51. Cinta dan luka

7 2 0
                                    

~Hati pernah menyimpan rasa cinta. Hati juga pernah tergores luka. Kedua rasa yang tak bisa dilupakan begitu saja~

                                            ***
Air mata Imaz meleleh. Ia tak kuasa melihat seseorang yang ia cintai, mengatakan kalau dirinya secepat itu mendapat pengganti.

Robet terus memanggil cemas. Tak biasanya Icha diam begitu saja ketika diajak berbicara. Telinga terngiang-ngiang suaranya, imaz pun berlari ke kamar mandi. Membuka kran air. Agar ia tak mendengar Imaz memanggilnya.

Ia larut dalam tangisannya.

"Icha? Kok diam?"

Robet makin panik. Ia mendengar suara kran dari kamar mandi tiba-tiba. Ia berpikir dan yakin kalau Icha berada di kamar mandi siapa lagi kalau yang ada di kamar itu Icha.

Ia mendekat ke pintu kamar mandi.

"Icha? Kau baik-baik saja? Kau pasti sekarang di kamar mandi. Iya kan?"

Tetap saja Imaz tak menjawab. Ia larut dalam tangisannya.

"Baiklah, kalau kau tak mau mengatakannya sekarang, setelah kau tenang, aku siap mendengarkan kesedihanmu. Maaf, kalau selama ini aku tidak memahamimu."

Imaz mendengarkan. Namun, tak mampu mengatakannya. Ia bahkan tak tau harus bagaimana melakukannya. Setelah Robet mengatakan, ia kembali ke tempat tidurnya. Merebahkan tubuhnya.

Mendadak, dalam kegelapan mata Robet, wajah Imaz muncul.

"Astaghfirullah," gumamnya tersadar. Ia juga harus sadar diri kalau Imaz itu sudah bukan lagi istrinya. Tapi, entah kenapa kedatangan Icha mengingatkannya pada Imaz.

Mendengar suara Robet sudah tidak ada, Imaz membasuh mukanya. Sebelum keluar, ia menelpon pak Jack sebentar. Telepon terhubung. Pak Jack mengucapkan salam, Imaz menjawabnya sesenggukan.

"Kenapa Imaz?" Pak Jack heran.

"Pak Jack, aku menyerah saja," kata Imaz dengan nada sedikit keras karena ia tau sedang menyalakan kran.

"Kenapa menyerah? Apa yang terjadi?"

"Sudahlah, aku tidak mau terlalu berharap. Berharap itu sakit. Sakit pak."

"Jangan Imaz. Kau lupa, Robet masih membutuhkanmu. Bukankah kau donor darah yang tepat untuknya?"

"Aku yakin masih ada yang lain."

"Imaz, ingat amanah Romo Kiyai. Kau harus memperjuangkan Robet."

"Sebentar," Imaz curiga, "kenapa pak Jack tau segalanya? Pak Jack siapanya Romo?"

Pertanyaan itu membuat pak Jack tersentak.

"Aku hanya menyemangatimu."

"Kalau hanya menyemangati, banyak pak. Aku butuh alasan kuat."

"Iya." Pak Jack menjawab dengan singkat.

"Iya apa maksudnya?"

"Aku tau semuanya. Mungkin kau lupa."

"Lupa?"

"Iya. Aku kakaknya Galang."

Deg!

Seketika itu, jantung Imaz berdetak cepat. Dunia hampir meruntuhkannya. Pak Jack adalah kakak dari Galang? Sepupu Tuan Darwin. Artinya, pak Jack juga bagian dari keluarga Tuan Darwin? Pria yang telah merenggut nyawa bapak?

"Iya, Imaz. Kau masih ingat saat di hari pernikahanmu dengan Galang? Rencana kau kabur dengan Galang, ada pria yang tertusuk? Itu adalah rencanaku. Namun, itu semua gagal. Semenjak itulah, aku terus mengikutimu. "

Finding My LoveNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ