Bab 4

7 1 0
                                    

BAB 4

Akhirnya semua teman pengajian pun datang. Kegiatan pengajian dibuka dengan pembacaan basmalah yang dipandu oleh Sarah sebagai MC. Dilanjutkan dengan membaca Al Qur’an secara bergiliran dan kultum. Setelah itu materi inti dan yang terakhir adalah sesi tanya jawab. Semua petugas selain materi inti adalah dari kita sendiri yang penunjukannya dilakukan setiap selesai acara pengajian. Untuk kultum hari ini giliran mbak Sari yang akan mengisi. Sedangkan untuk materi inti biasanya  disampaikan oleh Mbak Ana atau Erin yang secara tingkat keilmuan, keduanya sudah tidak diragukan lagi.

***

Kali ini yang bertugas mengisi materi adalah Erin, dan temanya apalagi kalau bukan tentang jodoh. Selaras dengan kultum yang disampaikan mbak Sari tadi, yaitu tentang Jomblo Fi Sabilillah.

Di akhir materi, Erin dan Mbak Ana menawarkan pada kami berlima. Kalau sekiranya ada di antara kami yang sudah siap dan berniat untuk menikah serta ingin dibantu untuk dicarikan jodoh, mereka siap menjadi mediatornya. Segala proses nantinya akan bersifat pribadi dan dijaga kerahasiaannya oleh mediator. 

Adapun tahapannya yaitu membuat proposal yang panduannya sudah disediakan oleh mediator, tinggal kita isi saja. Dan isinya adalah seputar biodata. Dilanjutkan dengan pertukaran proposal. Apabila kedua belah pihak menemukan kecocokan dari proposal yang diajukan, maka akan dilakukan pertemuan bagi keduanya yang didampingi oleh mediator. Jika pertemuan keduanya berjalan lancar, maka akan berlanjut ke tahap khitbah dan yang terakhir adalah akad.

Secara pribadi, aku pun berniat untuk ikut ta’aruf. Karena proses perjalanan menuju pernikahan akan bisa lebih terjaga, Tapi tunggu, ini bukan perkara mudah. Aku juga harus berkonsultasi dengan bapak dan ibu dulu. Karena menikah betul-betul bukanlah sesuatu yang bisa dianggap sepele. Perlu keridhoan orang tua di awal prosesnya.

“Demikianlah kegiatan pengajian kali ini. Segala kebenaran pasti datangnya dari Allah. Dan kekurangan datangnya dari saya pribadi” ucap Sarah, “ marilah kita tutup pengajian kita kali ini dengan bacaan hamdalah, istighfar dan doa penutup majelis.”

*** 

Aku pun pamit pulang setelah sholat dzuhur berjamaah di rumah Erin. Tak lupa kami pun bersalaman dengan harapan semoga Allah menggugurkan dosa kecil kami saat bersilaturahmi serta saling menempelkan dahi kanan dan kiri seperti saat bertemu.

Sepanjang perjalanan menuju pusat kota, ku kirim pesan ke sopir oto untuk janjian bertemu. Tak lupa mampir sebentar ke ATM dan swalayan untuk membeli kebutuhanku dan pesanan Dina.

***

Di dalam oto pun aku banyak berpikir. Mengenai misteri jodoh hingga awal mula aku bisa di sini. 

Enam bulan yang lalu aku masih berstatus sebagai guru honorer di sebuah sekolah Menengah Kejuruan Swasta di kota Semarang. Ada permasalahan pribadi yang akhirnya membuatku memutuskan untuk mendaftarkan diri pada program mengajar didaerah terpencil yang yang sedang populer saat itu karena mengadopsi program “Indonesia Mengajar” yang diadakan oleh Anies Baswedan. Bedanya, program mengajar yang aku daftar ini diadakan oleh pemerintah. 

Setelah program mengajar di daerah terpencil ini berhasil dilaksanakan dengan baik selama kurang lebih satu tahun oleh para pesertanya, maka peserta akan diberikan beasiswa tambahan berupa pendidikan profesi guru yang juga akan berlangsung selama satu tahun.

Ketika aku dinyatakan lolos seleksi administrasi, satu minggu kemudian dilaksanakan kegiatan prakondisi selama 10 hari. Karena dirasa tidak memungkinkan jika melaksanakan prakondisi sambil ngajar, maka sebelum kegiatan prakondisi dilakukan, aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari sekolah.

***

Saat prakondisi, ada beberapa materi baik tertulis maupun praktek yang disampaikan oleh dosen, guru serta tenaga militer. 

Hal yang paling berkesan adalah saat penyampaian materi pertama. Sebelumnya, seorang dosen mengajukan pertanyaan kepada semua peserta tentang alasan mengikuti program pemerintah ini. Hampir sebagian besar menjawab tergiur dengan beasiswa pendidikan profesinya. Namun jawabanku berbeda.

“Rania Salma, mana orangnya?.” Seorang dosen memanggil namaku saat itu. 

Setelah beberapa kali beliau memanggil, ditambah lagi teman bangku sebelah yang akhirnya turut menyenggol lengan yang kugunakan untuk menelungkupkan kepala.

“Eh, iya, saya Pak!” Jawabku.

“Tolong sebutkan satu alasan kuat yang membuatmu memutuskan mengikuti program mengajar di daerah terpencil ini?”

“Saya,, ingin melarikan diri Pak!” Jawabku.

Dosen itu pun heran. Namun meski beliau memintaku menjelaskan alasannya, aku pun urung melakukannya, karena pertanyaan itu kuanggap sebagai privasi dan tidak perlu diberitahukan kepada semua orang.

***

Aku memang melarikan diri, dari seseorang yang telah ditolak lamarannya oleh bapakku. Seseorang yang merupakan rekan kerja di sekolahku. Seseorang yang menjadikanku sadar diri untuk menjauh dari sana. Aku pun hanya bisa berdoa, semoga bisa diterima dulu di tempat yang lebih bagus sebelum akhirnya mengundurkan diri. Dan inilah jawabannya.

Pelabuhan Cinta RaniaWhere stories live. Discover now