[2] Pertemuan Pertama

66 6 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Apa kau ingin tahu bagaimana kesan pertamaku ketika melihatmu pertama kali? Bagaimana melihatmu ketika dengan susah payah menelan mufin cokelat itu?"





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















"Jadi bagaimana?" Abimana bertanya sembari membawa langkah lebarnya menjauhi peron.

Stasiun di hari kerja seperti ini memang tidak begitu ramai. Peron hanya dipenuhi beberapa orang yang berjalan terburu-buru menyeret kopernya atau menggandeng tas besarnya. Tidak berbeda jauh dengan Abimana yang menyandang ranselnya sembari memperbaiki earpods di telinganya, menunggu sahutan diseberang sana membalasnya.

"Ada masalah disini jadi Juna tidak bisa kesana. Kau harus menggantikannya."

"Kenapa aku?"

"Karena kau yang paling dekat Jakarta, Abim." Terdengar helaan nafas berat di sana sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Sekarang apa kau sudah sampai Jakarta?"

Abimana mengangguk, lalu setelah menyadari responnya yang tidak bisa dilihat dengan lawan bicaranya, ia bergumam, "yah. Aku baru sampai dan akan meninggalkan stasiun."

"Itu bagus. Aku akan mengirimkan alamat pertemuannya segera."

Abimana mendengus tidak bisa mengabaikan perasaan lega yang ditunjukkan lawan bicaranya. "Kenapa tidak ditunda?"

"Itu akan membuang waktu kita." suara di sana tetap tegas, tetap mengeluarkan bujuk rayuannya, "bukankah ini proyekmu dengan Juna? Kau tentu bisa menggantikannya tanpa kita harus menunggu Juna."

"Hey, ini masih masa cutiku. Aku tidak mau."

"Apa aku perlu membaca ulang pesanmu semalam?" tuntut perempuan itu terdengar kejam.

Problematika Orang Dewasa [Vol.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang