanks ya bang, lo selalu jadi orang pertama yang selalu percaya sama gue... Disaat yang lain menjauh dan mengutarakan kebencian mereka terhadap gue... Lo selalu ada dan bantu gue, jadi... Gue mohon bantuan lo untuk yang terakhir kalinya," ucap Fenly yang lantas membuat Farhan kembali tak kuasa menahan tangisnya dan memeluknya dengan erat, sedangkan Zweitson dan yang lainnya hanya diam dan menyimak sambil berpikir dan mencari cara yang mungkin akan sangat berguna untuk semua...

.

.

.

"Ahh... Tunggu sebentar," ucap Fenly saat ia dan teman-teman barunya, telah tiba di parkiran kampus, mereka menengok dan menatap Fenly yang tampak mengeluarkan sebuah kantung biru kecil dari salah satu saku jaketnya, dan setelah mendapatkan apa yang ia car,i Fenly pun membagikannya hingga akhirnya masing-masing dari mereka mendapat satu dengan bentuk yang sama.

"Ini kalung kelompok ya?" tanya Bianca yang sering juga disebut caca, ia menatap kalung yang Fenly berikan kepadanya dengan seksama.

"Tulisan ini artinya apa?" tanya Clara yang juga telah memasang kalung itu agar terpasang indah di lehernya.

"Ini namanya adalah kalung buta... Yang artinya setiap kita memakai kalung itu... Baik pengikat, gadis kecil atau bahkan tubuh utama yang sedang dalam mode pembantai... Mereka gak akan pernah bisa melihat kita, tulisan di kalung ini sama halnya dengan pelindung, jadi kalian bakal aman, walaupun gue lagi gak didekat kalian... Gue udah lakukan uji coba, jadi kalian tentang aja," ucap Fenly menjelaskan dan senyuman teman-temannya pun mengembang seketika, menatapnya dengan penuh ucapan terimakasih dan lantas memeluknya erat.

BLACK DOOR ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang