[17] New Friends

179 34 43
                                    

Happy reading 🤩

Kita lihat Arlo sama Aley dulu yuk.

Setelah selesai dengan ulangan mapel sejarah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai dengan ulangan mapel sejarah. Aku bersama dengan teman-teman pergi ke kantin menyantap bakso Mpok Ipeh yang tidak ada tandingannya. Sekalipun disana persaingan sengit antara aku dan Langa masih berlangsung.

Meskipun begitu, aku tak pernah sakit hati atas apa yang Langa ucapkan. Yah, walaupun itu menyakitkan dan tak enak dihati, tapi aku tak peduli.

Beberapa saat kemudian setelah istirahat dan memulai pelajaran terakhir. Bel pulang sekolah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar dari kelas lainnya.

"Hari ini gak ada jadwal apa-apa kan?" Ucap Maria pada kedua temannya.

"Gue ada waktu sejam sih. Soalnya gue mau jemput Papa gue ke bandara, baru pulang kerja." kata Ajeng.

"Kalau lo ley?"

Mengingat-ingat hal penting apa yang sedang ia pikirkan, "Oh iya, gue ada janji sama seseorang pulang bareng. Mungkin dia udah nungguin gue di halte bus." Ucap Aley.

Mendengar ucapan Aley. Ajeng dan Maria saling bertatapan lalu membulatkan matanya menatap Aley.

"HAH? SIAPA ANJIR?!" Teriak Ajeng heboh, sampai Langa yang tak sengaja berjalan pulang melewati koridor berhenti ketika mendengar teriakkan Ajeng yang membuatnya kepo.

"Itukan geng cewek gaje. Lagi ngomongin apa sih kok gue jadi kepo." Ucapnya dalam hati sambil bersembunyi dibalik pintu kelas.

"Cerita ih. Lo ada kenalan siapa, ley? Tega banget gak cerita sama kita berdua." Cicit Maria sambil melipat kedua tangannya.

Menganggukkan kepala, "Iya nih." Sambung Ajeng.

"Cowok ...? Cewek ...? Gay ...?"

Plakkk!

"Mulutmu perlu di sikat gigi ya sahabat!" Ucap Ajeng sambil menampar bibir Maria.

"Maaf ih, ini mulut suka kebreset!"

"Pantes ..."

"Apaan?"

"Bau kingkong!" Cibir Ajeng sambil terkekeh.

Aley yang kebinggung bagaimana menjelaskan pada kedua temannya memilih untuk menceritakan ciri-cirinya.

"Ah, pokoknya dia tinggi, baik, namanya hampir sama kayak gue. Dan dia ... COWOK!" Ucapnya tiba-tiba berlari meninggalkan Ajeng dan Maria.

"Ehhh ...?! Ley ...?! Yah, kabur!"

"Ya udahlah, nanti juga Aley cerita sendiri ke kita siapa orang itu. Tapi gue penasaran banget anjir!" Titah Maria.

"Bener juga. Yuk, katanya mau beli cilor di Abang gondrong?"

Menampik jidatnya, "Lupa! Ayo cepet, nanti malah dapet urutan ke dua ratus!"

Tertawa terbahak-bahak, "Ya kali sih dapat urutan dua ratus ..."

Sedangkan Langa yang menguping pembicaraan teman-teman Aley sedikit terdekap atas apa yang Aley ungkapkan barusan, cukup membuat hatinya aneh.

"Kok rasanya gue gak seneng ya kalau Aley deket sama cowok lain?!" Pikirnya sambil menunduk,

"ARGHHH!!! Kenapa gue jadi mikirin si cumi-cumi darat sih, bodoamat kek dia mau deket sama siapa pun. Syukur-syukur dia udah gak kejar-kejar gue lagi!" Ucapnya frustasi lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Di sisi lain Aley yang terengah-engah berlari menuju halte bus. Baju seragamnya sudah amburadul akibat berlari dari sekolah menuju halte bus yang biasanya ia berjalan santai sekarang berlari terbirit-birit.

Celingak-celinguk melihat sekitar halte bus yang kini ramai dengan orang lalu lalang menunggu antrian bus selanjutnya.

"Mana ya Arlo?" Melihat kanan kiri.

"Nah itu dia!"

Aku pun menemukan keberadaan Arlo yang menunggu di tempat duduk halte bus yang tidak terlalu ramai. Sambil memasang earphone dan memainkan ponselnya. Segera aku langsung berlari menghampirinya.

"BWAAAA!!!"

"ANAK AYAM!!!"

Aku tertawa terbahak-bahak melihat Arlo yang latah saat ia ku kageti. Ku kira dia tau keberadaan ku ternyata tidak.

"WAHAHA, apaan itu tadi? Gak ada anak ayam woi disini." Ucapnya masih dengan tertawa tak henti-henti.

"BERISIKKK!!! Lo lama banget sih, gue udah jamuran nungguin lo. Cih! Kalau gak gara-gara janji gue bakal langsung pulang!" Cibir Arlo marah.

Mendengar Arlo yang nampak marah padanya. Aley pun segera meminta maaf.

"Maaf ya ... gue kemarin maksa lo buat nungguin gue di halte bus, padahal lo udah nolak ..." Menyesal, "Nah sekarang lo bisa pulang, gue juga mau balik pulang dulu. Dah!"

"Tunggu!" Memegang tangan Aley. "Gue gak bermaksud marah sama lo, cuma kesel aja. Pulang bareng ... cepet!" ucap Arlo sambil berjalan cepat.

Aku pun tersenyum mendengar Arlo mengajakku pulang bersama. Ku kira dia akan marah dan meninggalkan ku, ternyata tidak.

Arlo POV

Hari ini aku pulang bersama gadis enerjik itu lagi. Sebenarnya aku juga ingin mengenalnya lebih dekat, namun aku masih tidak tau apa-apa mengenai dia. Terbilang cukup asik jika bersama dengannya, sepanjang jalan ini dia terus berkicau tak henti-hentinya walaupun aku sedang menggunakan earphone.

Melihat dari wajah dia yang begitu ceria, tapi terkadang aku juga melihat sisi lain dari dirinya yang tidak aku ketahui. Mungkin itu masa lalunya atau bagian kicauannya yang tidak ia ceritakan. Menurutku mungkin aku bisa menjadi temannya atau bagian spesial dari dirinya.

"Hahaha, terus aku sama Mar─"

"Tunggu! Gue gak ngerti apa yang lo ceritain, tapi gue pengen kenal lo lebih jauh." Ungkapnya membuat Aley terkejut.

"Lo mau jadi teman gue?" tanya Aley.

Dengan nada tinggi, "YA! GUE MAU!"

"Pufttt! Arlo semangat banget sih." Pekik Aley.

"Soalnya gue pengen temenan sama lo dan tau banyak hal. Yah, asalkan lo tau gue gak punya teman sama sekali di sekolah gue." Ungkapnya membuat Aley kaget.

"Iya deh, gue bakal jadi teman mu."

Walaupun aku sudah menyetujui kalau Arlo akan menjadi teman ku. Tapi namanya Arlo tetap Arlo si cowok kutub kurang kasih sayang.

Sampai di depan halaman rumah Aley.

"Sekarang lo bisa ceritain apa pun masalah hidup lo. Tenang aja, gue gak bakal naksir sama lo gue udah ada tipe cewek idaman gue, dan yang jelas itu bukan lo." Jelasnya sambil mengunyah permen karet.

"Sebenarnya gue mau cerita sesuatu ke lo sih ..."

TO BE CONTINUED.

𝐓𝐫𝐮𝐬𝐭𝐰𝐨𝐫𝐭𝐡𝐲 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐋𝐚𝐧𝐠𝐚 [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang